­

Remember Me: Kisah Penuh Kasih

by - November 21, 2020

Pict from Pinterest
Hai! Lilik disini!

Tulisan ini adalah bentuk kolaborasi sebagai perayaan dibuka kembali blog A Dreamer untuk umum, yay!

Pertama kali dikabari oleh Kak Sopya blog ini akan ditutup, aku turut sedih. Tapi aku tetap mendukung apa yang benar-benar Kak Sopya inginkan. Lagian aku mana berhak melarang-larangnya meskipun aku adalah salah satu manusia favoritnya (pede mode on).

Okedeh langsung aja, kali ini aku akan menceritakan potongan kisah yang pernah kami lalui bersama. Harapannya, sih, Kak Sopya akan berterimakasih samaku karena udah berhasil mengingatkannya kembali tentang momen-momen berharga ini, eak.

Pertama, bagaimana aku mengenal seorang Kak Sopya.

Di kehidupan nyata aku memanggilnya Kak Sopi tapi kali ini aku mau menyapanya dengan Kak Sopya, terdengar puitis aja gitu, menurutku haha.

Di awal-awal menjalani hidup sebagai anak Kos Ummi, aku ngga tau bahwa ternyata ada seseorang bernama Sopya yang juga ngekos disana. Yaa gimana, Kak Sopya ngga pernah terlihat di berbagai kegiatan Kos seperti berkunjung ke rumah bapak kos hingga kegiatan pengajian yang diadakan setiap malam Jumat. Sampai akhirnya Kak Tari mengatakan bahwa salah satu teman sekamarnya bernama Sopya sedang pulang kampung ke Batam. Satu kata untuk Kak Sopya, badung! Orang udah mulai kuliah kok masih di kampung.

Entah di pengajian ke berapa barulah Kak Sopya hadir. Bermukenah biru laut dan duduk di samping Kak Tari. Kali itu keberadaannya langsung mendapat perhatianku, karena dengan beraninya ia membenarkan lafadz bacaan Al-quran yang salah dibacakan oleh petugas hari itu (aku lupa siapa orangnya haha). Yaa, emang seharusnya begitu sih. Dari sanalah aku menatap takjub Kak Sopya. Meskipun dia member baru di pengajian itu, tapi dia berani melakukan sesuatu yang membuat semua pandangan orang jadi tertuju ke dirinya. Satu kata sebelumnya yang sudah berhasil kulabeli untuk Kak Sopya langsung tergantikan dengan, keren!

Kedekatanku dan Kak Sopya mulai terjalin ketika Reyhana membeli motor baru dan mengadakan syukuran serta membagi-bagikan miso kriuk. Di acara syukuran itulah aku mengingatnya untuk pertama kali Kak Sopya dan dua orang roommate-nya mengajakku bercanda serta makan di bawah bersama mereka (kebetulan kamarku ada di lantai atas dan Kak Sopya di bawah).

Kedua, diriku dan dirinya sepertinya sama.

Di Kos Ummi ada dua orang yang selama kuliah ngga pernah memasak. Jelas, itu adalah aku dan Kak Sopya. So, kami ngga pernah menginjakkan kaki di pasar. Hingga di suatu sore, aku dan Kak Sopya pergi berkeliling naik motor sampai tiba di depan Pasar Selasa. Yep, hari itu Hari Selasa, hari dimana pasar di dekat tempat tinggal kami diadakan. Tiba-tiba kami kegirangan kayak anak kecil. Sepertinya mencoba masuk ke pasar adalah ide yang sangat cemerlang. Yaa kami harus masuk ke pasar! Udah bertahun-tahun tinggal di sana masa ngga pernah masuk ke pasarnya.

Baru saja memarkirkan motor, eh tiba-tiba teringat kalau di antara kami ngga ada yang membawa hape. Rasanya momen masuk ke pasar itu harus diabadikan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk balek ke kos hanya untuk mengambil hape. Abang parkir yang melihat pergerakan mundur dari motor kami pun menghampiri hendak meminta uang parkir. Lalu kami mengatakan bahwa kami belum jadi masuk ke pasar dan nanti akan kembali ke pasar lagi serta membayar parkir. Untungnya si abang percaya. Kalau enggak kan bisa rugi cuyyy. Tapi parahnya ketika kami kembali ke pasar lagi dari kejauhan sudah tampak si abang parkir tadi memanggil-manggil sampai teriak menyuruh kami menuntaskan janji dan tidak parkir di tempat lain. Iya bang, iyaa.. kami akan parkir di tempat abang kok, tenang.

Di pasar kami hanya berkeliling-keliling menyaksikan aktifitas jual beli. Sesekali mengatakan “ih murah yaa...” apabila mendengar teriakan pedagang yang menyebut kualitas dagangan dan harganya yang tidak kami sangka. Memasuki bagian pasar yang rame kami pun mulai mengaktifkan kamera hape. Memperlihatkan aktifitas pasar dan memperdengarkan teriakan para pedagang yang saling berpacu semangat. Yaa, hanya seperti itu yang kami lakukan hingga akhirnya pulang dengan membawa kresek yang berisi empat es lilin kacang ijo serta jagung rebus yang udah tua. Sangat terlihat kan kami yang awam dengan pasar dan segala tetek bengek masakan atau makanan, sampai ngga tahu kalau mau beli jagung rebus itu enaknya jagung yang muda.

And then, sampai di kos. Saking excited-nya aku dan Kak Sopya sangat semangat bercerita ke anak-anak kos bahwa harga jual timun, tomat, atau sayuran lainnya dijual sangat murah di Pasar Selasa. Padahal itu emang harga wajar. Kami aja yang ngga tahu apa-apa karena ngga pernah belanja. Ternyata excited kami ngga bernilai apa-apa, duh.

Jadi benar ternyata bahwa persahabatan itu bisa berlangsung lama banget karena ada banyaknya kesamaan baik dari hal yang disuka, tidak disuka bahkan sampai pemikiran.

Dah ah, see you teman-teman, semoga di collab selanjutnya bisa menyapa kalian lagi hehehe.

❤ ❤ ❤

Well, senang akhirnya, saya collab juga, hahahaha. Tulisan di atas adalah milik Lilik, anak orang yang sudah gue anggap seperti adik sendiri, berhubung gue nggak punya adek perempuan. Jadi, sebenarnya tema kali ini adalah kami berusaha menuliskan momen bersama yang kira-kira salah satu diantara kami tidak mengingatnya. Saya menuliskan cerita yang kira-kira Lilik sudah lupa and vise versa.

So, that's why ada embel-embel remember me di awal judul postingan. Saya hanya ingin menyimpan kenangan kami di sini. Sebagai bahan nostalgia kelak.

Terimakasih atas tulisanya Lik, you got me, karena yang pertama itu aku murni nggak ingat, begitu juga yang kedua, aku ingