• Home
  • About
Powered by Blogger.

A Dreamer

Happiest Birthday!
Well, tanggal 10 Desember kemaren, ponakan saya berulang tahun, Ayra Shirly alias sahabat seperketekan gue is turning four. Dia seneng banget dan nggak berhenti senyum sampai malam ketika dikasih kejutan kue ulang tahun, dia mutar-mutar sendiri di depan cermin and bolak-balik kamar saya buat nanya apakah saya suka nggak sama kue ulang tahun dia atau enggak.

Dia juga sibuk ngingatin biar teman-temannya jangan lupa disisain kuenya, pokoknya hari itu dia sibuk banget bolak balek rumah tetangga buat bagi-bagiin kue ulang tahunnya, dia selalu bilang “Sharing is okay, Bun” entah di mana dia dapat kata-kata begituan. Baiklah, selamat ulang tahun ponakanku, even tante sering makan coklat lu diam-diam tapi tante tetap sayang kok, berbahagialah, semoga kelak jadi wanita yang penuh cinta dan lapang jiwanya, happiest birthday!

Cepet bener sih dia gedenya, perasaan baru kemaren gue ambil foto dia yang main tanah masih pakai pempers. Oh ya, belakangan ini si bocil jadi pedean gitu, ngomong pergi ke Eropa kayak pergi kemana gitu, haha. Sebenarnya, ini gara-gara saya sih, yang doyan banget ceritain negara luar ke mereka. Jadi, kemarenan mereka nanya, presiden itu apa, ya saya jawab aja, presiden itu adalah kepala negara dan negara kita namanya Indonesia. Trus tiba-tiba si abang nyerocos kalau Prancis itu di mana letaknya. Saya jawab, Prancis itu ada di Eropa. Eh, dia malah nanya lagi, kenapa letaknya nggak di Bumi. Saya lansung tepok jidat dan untung lansung ingat kalau ini ponakan sendiri, kalau ponakan orang mah udah gue kacangin. Ternyata menjelaskan sesuatu ke anak kecil itu butuh kesabaran, karena mereka suka banyak “Kenapa” nya.

Singkat cerita mereka jadi tahu benua Eropa, thanks to Youtube, hahaha, karena ketika didukung oleh video mereka jadi gampang ngerti kalau bumi ini luas. Namun, gara-gara itu dia jadi suka pamer gitu sama teman-temannya, katanya nanti kalau tabungan gue udah cukup dia mau ke Eropa bareng gue. Sumpaah, saya nggak ada janjiin kayak gitu, ngarang bener dia emang.  Saya cuman bilang, nanti kalau mimpi saya tercapai saya bakalan bayarin tiket dia buat main ke sana. Tujuan saya adalah selain dia berani bermimpi, juga karena nggak asing sama negara luar. Saya bilang, kalau dunia ini emang luas, tapi bukan berarti tidak mungkin buat kita untuk mengunjungi ini, ini, dan ini suatu saat nanti. Mereka angguk-angguk aja, nggak tahu deh mereka bakalan ngerti apa enggak, haha.

Saya hanya mau mereka terbiasa dengan negara luar dan keberagamannya, agar kelak mereka tidak takut bermimpi dan mikir main ke luar itu halu, mana tahu karena udah terbiasa dari kecil mereka jadi nggak segan-segan buat ke sana dengan usaha mereka nantinya, gue emang idealis banget sumpah, hahaha. Ya, minimal teori saya gitu.

Terus, selain sahabat seperketekan yang ulang tahun, ada kabar baru lagi yaitu, kakak saya yang nikah Maret lalu, melahirkan Sabtu kemaren, anak perempuan, ponakan saya nambah cuy, haha. Rasanya, aneh banget sih, saya aja masih susah buat nerima kalau ternyata dia udah nikah, eh sekarang dikasih kejutan lagi.

Bulan Desember banyak kejutan banget emang dan nggak berasa 12 hari lagi is twenty twenty one cuuuy, Corona membuat kita hilang fokus dan sadar-sadar udah tahun baru aja. Semoga tahun depan keadaan jadi lebih membaik ya, sehingga kita nggak perlu lagi cemas saat keluar rumah dan bisa jalan-jalan cihuy bareng sahabat tanpa takut deket-deket lagi even dia sehabis bersin. Semoga mimpi-mimpi yang tidak terbayarkan tahun ini, Allah ganti dengan hal indah di tahun depan. Semoga tahun depan bisa nonton film cartoon atau animasi bareng Lilik dan Tari di bioskop, wkwk. Sama nanti kalau ayam geprek mama Furqan masih buka kita kesana ya Lik, Tar.

Betewe, mama Furqan ini baik banget, suka ngasih makanan dan buah gratis, which is itu surga banget buat anak kos macam kami, hahaha. Ah lain kali saya cerita deh tentang jajanan favorit saat kuliah beserta sifat penjualnya, haha. Gimana kami juga sering gunjingin bapak Perdana dan bapak kos sendiri, wkwk.

Kayaknya semakin lama nulis saya makin banyak dosa deh, haha. Nggak ding ini kan cuman cerita saya, cuman kebetulan mereka ada di dalamnya, saya nggak dosa dong kan, nggak dong. Oke deh, segini aja see ya gais!  
 
 

 




 

 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Beberapa waktu lalu, saya pernah mendapat komentar dari pak Anton yang seperti ini "Welcome to the jungle" saat saya menuliskan cerita tentang mendapat pekerjaan. Huh, siapa sangka jungle-nya itu di mulai pada hari ini. Saya mau cerita bagaimana weekend saya di mulai dengan isi pesan yang tidak enak, yaitu atasan saya izin tidak masuk hari ini. Sumpah, gue dugudgan pas baca itu, seolah tahu aja bahwa something bad gonna happen. Ternyata feeling saya benar, gue dong debat sama pak Robin, si pembimbing skripsi yang suka banget comparing data saya dengan teorinya dia. Masalah nya di sini teori dia nggak sesuai dengan actual yang ada di lapangan, oh God jadi bawahan gini amat ya.

Tbh, hari ini saya lega dan sedih, hehehe. Lega karena gue berhasil menakhlukan ketakutan gue sama dia, ya dengan debat kayak gini, saya jadi tahu bahwa pembimbing skripsi saya lebih galak kok dari dia, ya at least bu Rizky dan pak Dedy dulu bikin saya nangis kejer di kosan karena teori dan data saya berkali-kali ditolak dan di revisi. Sedih, karena gini amat ya weekend gue, pagi-pagi udah disemprot. Sedih, tapi nggak sampai mau nangis sih, kayaknya lama-lama kerja di sini saya bakal jadi wonder woman, yang harus siap peralatan dulu sebelum tempur.

Huaa... it's gonna be a long day, I guess. Saya jadi ingat drama-drama yang saya tonton bahwa ada beberapa tokohnya yang merasa hari yang dia lalui terasa panjang, it's so me today. Terus saya juga mau protes dong sama orang-orang dewasa yang suka under estimate anak muda kayak saya, kalau mengeluhkan menjalani hari yang berat, most of them bakal bilang "masih kecil udah ngeluh ini itu, hidup lu mah belum seberapa" sumpah ada banget yang bilang kayak gini. Hey, tolong ya spesiesku manusia dewasa yang terhormat, setiap orang pumya level masing-masing. Emangnya kenapa kalau masih muda nggak boleh ngeluh hidup itu berat?

Kepada pak Robin, thank you atas hari ini, karena kalau saya nggak debat hari ini sama bapak mungkin saya akan takut selamanya, wkwk. Then, gara-gara kejadian ini, saya jadi bisa nyusun strategi untuk perdebatan selanjutnya (jika ada), nggak mau juga sih saya ada next debate. Tapi, saya masih kesal dengan teori dia yang nggak sesuai sama kejadian di lapangan itu. Sebenarnya saya lebih kesal lagi sama solusi yang diberikan pak Jono, jadi bapak ini tangan kanannya atasan saya lah. Berhubung atasan saya nggak datang, makanya saya nanya dan minta solusi sama dia, tapi solusinya ngeselin dong.

Jadi masalah hari ini tu pak Robin complain ke saya karena pemakaian minyak mesin itu boros, target dia untuk mesin Tapping dan FDM minyak nya harus 15 liter aja untuk dua mesin, sedangkan fakta di lapangan, dua mesin itu menghabiskan minyak sebanyak 25 sampai 30 liter untuk produksi. Bayangin aja, 15 liter dua mesin, berarti itu satu mesin 7,5 liter. Anjir, actualnya mesin nggak bakal jalan dan produksi terhenti kalau minyaknya cuman segitu. Tapi, dia nggak mau terima, katanya dia sudah sepakat dan diskusi sama orang sebelum saya kalau minyak mesin fix segitu per harinya, rasanya pengen aja saya teriakin "YAUDAH KALAU NGGAK PERCAYA LU AJA YANG KONTROL MINYAK DAN BUKTIIN SENDIRI".

Keselnya lagi, ketika saya tanya sama mba yang sebelum saya, katanya emang actualnya minyak FDM segitu, which is 25 per hari, dan rasanya saya mau aja jedotin pala ke dinding. Kayaknya teori ngaco tentang perempuan selalu benar harus diganti deh jadi atasan selalu benar. Then, ketika saya tanya pak Jono, solusinya gimana, dia malah bilang gini " Oooo yaudah, berarti kalau targetnya 15 liter perhari, satu mesin kita matiin aja, kan cukup 15, nanti kalau kamu kena marah nggak papa dengerin aja" dia sambil ketawa ngakak. Solusi macam apa itu, ini sama aja dengan saya mencekik leher sendiri. Pak Jono ini tipe yang selow aja, saya kesel, dia logika banget. Solusi versi seriusnya juga nggak bisa saya terima sebagai karyawan baru di sini, sekarang saya baru sadar, posisi saya di sini bagaikan makan buah simalaka "Kuturutiiiiiiii ku mati emak, tak diturutiiiiiiii ku mati bapak".

Udahlah ya, segini aja dulu gunjingan gue, hahahaha. Untungnya itu bapak-bapak nggak tahu lagi gue ceritain. Sumpah, ini plong banget, perasaan saya nggak seruwet baru keluar dari ruangan pak Robin tadi, ini aja udah laper, padahal tadi mikir nggak mau makan hehe, udah ya saya break dulu. Happy weekend semua, stay healthy and see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
4 comments

Oke, I know judul kali ini bisa dibilang mu banget kan Lik, haha. Tahu nggak Lik gara-gara aku sering julid-in jurusanmu sekarang justru aku harus dituntut lihai matematika minimal dikiiit. Malu-maluin banget nggak sih aku, karena nggak tahu lima puluh tiga dikurang empat itu berapa Hahahaha. Tahu, tapi dihitung satu-satu kayak semasa SD dulu, kalau mu disini pasti kamu ngetawain aku Lik. Nggak nyangka Lik, sekarang kita jauh begini trus masuk ke lingkungan yang kita nggak tahu sebelumnya. Ini persis banget deh kayak yang dibilang Rangga aka mas Nico di AADC, yaitu: semua orang adalah orang lain, kupeluk tubuh sendiri. Nggak tahu  arti sebenarnya itu gimana, tapi rasanya persis banget sama kondisi aku sekarang, may be juga kondisi mu Lik. I guess, cause I don't even know it.

How's your day Lik? Hehehe soksoan banget ya nanya-nanya padahal sering chat-chat nggak jelas, kayak sekedar ngingatin biar mu nggak lupa lagi nge-save sebelum close file ahaha. Lik, jauh dari mu nggak enak, kalau lagi halu aku suka ngebayanginmu dan Tari ada disekitar aku. Kalau aku lagi kangen, kalian bertebaran di mana-mana. Padahal di sini aku punya cukup teman kok, kayak mba Indri yang baik banget sama aku, kayak Intan yang sering ngerecokin aku buat nagih sharpening spare part yang aku nggak tahu bedanya setelah dan sebelum diasah itu apa. Dia bilang feeling it with your nail kak. Whats? Hahahaha, kuku aku nggak punya perasaan, cuman hatiku yang punya wkwk. Aku juga punya abang-abang maintenance yang juga baik sama aku di sini Lik. Cuman pak Robin aja yang galak sama aku dan semua orang. Dia tu udah kayak pembimbing skripsi tahu nggak Lik.

Betewe, makasih ya Lik udah jadi orang yang selalu aku ingat pertama ketika aku sedih setelah mamak, aku beruntung punyamu dan Tari di kehidupan kuliahku dan sampai sekarang. Seseorang yang selalu aku repotkan tapi nggak pernah ngeluh, atau mu diam-diam ngeluh ya Lik? Hahaha. Aku bahagia punya teman sefrekuensi yang nggak pernah judge aku ketika aku lagi weird, lagi random, ketika orang-orang nggak nerima sifat aku yang ini. Terimakasih udah nerima sepenuhnya aku, mengkritik aku ketika salah, tanpa aku merasa lagi dihakimi, atau di undervalue. Setiap aku habis sholat trus berdoa dan ingin bersyukur sama Allah, aku selalu bilang kok Allah baik banget sama aku yang dulu sering banget ngutuk Dia, bilang Dia nggak adil, bilang Dia nggak ada, banyak banget dulu caci maki aku untuk Tuhan.

Sekarang setelah melewati semuanya dan menemukan sesuatu yang nggak pernah aku bayangkan bakal aku peroleh dalam hidup, baru aku sadar, dulu aku marah sama Allah, karena aku nggak tahu, aku nggak tahu apa yang ada di depan, jadi jangan terlalu early buat nge-judge apalagi sama Allah sendiri, hahaha. Durhaka banget aku emang Lik.

I just miss you and Tari Lik, dunia gede banget ternyata untuk pengetahuan aku yang kecil. Hari ini aku jumpa seseorang di devisi lain, orang bilang dia suka ngerjain aku dengan ngasih aku tugas yang seharusnya bukan tugas aku, anehnya aku nggak merasa lagi dikerjai Lik. Mimik mukanya pun aku tahu dia lagi nggak ngerjai, entah dia yang terlalu bisa akting entah aku yang nggak ngerti apa-apa. Tapi, satu yang pasti, aku bahagia ngerjain apa yang dia mintai tolong, because I do it for myself, aku bisa belajar dari sana. Satu sisi aku juga takut Lik, nanti akan ada orang-orang yang berdatangan buat ngerjain aku karena hal ini.

Oh ya, setelah tamat kuliah dan jumpa orang-orang dari berbagai background aku jadi banyak kerjaan Lik, haha. Suka merhatiin orang-orang ketika ngomong, interaksi, sikap dia kalau tersinggung. Aneh banget aku.

Lagi, si Tari udah mulai sibuk nyiapin berkas S2-nya sambil belajar pakai make up Lik, kita kapan? Kapan belajar make-up maksudnya, haha. Selama ini masker membantu aku banget sih Lik, whih is pernah aku telat bangun, aku pergi kerja nggak lipstik-an. Pake lipstik-nya pas udah nyampe di kantor maksudnya, tinggal tutup masker aja dan taraaaa... nggak ada yang tahu kalau bibirku pucat banget, hehe. Nggak tahu lah mellow banget hari ini. Apa aku mulai kesepian karena selalu sendirian pergi break? Padahal aku nggak ngerasa kayak gitu, trus apa ya yang hilang?

Lik, pernah nggak mu merasa kenapa sih kita harus punya sifat awkward yang nggak bisa bergaul dan memulai pembicaraan ini? Sometimes aku iya Lik, saat kuliah may be aku nikmatin aja, tapi semakin kesini ketika dihadapkan sama dunia lain, aku tiba-tiba jadi merasa seperti warga Neptunus yang pengen liburan ke Mars, eh, tiba-tiba terdampar di Bumi. Aku ini out of the world banget. Point plusnya di sini adalah aku punya ruangan sendiri yang cuman aku aja di dalamnya, department ini punya dua ruangan, satu ruangan lebih sering dihuni sama cecowokers engineer lain, di mana ruangan ini aku yang nguasain. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di ruangan sana. Namun, minusnya ketika menjejakan kaki keluar dari ruanganku, semuanya tetiba jadi asing bagiku, at least hari ini. Nggak tahu deh besok aku berubah lagi.

Apa mungkin ini juga gara-gara aku bekerja di dunia yang bukan wilayah aku kali ya? Kalau iya, aku musti ngapain Lik? Haduuh, kok jadi nanya sama mu sih, mu kan parah juga, nggak ngerti sosialisasi. Kita ini sebenarnya apa sih Lik? Hahahaha.

Beberapa hari yang lalu aku juga sempat mikir, kalau seandainya yang kerja di sini Tari, pasti dia udah kenal sama semua orang di sini saking supelnya dia. Di sini aku juga suka mengkarbit diri dalam ruangan, kalau udah nggak ada kerjaan, instead of main main kemana? Hahaha, di sini nggak ada siapa-siapa, jadi palingan aku curhat gini di blog, di buku, di handphone. Namun Lik, dari sekian banyak ocehan aku ini, aku tetap suka kerja di sini, kayak Allah ngasih sesuatu sesuai aku banget gitu, nggak tahu kebaikan apa yang aku lakukan di masa lalu, sehingga aku deserve untuk memperoleh ini. Allah itu tahu aku nggak bisa dimarah, then Dia kasih aku atasan yang super baik, Allah tahu aku akward then Dia ngasih aku kerja di ruangan yang isinya aku aja, banyak banget Lik, kerjaan ini cocoklah untuk makhluk kayak aku, hehe.

In the end, udah deh kayaknya aku mau balek kerja lagi, mau menyiapkan mental jumpa pak Robin untuk minta tanda tangan, haha. Pembimbing skripsi banget dia tu kayaknya. Akhir kata, baik-baik ya Lik di sana, I really wish you were here. Luv~~~
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Pict from Pinterest
Hai! Lilik disini!

Tulisan ini adalah bentuk kolaborasi sebagai perayaan dibuka kembali blog A Dreamer untuk umum, yay!

Pertama kali dikabari oleh Kak Sopya blog ini akan ditutup, aku turut sedih. Tapi aku tetap mendukung apa yang benar-benar Kak Sopya inginkan. Lagian aku mana berhak melarang-larangnya meskipun aku adalah salah satu manusia favoritnya (pede mode on).

Okedeh langsung aja, kali ini aku akan menceritakan potongan kisah yang pernah kami lalui bersama. Harapannya, sih, Kak Sopya akan berterimakasih samaku karena udah berhasil mengingatkannya kembali tentang momen-momen berharga ini, eak.

Pertama, bagaimana aku mengenal seorang Kak Sopya.

Di kehidupan nyata aku memanggilnya Kak Sopi tapi kali ini aku mau menyapanya dengan Kak Sopya, terdengar puitis aja gitu, menurutku haha.

Di awal-awal menjalani hidup sebagai anak Kos Ummi, aku ngga tau bahwa ternyata ada seseorang bernama Sopya yang juga ngekos disana. Yaa gimana, Kak Sopya ngga pernah terlihat di berbagai kegiatan Kos seperti berkunjung ke rumah bapak kos hingga kegiatan pengajian yang diadakan setiap malam Jumat. Sampai akhirnya Kak Tari mengatakan bahwa salah satu teman sekamarnya bernama Sopya sedang pulang kampung ke Batam. Satu kata untuk Kak Sopya, badung! Orang udah mulai kuliah kok masih di kampung.

Entah di pengajian ke berapa barulah Kak Sopya hadir. Bermukenah biru laut dan duduk di samping Kak Tari. Kali itu keberadaannya langsung mendapat perhatianku, karena dengan beraninya ia membenarkan lafadz bacaan Al-quran yang salah dibacakan oleh petugas hari itu (aku lupa siapa orangnya haha). Yaa, emang seharusnya begitu sih. Dari sanalah aku menatap takjub Kak Sopya. Meskipun dia member baru di pengajian itu, tapi dia berani melakukan sesuatu yang membuat semua pandangan orang jadi tertuju ke dirinya. Satu kata sebelumnya yang sudah berhasil kulabeli untuk Kak Sopya langsung tergantikan dengan, keren!

Kedekatanku dan Kak Sopya mulai terjalin ketika Reyhana membeli motor baru dan mengadakan syukuran serta membagi-bagikan miso kriuk. Di acara syukuran itulah aku mengingatnya untuk pertama kali Kak Sopya dan dua orang roommate-nya mengajakku bercanda serta makan di bawah bersama mereka (kebetulan kamarku ada di lantai atas dan Kak Sopya di bawah).

Kedua, diriku dan dirinya sepertinya sama.

Di Kos Ummi ada dua orang yang selama kuliah ngga pernah memasak. Jelas, itu adalah aku dan Kak Sopya. So, kami ngga pernah menginjakkan kaki di pasar. Hingga di suatu sore, aku dan Kak Sopya pergi berkeliling naik motor sampai tiba di depan Pasar Selasa. Yep, hari itu Hari Selasa, hari dimana pasar di dekat tempat tinggal kami diadakan. Tiba-tiba kami kegirangan kayak anak kecil. Sepertinya mencoba masuk ke pasar adalah ide yang sangat cemerlang. Yaa kami harus masuk ke pasar! Udah bertahun-tahun tinggal di sana masa ngga pernah masuk ke pasarnya.

Baru saja memarkirkan motor, eh tiba-tiba teringat kalau di antara kami ngga ada yang membawa hape. Rasanya momen masuk ke pasar itu harus diabadikan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk balek ke kos hanya untuk mengambil hape. Abang parkir yang melihat pergerakan mundur dari motor kami pun menghampiri hendak meminta uang parkir. Lalu kami mengatakan bahwa kami belum jadi masuk ke pasar dan nanti akan kembali ke pasar lagi serta membayar parkir. Untungnya si abang percaya. Kalau enggak kan bisa rugi cuyyy. Tapi parahnya ketika kami kembali ke pasar lagi dari kejauhan sudah tampak si abang parkir tadi memanggil-manggil sampai teriak menyuruh kami menuntaskan janji dan tidak parkir di tempat lain. Iya bang, iyaa.. kami akan parkir di tempat abang kok, tenang.

Di pasar kami hanya berkeliling-keliling menyaksikan aktifitas jual beli. Sesekali mengatakan “ih murah yaa...” apabila mendengar teriakan pedagang yang menyebut kualitas dagangan dan harganya yang tidak kami sangka. Memasuki bagian pasar yang rame kami pun mulai mengaktifkan kamera hape. Memperlihatkan aktifitas pasar dan memperdengarkan teriakan para pedagang yang saling berpacu semangat. Yaa, hanya seperti itu yang kami lakukan hingga akhirnya pulang dengan membawa kresek yang berisi empat es lilin kacang ijo serta jagung rebus yang udah tua. Sangat terlihat kan kami yang awam dengan pasar dan segala tetek bengek masakan atau makanan, sampai ngga tahu kalau mau beli jagung rebus itu enaknya jagung yang muda.

And then, sampai di kos. Saking excited-nya aku dan Kak Sopya sangat semangat bercerita ke anak-anak kos bahwa harga jual timun, tomat, atau sayuran lainnya dijual sangat murah di Pasar Selasa. Padahal itu emang harga wajar. Kami aja yang ngga tahu apa-apa karena ngga pernah belanja. Ternyata excited kami ngga bernilai apa-apa, duh.

Jadi benar ternyata bahwa persahabatan itu bisa berlangsung lama banget karena ada banyaknya kesamaan baik dari hal yang disuka, tidak disuka bahkan sampai pemikiran.

Dah ah, see you teman-teman, semoga di collab selanjutnya bisa menyapa kalian lagi hehehe.

❤ ❤ ❤

Well, senang akhirnya, saya collab juga, hahahaha. Tulisan di atas adalah milik Lilik, anak orang yang sudah gue anggap seperti adik sendiri, berhubung gue nggak punya adek perempuan. Jadi, sebenarnya tema kali ini adalah kami berusaha menuliskan momen bersama yang kira-kira salah satu diantara kami tidak mengingatnya. Saya menuliskan cerita yang kira-kira Lilik sudah lupa and vise versa.

So, that's why ada embel-embel remember me di awal judul postingan. Saya hanya ingin menyimpan kenangan kami di sini. Sebagai bahan nostalgia kelak.

Terimakasih atas tulisanya Lik, you got me, karena yang pertama itu aku murni nggak ingat, begitu juga yang kedua, aku ingatnya ketika baca ini, terutama bagian diteriakin abang tukang parkir, karena kita janji balek lagi dan bakalan parkir di sana. Hahahaha.

Thank you guys, sudah sudi membaca 😊

Oh ya, betewe nama panggilan saya emang banyak banget, ada yang manggil Sovia, Sovi, Sopya, Sopi, Sopik, Opik, Shopee, Shopie Paris, Sophia Latjuba (sumpah saya muak banget dipanggil ini), bahkan ada yang manggil Opi Kumis, dan jangan lupakan Yeva yang doyan  manggil gue wak Opi. JAHAD.

Share
Tweet
Pin
Share
3 comments

Pict from Pinterest
Beberapa hari yang lalu saya sempat dapat komentar dari seorang teman blogger (gue aja sih, yang nganggap teman, haha) pesannya itu berhasil membuat saya berpikir sepanjang hari, sambil manggut-manggut. If you don’t know guys, love language saya yang paling dominan itu adalah affirmation, so that’s why a good word means the world to me. Kata-kata seseorang sangat mempengaruhi saya, bukan berarti saya suka mikirin omongan tetangga ya, bukan. Gimana sih jelasinnya? Haha. Mudah-mudahan kamu nggak bingung gais.

Tepatnya saya dapat komentar dari pak Anton, di mana dia menyuruh saya berhenti mensugesti diri sendiri dengan bilang tulisan saya tidak penting, katanya biarkan orang lain yang menilai. Dapat komenan macam itu, berasa ditegur bapak sendiri lho, thank you pak sudah menyadarkan saya, huhu.

You right pak, kalau saja tidak bisa menghargai tulisan sendiri, apalagi orang lain. Nah, pada saat masih mikirin itu nggak sengaja saya juga lihat postingan akun selflove yang saya ikuti di instagram. Caption-nya begini: Your mind is your home, take good care of it. Be gentle whilst allowing yourself to heal and grow. Huaa gue jadi berasa dimarahin dua kali dong pas bacanya.

Maka, berdasarkan pengalaman tersebut, lahirlah tulisan ini, dari pemikiran emejing seorang Sovia yang sering banget dikira Latjuba, hahaha. Joke gue garing ya? Tapi ini beneran lho, saya muak banget dipanggil Sovia Latjuba sama orang-orang di kehidupan nyata, karena kalau nanti mba Sophia merasa tersinggung dan karirnya terancam gimana? haha.

Oke, kebiasaan saya suka ngelindur kemana-mana kalau bahas suatu topik. Baikah, start from now saya nggak bakal minder-minder lagi deh. Ya, minder sih boleh tapi jangan sampai berlarut-larut. Semoga ke depannya saya nggak begitu lagi, karena kalau pikiran itu rumah, masak saya mau menjelek-jelekan rumah saya sendiri terus menerus, tapi tetap tinggal di sana. Saya mau berterima kasih juga untuk siapa pun yang pernah membaca tulisan saya di sini.

I love blogging, karena blog menuntun saya berjumpa dengan kamu semua gais, tempat saya jalan-jalan saat pandemi ketika saya nggak bisa melakukannya di dunia nyata, bisa jumpa insight baru, dan banyak hal lainnya. Nggak pernah nyangka bisa say hi each other, mengingat dulu saya takut dan minder banget meninggalkan komentar di rumah maya seseorang.

Baiklah, jika pikiran ini adalah rumah, maka saya akan mencoba merawatnya dengan baik. Saya kira saya sudah mencintai sendiri tapi, ternyata secara nggak sadar kadang masih suka mengejek karya yang saya punya. Mungkin moral the story-nya itu kayak gini: biasakanlah mengapresiasi hasil pemikiran sendiri, sekecil apa pun itu, karena kalau kita sering mensyukuri pemikiran kecil yang kita punya, mana tahu nanti Allah jadi terkesan dan tiba-tiba menurunkan hidayah-Nya, hingga akhirnya kita bisa memunculkan karya yang besar. 

Ini hanya menurut saya aja sih, hehe, nggak tahu menurut kamu gimana. Okay sekian deh kayaknya tulisan hari ini, happy weekend guys! Stay healthy physically and mentally. Tapi eep, sebelum menutup postingan ini saya mau ngasih curhat info tambahan bahwa ternyata hampir seminggu belajar bahasa baru, saya tambah puyeng dong, bahasa Hungary rada sama kayak Turki susunan kalimatnya nggak SPOK, betewe masih SPOK kan namanya? Saya lupa kapan terakhir kali buka kamus bahasa sendiri, hadeeuh parah emang.

Terakhir, sumber film saya pas akhir minggu juga jadi berkurang, karena siaran TvN rusak, hahaha, saya nggak bisa nengok om Dong Wook lagi dong, iya film Korea saya cuman ini, karena saat semua orang berbondong-bondong bahas drama Start Up, gue cuman bisa bahas ini, hahaha. Gue nggak langganan Netflix, huhu. Yaudah deh gais, sekian informasi tambahan dari saya hari ini. See ya!

 


Share
Tweet
Pin
Share
3 comments

Pic from Pinterest
Sambil membaca tulisan ini, ada baiknya gais kita sambil angguk-angguk dan komat-kamit nyanyiin lagunya mba Taytay: cause the players gonna play, play, play and haters gonna hate, hate, hate. SHAKE IT OFF.

Ngomongin haters, jelas ya mereka ini jahat, lebih jahat dari Rangga yang nggak pernah ngasih kabar dan tiba-tiba mutusin Cinta gitu aja. Entahlah, tidak tahu kenapa, memperhatikan haters ini menarik buat saya. Soalnya dibanyak kasus, haters fanatik lebih tahu spesifik tentang target yang dia benci. Beda banget sama orang yang judging, walaupun dua-duanya nggak bagus sih. Kebanyakan yang saya lihat, kadang haters ini membenci seseorang  for no reason dan ngajak-ngajak biar ada squad.

Saya pernah nonton sebuah video mukbang atau eating show di intagram, mba ini kayaknya newbie di youtube, jadi masih masa promoting bangetlah biar video youtube-nya ada yang nonton. Nah, saat bacain komentar di video-nya saya kaget banget. Mulut manusia ternyata bisa sejahat itu. Saya ikut sedih dan sakit hati bacain komenannya, padahal tujuannya bukan ke saya. Kenapa sih nggak di skip aja, kalau emang nggak suka. Hobi banget nyakitin hati orang.

Dan lucunya, kadang yang mengaku sebagai haters malah mencari tahu informasi tentang orang yang dibencinya sama banyaknya dengan fans. Contohnya teman saya yang mengaku benci sekali dengan Lucinta Luna, tahu kan seberapa viralnya mba ini beberapa waktu belakangan.

Saking bencinya setiap pagi dia selalu teriak kepada saya “Kaaak tahu nggak Lunlun dia begini lho, dia begitu lho” sampai akhirnya saya juga ikutan update beritanya mba Lunlun dari dia. Hingga saya jadi muak sendiri denger gossip dia tiap hari dan protes “Katanya lu nggak suka, trus ngapain tiap buka Instagram nyariin berita tentang dia terus?” yang hanya dibalasin dengan cengiran.

Beberapa hari kemudian , dia tidak lagi membahas isu terbaru tentang mba di atas ketika saya tanya kenapa nggak ngasih info terupdate lagi, dia jawab sambil tiduran di kasur “Nggak ah, gue capek lihat dia terus. Kalau dipikir-pikir iya juga ya, ngapain gue bacain isu tentang dia terus” see? Saya pikir kadang kita tanpa sadar melakukannya. Meski haters ini belum masuk ke ranah penyakit mental, tapi lama-lama kayaknya bisa sakit mental beneran deh.

Saya bilang begitu karena logikanya ketika kita tidak menyukai sesuatu pasti sebisa mungkin kita akan menghindarinya. Seperti saya pribadi misalnya, ketika tidak suka pada seorang public figure karena tidak se-value, lain dan sebagainya, saya akan hindari membaca isu atau pemberitaan tentang dia, ya, karena nggak suka gitu lho.

That’s why haters itu menarik bagi saya, karena menurut saya normalnya kita, jika tidak menyukai sesuatu akan cenderung menghindari dibandingin dengan mantengin gossip atau isu tentang doi.

Betewe, saya juga pernah lho dapat kata-kata nyelekit dari strangers. Bahkan, saya nggak tahu dia siapa, tinggal di mana, tapi tiba-tiba dia ngirimin saya pesan di akun sosmed saya. Meski jatuhnya dia prejudice sih, atau bisa jadi dia xenophobic atau islamphopic, saya nggak tahu, yang jelas semuanya tergolong kaum pembenci tuh.

Nggak kebayang frustasinya jadi artis yang banyak haters, di mana kita cuman diam aja tetap salah, seperti saya yang nggak ngapa-ngapain, tiba-tiba dicaci maki. Bio saya di sosmed disuruh ganti, tarok bom dan granat, karena katanya identitas muslim itu adalah bom, I am the real terrorist. Like what? Gue ngapain Bambang? Anehnya lagi kita nggak saling kenal, atau mungkin saya lupa punya temen kayak dia.

Dulu, saya sempat kesel sih, orang gue nggak ngapa-ngapain juga. Makanya ketika baca postigannya mba Pipit (heypipit.com) tentang mas-mas yang mau nyamperin dia buat ngasih wejangan karena video dance-nya, saya ngakak banget.

Well, gais kayaknya segini aja deh cerita nggak penting hari ini, semoga ada faedahnya, hahaha. Lastly, saya mau berdoa semoga hati kita semua secara perlahan dipenuhi cinta, sehingga kelak tidak ada lagi tempat untuk membenci.

Seperti yang dibilang om Nelson Mandela bahwa “Tidak ada orang yang lahir untuk membenci orang lain karena warna kulit, latar belakang, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci. Dan jika mereka dapat belajar untuk membenci, maka mereka juga dapat belajar untuk mencinta, karena sejatinya cinta datang lebih alami ke hati manusia, dibandingkan benci itu sendiri”. Selamat berhari senin, happy weekday. Semoga Corona cepat berlalu dan sehat selalu gais, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
8 comments

Pic from Pinterest
Beberapa waktu silam saya pernah membaca tweet-nya Boy Candra yang bunyinya begini “Dulu kamu sering kali berdoa. Tuhan, dekatkan aku dengannya. Lima tahun kemudian. Kalian dekat sekali, sebelahan rumah. Dia dengan isterinya, kamu dengan orangtuamu. Kamu lupa mendetailkan doa”. Saya pertama kali baca ini tu lansung ngakak. Well, iya juga ya.

So, terkait topik di atas, saya mau bertanya dong, seberapa greget lo detail kamu dalam berdoa? Kalau saya pribadi, jarang berdoa dengan detail, tapi saya benar-benar percaya setiap doa yang saya langitkan pasti akan dikabulkan, satu hal ini benar-benar saya pegang. Saya benar-benar meyakini ini karena saya adalah tipe yang suka underestimate diri sendiri yang ujung-ujungnya membuat saya gampang menyerah akan sesuatu. Saya nggak tahu kenapa saya selalu nggak pede dengan kemampuan yang saya punya. Ini tu merupakan PR besar saya.

Hari ini tu sebenarnya rada mellow ya, I don’t even know why? Perasaan saya gusar aja. Minggu ini tuh penuh dengan kejutan banget tahu nggak. Ntar deh saya bakal cerita kalau saya udah siap, karena sekarang nggak mau bahas yang itu.

Oke, balik lagi ke detail dalam menginginkan sesuatu, dalam agama saya pun diajarkan untuk lebih spesifik dalam berdoa. Jika ingin banget masuk universitas, sebut nama universitasnya, jika ingin bersama seseorang, sebut nama orangnya. Memang dianjurkan banget.

Nah, menurut saya pribadi dari sesederhana mendetailkan doa, banyak banget sebenarnya pesan tersirat yang dapat diambil dari sana. Maksudnya dalam urusan meminta atau berharap sama Allah aja, yang notabenenya kita ngomong dalam hati aja Dia pasti tahu, kita masih disuruh buat detail. Apalagi berurusan sama manusia yang pikirannya kompleks dan labilnya minta ampun (gue maksudnya, haha). 

Coba perhatikan deh, orang sekitar kita sering banget lho nyuruh kita buat detail. Tak jarang dosen pembimbing marah-marah sama mahasiswa bimbingannya karena nggak detail dalam menjabarkan masalah di skripsi atau nggak detail soal olah data di bab IV (bukan pengalaman gue sumpah). Atau sering banget atasan complain sama bawahannya karena nggak detail dalam mengecek pekerjaannya.

Baiklah, sebenarnya apa sih yang ingin saya coba sampaikan di sini? Believe me guys, di tahap ini saya nge-blank, hahaha. Ya, Allah padahal tadi udah menggebu- gebu banget buat nulis, hehe. Yaudah lah ya, sebenarnya intinya itu saya mau bilang, bahwa kita sering banget detail menyampaikan sesuatu cerita, buku, barang, tokoh, atau public figure yang kita suka. Kita sering banget detail dalam mempresentasikan produk, keunggulan dan lain-lainnya di hadapan pembeli atau klien.

Namun, dalam urusan berdoa menyangkut mimpi, harapan atau sebagainya kita saya sering lupa akan detail itu sendiri, seringnya habis shalat saya bedoa seadanya, kalau nggak merasa butuh banget, doanya simple banget. Tunggu ditabok dulu baru berdoanya yang bener. Meski saya percaya banget sama kekuatan doa, tapi saya sering nggak serius dalam berdoa. Jadi, intinya tulisan ini adalah pengingat untuk diri saya sendiri.

Terakhir, saya juga lansung ingat sama curhatannya salah seorang anak kepada Paguru di Papua sana. Katanya, di suatu Minggu pagi ada seorang anak yang tiba-tiba nyamperin dia dan bilang “Paguru, besok-besok sa tidak mau lagi pergi beribadah, karena Tuhan itu tak pernah mau dengar sa pu doa” ketika ditanya  doanya apa, si anak menjawab “Sa berdoa sama Tuhan supaya sa pu bapak tidak lagi jalan ke kempat pace X” karena setiap bapaknya kesana pulangnya pasti bakalan mabuk dan dia takut.

Paguru bilang dia sampai harus memutar otak untuk merespon curhatan anak ini, sampai akhirnya dia bilang “Tadi saat berdoa ada sungguh-sungguh kah tidak?” si anak sempat bingung, karena tidak tahu bersungguh-sungguh itu seperti apa, baru Paguru menjelaskan kembali “Tadi berdoa itu ada diam kah? Ada pejam mata kah?” si anak lalu menggeleng “Tidak Paguru, tadi sa berdoa itu ada bicara, sambil ganggu teman-teman” ujarnya sambil tertawa. Saya juga tertawa tapi hati saya bersedih.

Semoga doa si anak, doa saya, dan doa kita semua cepat sampainya. Kedepannya saya nggak bakal nunggu ditabok dulu baru doanya detail. Akhir kata, terimakasih sudah membaca, sehat selalu ya gais, fisik dan mental. See ya!

Share
Tweet
Pin
Share
8 comments
Pict from Pinterest
Saya mau nangis dong, soalnya pengen nyelesain arsip tulisan dan posting tulisan baru secepatnya. Namun, sayang seribu sayang, setelah juggling dari satu tulisan ke tulisan lain, saya nggak dapat feel-nya buat nyelesain itu tulisan.

Well, gue bosan banget tahu nggak. Ya, Allah kapan sih pandemi ini berakhir? Gue nggak mau ngeluh sebenarnya, tapi….ya sudahlah.

Mood saya akhir-akhir ini naik turun, sedih banget then saya coba menghibur diri lagi, then sedih lagi. Satu-satunya yang saya inginkan saat ini adalah berdiam diri di kamar tanpa gangguan siapa pun. Jelas saja saya tidak bisa melakukan itu sekarang di mana saya harus jagain ponakan sampai kakak saya pulang. 

Sumpah saya benci keadaan ini. Saya rindu masa-masa dulu di mana diri saya sepenuhnya milik saya. Saya rindu cerita ngawur sama Lilik di danau kampus. Sekarang pada kenyataanya, dunia nyata sama dunia maya sama hambarnya.

Mungkin di awal-awal pandemi saya menikmati berselancar di dunia maya, ngeblog, nonton dance cover atau choreography, bacain beragam memes, nonton youtube yang bahkan beberapa hari belakang masih saya nikmati. Sekarang? Rasanya nggak ada lagi yang menghibur, berbulan-bulan mendekam di rumah tanpa ngeluarin pikiran dan apa yang saya rasa, efeknya tu jauh banget. Overwhelmed.

Fiuh… mungkin karena ini saya suka banget sama Lovely-nya Billie Eilish, it’s just feel like so me. Kalau biasanya bacain cerita orang-orang yang senasib sama saya itu cukup membantu, sekarang udah nggak lagi.

Perasaan seperti “Oh..nggak gue aja yang gini” atau “It’s normal or manusiawi buat ngerasa kayak gini” sekarang udah nggak mempan lagi. Saya nggak tahu lagi mau cari pelampiasan kemana, nggak ada lagi rasanya yang benar. Rumah yang ini bukan lagi rasanya tempat pulang, tempat saya bebas mengekspresikan diri tanpa merasa didikte, dijajah, dan dihakimi.

Makan es krim pun rasanya nggak senikmat kemaren-kemaren. Shit, could everyone just leave me alone please! Saya cuman pengen kabur dari pikiran saya sendiri, tiga puluh menit aja tolong.

Tiga puluh menit, tanpa ada yang suruh saya ngelakuin ini itu, nggak ada ponakan yang main ke kamar, nggak ada lagi yang ngomel-ngomel kalau saya masih sibuk ngomong sendiri jam dua dini hari. Siapapun please, give it back to me. I just want me. Itu aja. Corona fuck you.

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Pict from Pinterest
Hola everyone! I’m back, ehe. So, before we get started, let me ask you a question first. Hmm…what is your current anxiety? Well, let’s answer it secretly, hehe. Kurang lebih sama kayak judulnya, sebenarnya kali ini saya nggak punya apa-apa buat diceritain, eh tapi bohong *ditampol Coki Muslim.

Baiklah, habis Subuh tadi saya lagi baca postingan di blog ghaibnya Lilik, di sana dia menuliskan cerita tentang  zaman jahiliyah SMA-nya, okay menarik juga Lik, boleh dicoba nih, kapan-kapan, haha.

Setelah baca satu tulisan tentunya saya lanjut baca ke tulisan yang lain which is itu ucapan selamat Lilik untuk blog-nya yang sudah berumur satu tahun, what? Wait….kalau blog Lilik udah setahun berarti blog gue juga dong?

Sampai akhirnya juga ikutan check arsip blog saya, di mana postingan pertama saya itu tanggal 1 Februari 2019 tentang Spontaneous Human Combustion dengan bahasa Inggris yang menye-menye, hahahaha. Apaan ya Allah, postingan pertama aja bahasnya tubuh manusia yang meledak.

Okay, saya ingat banget nulis ini karena tertarik dan penasaran. Setelah melakukan riset seadanya saya memberanikan diri untuk  menuliskannya dan nyuruh Lilik buat baca hahaha. Beberapa bulan kemudian, saya baru upload tulisan baru tentang pendidikan di Indonesia, perempuan dan patriarki, ya dulu itu saya upload-nya tiga sebulan sekali haha enggak ding, dulu itu upload blog sesukanya aja.

Ya Allah, ngakak banget baca tulisan yang itu, pede banget gue dulu, hahaha, what did I said at that time? “Hola im Sovia, a strong ordinary girl" hahahaha. A strong ordinary girl? Hidayah apa yang turun kemaren itu ya, kok pede-pedenya nulis begitu. But, thank you lho Sov, udah bawa saya ngeblog sampai sejauh ini *ku peluk tubuh sendiri dan cinta-- kau tak ingin aku matikan mata lampu. Oke, masih keracunan puisinya mas Nico di AADC.

Oh ya, sekedar informasi saja, saya nulis ini pagi banget, setelah ngemil di Subuh buta sambil dengerin musik instrument-nya mba Billie tentunya masih yang Lovely dooong, rasanya rileks banget, otak saya isinya jadi positive gitu dalam menjalani hari, wkwk.

Balik lagi ke blog ini yang sudah berusia setahun, saya nggak tahu mau ngucapin apa, tapi tetap, selamat ya! You survived, hehe. Pokoknya, saya beruntung dulu memutuskan untuk nge-blog jadinya bisa tahu blogwalking dan baca pengalaman cihuy orang-orang di luar sana, meski most of the time saya adalah silent reader, hehe.

Selain ngucapin selamat buat blog ini, meski telaaat banget, selanjutnya saya mau ngucapin selamat buat om Joe Biden sebagai presiden terpilih Amerika mengalahkan petahana Donald Trump. I’m not surprised to be honest, dilihat dari banyaknya statement Donald Trump sebagai presiden yang bikin orang misuh-misuh, hahaha.

Ya, gimana nggak Trump jadi presiden aja udah kontroversi. Sebagai presiden, Donald Trump terlalu bar-bar menurut saya, hehe. Nggak heran sih, typical Indonesian lah saya ini, hahaha.

Sepanjang perebutan posisi presiden Biden vs Trump ini, saya terhibur banget, pagi-pagi buka instagram itu bisa ngakak banget baca dan nonton jokes tentang Trump atau Melanie.

Saya jadi mikir, kalau di Indonesia ni netizen udah pada ditangkap-tangkapin nih kayaknya, diakali-akali pakai UU ITE, ya biasa lah dalilnya pasti nggak jauh-jauh dari pencemaran nama baik dan ujaran kebencian.

Eh, tapi katanya kalau Biden yang naik Indonesia rada susah untuk pengajuan membeli alusista, katanya sih gitu. Negara kita kan terkenal dengan pelanggaran HAM-nya yang sampai sekarang nggak selesai-selesai.

Sebenarnya, saya masih sedikit berharap Trump yang menang, karena saya mikirnya kita bisa dapat dukungan penuh dari dia perihal kasus Natuna Utara, karena kayaknya Tiongkok ngeyel banget bilang itu laut punya dia. Picik banget ya gue? Hahaha.

Well, apapun itu congratulations untuk om Biden, saya, dan semua orang yang sudah jadi pemenang, ya jadi pemenang apa ajalah, seperti saya yang mutusin melakukan banyak kegiatan di pagi hari itu udah jadi pemenang, so kamu juga.

Selamat pagi guys, happy weekend selamat leha-leha, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

A Dreamer
Halo guys! Welcome to my very first blog post on November, so how’s your life? Well, sebelum bercerita, saya mau nyanyi dulu boleh lah kan? Ekhem (tarik nafas). Isn’t it lovely, all alone? Heart made of glass, my mind of stone. Tear me to pieces, skin and bone. Hello welcome home. Yep, saya lagi dengerin lagunya mba Billie Eilish featuring Khalid, nggak tahu kenapa rasanya lagi saya banget, wkwk.

So, apa kabar saya belakangan ini? Just like usual, saya masih di rumah aja dan masih sehat Alhamdulillah. Kegiatan saya beberapa hari belakang ya, nggak jauh-jauh dari goleran di kamar, main sama ponakan, blogwalking seadanya, dan terakhir saya ikutan Paid Guest Post #2 dooong, wuaaa lega akhirnya mengalahkan ke-insecuran saya terhadap tulisan sendiri.

I don’t even expect anything, saya hanya sangat bahagia bisa mengalahkan suara kedua dalam pikiran saya, cause based on my experience, the second voice adalah suara yang menghasut saya untuk tidak melakukan sesuatu.

Waaah, nggak nyangkanya sekarang udah November, nggak lama lagi 2021 nih, still can’t believe that global pandemic took over our life. Hmmm… selain goleran dan blogwalking seadanya, saya lagi riset tentang honor killing dan gender equality juga, ya walaupun nggak riset-riset amat sih.

Kenapa saya baca yang begituan? Ini karena bukunya I’m Malala. Saya lagi baca bukunya mba Malala, aktivis dari Pakistan, dari sana sedikit banyaknya saya jadi tahu bahwa ternyata Pakistan merupakan salah satu negara dengan gender equality terendah di dunia, sekaligus dengan kasus honor killing tertinggi. 

Sebenarnya make sense sih, ketika gender equality rendah maka tidak heran jika honor killing-nya tinggi. Ya, meski dalam kasus honor killing tidak semua korbannya perempuan. Dari kebanyakan kasus ini, rata-rata pelakunya mengatakan tidak menyesal setelah menghabisi korbannya. Sadis emang.

Kalau mau melihat bagaimana parahnya kasus ini di Pakistan, coba aja nonton beberapa film dokumenter terkait ini di youtube. Tapi, jangan di tonton saat pandemi deh, karena dijamin bisa bikin kamu sedih seharian.

Selain riset ala-ala, saya juga selalu berharap hari Kamis cepat datang. Alasannya? O, jelas karena nggak sabar nonton episode lanjutannya om Dong Wook, semakin kesini kisahnya semakin seru euy. Sekarang aja saya lagi nunggu tayangannya, haha.

Sumpah saya nggak tahu lagi nulis apaan, kelihatan banget tulisan ini tidak penting sekali, wkwk. Soalnya minggu ini tu nggak ada yang spesial (minggu lainnya juga enggak sih). Eh, tahu nggak tiap nonton drakor saya selalu salah fokus sama sepatu para pemainnya, hahahaha.

Saya nggak bisa nahan buat nggak ngamatin sneakers yang tokohnya pakai. Apalagi kalau drama-nya tentang anak sekolahan, wuaaa gue ngiler nengok sneakers-nya hehe.

Terakhir, saya mau bilang kalau judul postingan ini nggak ada hubungannya sama isinya, hahaha. Karena mikirin judul tulisan itu mumet banget tahu nggak, yaudah saya kasih aja judul begituan, karena kalau dibanguninnya pas September berakhir, jatuhnya lagu Greenday dong, haha. Tahukan yang Wake Me Up  When September Ends (dijelasin biar nggak garing, haha).

Mumpung bentar lagi juga tahun baru, walau kayaknya tahun depan Indonesia bakal rame lagi soal pembagian vaksin Corona (feeling saya aja sih). Saya sangat berharap pembagian vaksinnya bisa merata, jangan dibeda-bedakan rakyatnya tolong pak pemerintah.

Sinis banget ya gue kesannya sama pemerintah sendiri? Hehe. Emang iya sih. Saya lagi kesal aja sama cara kerja polisi, apa-apa tunggu viral dulu baru ditindak lanjuti. Banyak kasus yang saya rasa kalau udah viral terus masa marah, baru cepet-cepet diselidiki, pada ngapain sih emang?

Udah deh Sov, soksoan banget sih lu jadi orang, hahaha. Oke, maaf pemirsa, saya emang gitu orangnya soksoan, wkwk. Well, kayaknya segini aja deh, thank you for reading this unimportant story. Have a nice day guys, see ya!

 


Share
Tweet
Pin
Share
2 comments


A Dreamer
Barusan saya nggak sengaja nonton videonya Radit yang opportunity cost, di sana dia bilang setiap keputusan yang kita ambil dalam bisnis ada keuntungan yang hilang karena tidak mengambil alternative lainnya.

Nggak hanya dalam bisnis, konsep ini juga bisa dipakai dalam segala sesuatu, contoh, ketika saya memutuskan untuk rebahan berjam-jam instead of melakukan sesuatu hal yang mampu mengasah skill atau mempelajari something new. To be honest, ada semacam perasaan tertampar gitu lho, ada semacam perasaan menyesal karena nggak menggunakan waktu saya sebaik mungkin.

Sepertinya lebih ke perasaan kesal ke diri sendiri yang nggak mau ribet. Jujur saya orangnya emang suka penasaran tapi gampang bosan, tipe-tipe orang yang malas ribet, bad habit yang nggak mau hilang.

Saya sadar nggak ada gunanya menyesal dan menyalahkan diri sendiri, I’m really tired of doing that. Sekarang saya cuman mau merubah pola aktivitas saya, daily activities yang saya rancang doesn’t work at all, nggak berjalan sebagai mana yang saya harapkan. Maka, mulai dari besok, I try to being consistent on my goals. Saya bakal bikin goals per minggu, karena kalau per bulan itu banyak miss-nya. Miss you, idiiih nggak serius amat sih gue.

Sebenarnya hari ini kepala saya lebih rame dari biasanya dan semua yang muncul itu mempertanyakan hidup dan agama saya. Dunno why, saya hanya ngerasa belum melakukan sesuatu semaksimal mungkin untuk masa depan saya (dunia dan akhirat), oh damn! Quarter life crisis emang ganggu banget tahu nggak.

Kemudian semenjak mba Eno bilang tentang investasi, jujur saya tertarik banget untuk mempelajari itu, saya ada di titik yang ngerasa investasi itu penting, sebagai anak muda saya harus punya tabungan pasti untuk biaya yang tak terduga. Ditambah lagi Radit juga bahas ini di beberapa videonya. Pokoknya saat ini tu ada di posisi yang pengen berubah tapi nggak tahu memulai dari mana dan melakukan hal apa.

Sekarang tu saya kayak harus meraba-raba gitu nggak tahu harus ke mana. Saya tahu, saya harus jalan terus karena kayaknya hidup tu emang gini. Belum lagi saya kepikiran tentang keluarga saya yang masih tetap ngasih uang bulanan meski saya udah lulus.

Awalnya saya merasa buruk, karena masih ngerepotin sampai akhirnya senior saya di kampus dulu bilang nggak ada yang salah akan hal itu “Nggak perlu merasa gagal hanya karena kamu masih nerima uang jajan bulanan dari orangtua mu”. Point-nya dia bilang terlepas dari apapun, itu masih kewajiban orangtua kita buat bantu kita karena belum bisa berdikari.

I feel better after that kayak justifying tindakan saya gitu kalau it’s okay buat ngantongin duit itu hehe. Sebenarnya perasaan bersalahnya itu lebih ke nominal uang jajan sekarang itu nggak ada bedanya sama pas jaman kuliah. Kalau di kuliah kan mending karena saya juga beli makan, nah ini makannya kan di rumah jadi uangnya kebanyakan, tapi tetap nggak nolak, haha. Its okay, gue nabung aja, mana tahu bisa buat beli mobil dan sisanya nonton konser Couldplay, wahaha.

Oke, kayaknya gue udah mulai ngaco deh. Maka dari itu sebelum menutup postingan ini saya mau menyampaikan pelajaran berharga yang saya peroleh hari ini yaitu tentang main character. Dalam hidup saya, saya adalah main character-nya so jalan apapun yang saya pilih it’s depend on me. 

Okay Allah udah ngasih scenario and many clues, bahwa kalau saya pengen ending-nya bahagia you choose this way, kalau mau sad ending you may go that way. You decide. Kita karakter utamanya gais, so hope we can create our perfect stories sebisa mungkin. Cerita sempurna dalam versi kita, kita yang tentuin endingya gimana.

So guys I hope you can life your live the fullest without thinking about fucking tomorrow, mari jalani hari ini sebahagia, setulus, dan sebisa mungkin, jika masih ada yang kurang kita bisa memperbaiki dan mengevaluasinya besok, besok, besok dan besok. Namun, jika tidak ada lagi besok bagi kita setidaknya tidak ada penyesalan karena kita telah menjalani hari ini dengan sepenuhnya.

Well, sok bijak banget sih hahaha. Baiklah, terimakasih sudah membaca kegalauan gue yang nggak penting-penting amat ini, in the end I wanna say stay healthy physically and mentally, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Designed by me
Sumpah setelah tiga hari lebih sakit dan dicurigai aneh-aneh alias covid-19 sama sodara sendiri, hari ini saya sudah bisa nulis dan curhat lagi dong di sini. Selain rindu celoteh di blog ini, tahu nggak kegiatan apa lagi yang saya rindukan setelah puas tiga hari goleran kemaren? Yep, nyuci piring pemirsa, saya rindu nyuci piring setelah beberapa hari nggak melakukannya. Dasar pembantu, hahaha.

Mungkin, karena hanya itu kerjaan rumah tangga yang saya suka atau mungkin karena saya sudah biasa melakukannya setiap hari selama di rumah. Soalnya piring numpuk di westafel bisa membuat mood saya rusak, makanya di rumah saya suka greget kalau banyak piring kotor yang numpuk, jiwa Inem saya lansung keluar.

Oh ya, karena postingan kali ini bercerita tentang Simar, jadi saya tidak akan membagikan tutorial bagaimana cara mencuci piring dengan baik dan menyenangkan. Tidak, jadi tenang aja, hehe. So, siapa itu Simar?

Simar bukan siapa-siapa kok gais, bukan seseorang yang bisa membuat saya terduduk patah hati, bukan. Apalagi mantan dosen pembimbing atau tukang ayam geprek langganan saya dulu. Simar hanyalah sesosok kucing liar yang biasa nongki di pasar, baru kemudian naik tahta jadi kucing rumahan setelah diboyong pulang dan di belikan kandang oleh kakak saya.

Simar hanyalah sesosok kucing yang tiga bulan kemudian tiba-tiba hamil (dasar binatang haha) dan sudah melahirkan lima anak di pertengahan September kemaren, hahaha. Ya terus ngapain lu ngomongin Simar di sini? Ya, nggak ada. Pengen aja, suka-suka gue dong, orang ini blog gue kok, haha. Songong emang kalau saya jawab seperti itu.

Jadi kenapa tiba-tiba saya bahas Simar? Ya nggak ada, hahaha. Masih aja ya. Haha. Sebenarnya saya nggak terlalu suka binatang, karena emang nggak becus ngerawat dan malas ribet. Lebih tepatnya sih, saya jijik-an. Saya sempat mau melihara kelinci, tapi jijik sama belek dan pipisnya yang bau, hahaha.

Jadi, saya nggak pernah benar-benar punya binatang piaraan. Soalnya kasihan, nanti kalau nggak ke urus kan jadi dosa. Dulu sewaktu kuliah saya punya si Bambang, kucing kampung yang saya jaga dengan setengah hati, muehehe. Intinya si Bambang nggak saya rawat-rawat amat lah, cuman saya kasih makan doang, itu pun kalau lagi bokek, nggak saya beliin hehe.

Masalahnya si Bambang ini, juga nggak tahu datangnya dari mana. Tiba-tiba aja dia muncul di depan pintu kamar dan minta makan sambil mbak udah tiga hari nggak makan mbak miauw-miauw, suara kucing gimana sih? Ya intinya dia melas-melas gitu lah, khas kucing banget pokoknya. Lha? Kok jadi bahas Bambang sih, bukannya tadi topiknya tentang Simar ya?

Oke lanjut, jadi Simar ini beda dari kucing yang lain gais, karena Simar ini nggak banyak bacot, tipe-tipe kucing yang tahu diri lah gitu. Contohnya dia bakal cakar dan gigit kaki saya kalau lagi laper, sungguh mulia sekali akhlaknya (sambil geleng-geleng kepala). Semenjak tinggal bersama saya, sudah tidak terhitung lagi berapa kali dia nyakar saya dan ponakan, minta dicarutin emang, hahaha.

Tapi anehnya gais, semenjak anaknya lahir dia udah nggak pernah nyakar lagi, prilaku dia jadi berubah drastis, baiiiik banget. Nggak tahu deh dia habis makan apa atau baca buku parenting apa gitu. Nah, walau si Simar ini suka bar-bar kalau lagi lapar, tetep aja gais ada yang saya suka dari dia, yakni Simar nggak doyan ndusel-ndusel dan jaraaaang sekali bunyi alias miauw-miauw nggak jelas gitu. 

Soalnya yang saya benci dari kucing ya ndusel-nduselnya itu, jijik sumpah. Pokoknya tipe yang talk less do more gitu, haha. Kayak kalau lapar lansung gigit majikannya, itu dulu ya. Sekarang Simar sudah bisa menghormati yang punya rumah, karena kalau lapar dia nggak lansung nyakar lagi tapi ngomong pake matanya gitu, ngerti kan maksudnya.

Tapi, etapi sesuka apa pun saya pada Simar, perkara bersihin kandang Simar sih tetap no way alias ogah, hahaha. Jijik tetap, bau juga, nggak mau lah intinya, wkwk.

Kalau dipikir-pikir lagi, baru kali ini lho saya bahas kucing even bukan pecinta kucing, karena saya cintanya kamu, hueek. Hahaha. Oh ya, selain bahasin Simar saya juga mau bahas diri saya sendiri yang udah kayak orang gila lagi saking stress-nya di rumah aja. Oke, yang nyuruh gue bersyukur sini lo, biar gue apain ya? Hahaha.

Ya intinya bersyukur itu pasti, tapi percaya nggak percaya ada titik-titik yang membuat kita sebagai manusia jenuh dan mulai mikir yang iya-iya.

Karena terlepas dari apapun nggak ada yang benar-benar tahu, kapan pandemi ini akan berakhir. Kuncinya itu vaksin-nya masih dalam proses, jadi hal yang dapat kita lakukan itu cuma berharap, positive thinking, dan menjaga mental kita supaya baik-baik aja.

Masalahnya dalam upaya membaik-baikan diri sendiri adaaaa aja nanti masalahnya. Yaudah lah ya, namanya juga hidup. Hidup gue emang nggak jauh-jauh dari curhat hahahaha. Oke gais, sekian dulu deh, semoga tetap sehat fisik maupun mental ya. See ya!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Designed by me
Roaaarr…! Hahahaha, jijik banget nggak sih sama pembukaannya? Hahaha. Well, hello gais, I’m back! Pasti nggak ada yang nungguin kan? Hehe, nggak papa lah, even nggak ada yang nungguin, tapi tenang aja, saya bakalan tetap menyapa kok, lama juga ya saya nggak nulis di sini, yaa sekitar lima harian lah.

Oke, kayaknya saya emang nggak jago bikin kata-kata pembukaan deh, bawaannya selalu ngelindur, haha. Kali ini saya mau bahas tentang tamu bulanan para perempuan di seluruh dunia, God emang perempuan ini tangguh bener ya bisa melalui masa period minimal sampai menopause. Ya, kalau dihitung-hitung normalnya perempuan haid itu di umur 9-15 tahun dan normalnya perempuan mengalami menopause itu di usia 45-55 tahun.

Jadi, kira-kira 30 tahun atau lebih lah para perempuan harus berhadapan dengan tamu bulanan mereka, itu kalau iya datangnya sebulan sekali, karena teman saya datangnya malah sebulan dua kali, jadi kalau bulan puasa dia lebih banyak makannya dari pada puasanya, hahaha. Jadi iri kan? Ya enggak lah, gila aja.

Nah, ada lagi nih yang lebih asoy dari pada kedatangan tamu bulanan, yaitu bonus period pain, mood swings parah, makan mulu, mager (ini mah dari dulu) hahaha. Yep, barusan saya deskripsiin diri sendiri kalau lagi menstruasi. 

Kalau lagi haid pertama dan kram perut, bagi saya orang nafas aja salah, hahaha, so kamu prefer jauh-jauh dari pada saya semprot dengan siraman rohani. Nggak tahu kenapa, berdamai sama mood itu susaaaah banget kalau lagi haid pertama. Saya juga lebih suka diam-diaman atau tiduuur karena mager.

Saat tamu bulanan datang badan sama kaki saya pegel-pegel banget, kalau di rumah biasanya kakinya saya kasih counterpain, kalau di kos saya biarin aja, hahaha. Mau tidur aja. Tahu nggak yang paling ngeselin itu pas masa-masa kuliah dulu, bayangin saat badan nggak siap tempur saya harus mikir atau presentasi di kelas, euhh, lengkap sudah.

Jadi memes tentang “Hati-hati sama cewek PMS” itu, saya rasa ada benarnya, tapi jangan dijadiin becandaan juga, harusnya yang cowok-cowok paham lah, hormone perempuan saat haid itu tidak stabil, apalagi tambah sama kram perut, rasanya tuh nggak bisa di defenisikan saking sakitnya, sakitnya di-ghosting pas lagi sayang-sayangnya mah, lewat.

Makanya saya suka salute sama perempuan yang masih bisa ngendaliin mood meski lagi PMS, kalau saya mah, masih suka semprot sana-sini. Saya jadi ingat roommate saya pas SMA dulu, soalnya kalau shubuh saya nggak ke masjid, dia lansung nanya “Sovi lagi haid pertama ya?" Dan ketika saya mengangguk, dia nggak mau dekat-dekat saya lagi, hahaha. Sampai di sesi curhat ala-ala kami, rata-rata sahabat saya yang dulu tinggal di asrama bilang “Lu kalau hari-hari biasa nyenengin, kalau lagi haid ngeselin” hahaha.

Masa-masa haid adalah masa di mana dompet semakin menipis, karena bawaannya ngunyah mulu, ngemil apa kek gitu, yang penting mulutnya disumpel pakai makanan. Tapi anehnya saya malah malas makan nasi, maunya makan sesuatu yang bisa dikunyah sambil rebahan. Gila aja makan rendang pas lagi rebahan, yang ada sprei saya bau bumbu rendang. Berusaha nggak makan pas lagi PMS sama dengan berusaha nggak rebahan saat pulang atau lagi nggak ada kelas pas kuliah, beraaaat banget, hahaha.

Pas posting tulisan ini, kebetulan saya lagi PMS, tapi tenang aja, nggak bakalan kena semprot kok, hahaha. Setelah puas tiduran dari maghrib sampai jam tujuh pagi dari kemaren, mood saya lumayan bagus hari ini, walau nggak bagus-bagus amat, karena perut saya masih cenat-cenut karena kram, ya intinya mood-nya cukup bagus lah buat upload tulisan ini, hehehe.

Udah deh segini aja cerita nggak penting hari ini, nggak usah panjang-panjang lah tulisannya, dari pada nanti saya kasih siraman rohani, haha, enggak ding. Nggak lucu. Well, selamat beraktivitas gais, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Eh, tahu nggak sekarang lagi viral banget tuh lagu dangdut yang “Kala kupandang kerlip bintang yang jauh di sana….” Gara-gara sepupu saya si Ayu nih, jadi ketularan nengokin dance tiktok Kopi Dangdut ini, si Ayu tiktoker bener emang, diam-diam aja ya, kayaknya kalau dia tahu saya gosipin dia di sini, gue bakal diblok, haha.

E, tapi, tenang aja gais, kamu nggak perlu putar badan, karena tulisan ini bukan tentang dance tutorial Kopi Dangdut kok. Ini adalah tulisan tentang voting pendapat, walaupun cuman saya dan Allah aja yang bisa baca tulisan ini sekarang, but no worries kita having fun aja. Setujukan? Okelah, lanjut gais. 

Sebagai makhluk sosial, manusia itu butuh berinteraksi dengan antar spesies lainnya, kalau mereka nggak bersosialisasi dan berbaur dengan sesamanya, maka tak jarang akan dicap sebagai manusia anti-mainstream, mengurung dan mengkarbit diri dalam kamar selama bertahun-tahun juga mempengaruhi mental kita, kalau orang Jepang bilangnya Hikikomori.

Nah, dalam bersosial kita pasti ada tersinggungnya dong, so apakah kamu tipe orang yang kalau marah, tersinggung, you name it, sukanya kode-kodean atau nyindir atau labrak lansung?

Hayoo, kamu team yang mana gais? Oh ya di sini konteksnya sama orang dekat ya entah itu sahabat atau pasangan, jadi mumpung saya nggak punya pasangan, maka otomatis ini berlakunya ke sahabat.

Saya adalah team yang obviously alias terang-terangan kalau tersinggung sama sikap atau perkataan orang lain, pokoknya saya bakal ngasih tahu saya tersinggungnya di bagian mana. Kalau marah sama mereka, sejauh ini saya pernahnya marah sama Tari, mungkin karena sekamar kali ya. Haha.

Saya kalau marah bilangin alasannya, kemudian baru diam-diam, hahaha sama aja, tapi masih mending dong, kan jelas saya marahnya di mana. Kalau saya diam juga nggak usah digubris palingan bentar lagi baik sendiri.

Diam itu bagi saya kayak pelampiasan rasa marah sesaat gitu. Tapi ada juga lho mereka yang kalau tersinggung, nggak ngomong sama sekali alias diam-diam bae, hasilnya, kita juga nggak tahu kesalahan kita apa, typical yang “Lo pikir aja sendiri” hahahaha. Sumpah, yang begini tu ngeselin tahu nggak, soalnya saya punya beberapa teman yang begini, makan hati juga kadang-kadang.

Masalahnya kita kan lagi rame-rame gitu becanda, trus tiba-tiba dia diamin saya, hahaha. Ingat momen ini aja kadang senyum-senyum aja, dari pada mengumpat, haha. Masalahnya, didiemin itu nggak enak rasanya, makanya saya rajin banget nyamperin dia “Gue salah ngomong ya tadi? Kalau iya gue minta maaf deh, walaupun gue nggak tahu salahnya di bagian mana”. 

Nah, yang bikin naik darahnya itu, doi diam aja, alias saya dikacangin. Biasanya kalau udah gitu saya bakalan ngirimin surat (masih berusaha) kurang baik apa gue coba? Kalau bagian ngirim surat ini, usaha terakhir nih, habis itu saya biarin aja, sakarepmu lah. 

Saya pernah tu beberapa kali diposisi yang didiemin gitu, syukurnya sekarang dia udah nggak gitu, mungkin kemaren itu masa-masa labil kayaknya. Memang sih reaksi orang beda-beda kalau tersinggung perasaannya.

Kalau kamu gimana gais? Apakah team yang diem-dieman atau terang-terangan, silahkan vote di komen bawah. Hahaha, enak juga ya kalau ngomong sendiri gini.

Oke, karena nggak bakal ada yang nge-vote, mari kita sudahi saja tulisan ini, semoga pandemic cepat berlalu, semangat untuk para pejuang di first liner dokter,perawat, petugas makam jenazah covid-19, you are guys the real hero. Akhir kata, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pic from Pinterest
Hahaha… pengen ketawa, tapi yang keluar malah air mata. Oh ya ada kabar baik dan kabar buruk di minggu ini, kabar buruknya I decided to make all of my writings private, so automatically my friends cannot read the blogpost and leave a comment here anymore, sorry guys.

I don’t know why, but when I realize that I’m not the only one, who can read anything here, there’s a feeling that I cannot explain about, ngerasa privasi saya udah dilanggar aja gitu, karena mostly tulisan-tulisan di sini kan isinya curhat menye-menye ya, jadi ketika ada orang lain yang baca dan komen berasa aneh aja gitu. Absurd bener gue emang.

Soalnya dulu sebelum punya blog saya juga suka ngomong sendiri di handphone sambil direkam, saya ngomong apa aja, kadang pakai bahasa Inggris yang belepotan, kadang ngomel-ngomel nggak jelas, sesuka aing lah gitu. Jadi, rasanya itu mirip-miriplah ketika rekaman itu didengerin orang lain, saya kan nggak nyaman, hehe. Emang nggak gahol lu Sov.

Awalnya saya udah berusaha enjoy sih “Nggak papa lah Sov” tapi lama-lama jadi “Wah apa-apa nih Sov” hahaha. Dan kabar baiknya, setelah membuat blog ini private, perasaan saya berasa lega aja gitu, berasa di rumah nggak ada orang, enjoy, bisa guling-guling dari ruang tamu ke dapur, tanpa takut ada yang negur, tanpa takut dibilang nggak sopan, ya suka-suka sayalah intinya. Emang gue nggak cocok jadi terkenal, muehehehe. Sekarang aja saya lagi goyang Dumang nih, saking bebasnya.

Well, minggu ini tu berasa nano-nano tahu nggak, perasaan saya campur aduk, pokoknya mood saya kacau bangetlah. Pertama, beberapa minggu ini saya empty, saking nggak tahu harus bereaksi seperti apa, karena si mamak tiba-tiba dirawat di rumah sakit dan ini adalah pertama kalinya mamak sakit sampai dirawat kayak gini, yang membuat saya kacau adalah beberapa hari sebelumnya mamak nelfon bilang kangen sama saya.

Sumpah kemaren itu saya lansung nangis dan mengutuk diri sendiri karena merasa bersalah, for me membuat mamak kangen adalah sesuatu yang nggak bisa saya maafkan, saya ngerasa kurang ajar aja gitu. Ditambah lagi dua hari setelahnya kakak saya yang di Sumbar tiba-tiba chat bilang si mamak dirawat di RS.

Alhamdulillah-nya minggu kemaren mamak udah bisa pulang saya seneng banget, karena jujur pikiran saya sempat kemana-mana karena sempat drop banget, makasih ya Allah akhirnya mamak bisa sembuh lagi. Kemudian minggu-minggu ini saya juga sering nangis, karna berantem sama si kakak. Saya nggak ngerti lagi musti ngapain saking frustasinya.

Sampai akhirnya saya sadar, ternyata saya nggak cocok tinggal sama keluarga, I hate being control by someone dalam artian kata nggak merdeka sama pilihan sendiri gitu, saya benci didefinisiin ini itu sama seseorang yang nggak tahu saya sebenarnya, kata-kata bullshit kayak “You may know me, but you have no idea about who really I’m” itu beneran ada tahu nggak.

Saya sadar, dua belas tahun terbiasa hidup sendiri, lalu tiba-tiba balik lagi pulang berkumpul dengan keluarga dan mematuhi aturan-aturan mereka, membuat saya nyaris kehilangan diri sendiri, mungkin karena selama ini saya sudah terbiasa hidup dengan gaya dan aturan sendiri, terbiasa sebagai pemegang mutlak akan pilihan-pilihan yang saya buat, jadi tanpa sadar saya jadi egois gitu nggak sih? Tapi, bagi saya, sayalah yang paling paham dengan apa yang saya butuhkan, sayalah yang paling mengerti kenapa saya berbuat ini, kenapa saya berbuat itu. 

Saya berharap banget bisa keluar dari situasi ini secepatnya and find the missing me again, nggak enak banget hidup kayak gini ya Allah. Mungkin juga selama ini saya udah mindset bahwa rumah itu sebagai tempat liburan bukan sebagai tempat menjalani hidup.

Oh ya, karena lama di rumah dan melihat kakak saya mengurus hal segalanya termasuk anak mereka saya jadi aneh-aneh lagi kayak mikir “Is marriage really necessary?” dan saya juga mikir anak itu distraksi? Ya Allah kejam banget ya gue mikir gitu?

Huftt…entahlah, kan udah dibilang semuanya campur aduk, hidup di tahun 2020 nih, roller coaster banget tahu nggak. Saya cuman bisa berdoa sama Allah semoga semua ini cepat berlalu dan soon saya bisa dapat kerja dan menata ulang mimpi dan menjalankan semua planning yang sudah menggantung di kepala.

Kemudian di penutup tulisan ini, saya mau nyanyiin lagunya Beat Avenue dulu, nggak, nggak gais, judulnya bukan Fight Song, kayak judul postingan ini, saya pun nggak tahu kenapa milih judul postingannya begitu, padahal nggak nyambung sama isinya. Aah yasudah lah. Heyo! Are you guys ready? Tangannya di atas and Akang Gendang musiiiikkk…… yiiihaaa!

…. And global pandemic took over my life and put out some music that nobody liked, so, I got really sad and bored at the same time and that’s why I’m like… Yooo sebelah sana mana suaranya? 

Lowkey fuck 2020, still sad, still ain’t got no money. I ain’t got a watch up on my wrist, I just got some shit I gotta fix.

Semuanyaaa…Lowkey fuck 2020, I don’t know about everybody else, but I think that I’m kinda done, can we just get to 2021? (Please).*ngos-ngosan*.

Is not one hundred percent fucked up, tho. Cause we know in life there’s positive, there’s negative, there’s North, there’s South, there’s Kim Jong Un, there’s Mon Jae In, yagitu-gitulah intinya and for the last, I do believe guys, that we can get through into this, so keep going. Alaaah nggak bisa banget sih, ngasih kata-kata semangat, tapi I really meant it and berharap di waktu yang bersamaan. Kayaknya segini dulu deh gais, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Blog Archive

  • ►  2025 (5)
    • ►  January 2025 (5)
  • ►  2024 (9)
    • ►  November 2024 (3)
    • ►  January 2024 (6)
  • ►  2023 (13)
    • ►  September 2023 (5)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  March 2023 (2)
    • ►  January 2023 (2)
  • ►  2022 (7)
    • ►  December 2022 (4)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  December 2021 (2)
    • ►  November 2021 (2)
    • ►  October 2021 (2)
    • ►  September 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
  • ▼  2020 (32)
    • ▼  December 2020 (3)
      • Kejutan Akhir Tahun
      • It's Just Begin
      • Lik, Aku Punya Cerita
    • ►  November 2020 (7)
      • Remember Me: Kisah Penuh Kasih
      • Our Home
      • Haters Gonna Hate
      • Detail
      • Leave Me Alone, Please!
      • I Have Nothing to Say
      • Wake Me Up When 2020 Ends!
    • ►  October 2020 (4)
      • Main Character
      • Ngomongin Simar yang Buntutnya Curhat
      • Period Pain: I Am a Lion
      • Secretly or Obviously?
    • ►  September 2020 (9)
      • I Play My Fight Song
    • ►  August 2020 (7)
    • ►  July 2020 (1)
    • ►  June 2020 (1)

Created with by ThemeXpose

Edited with by A Dreamer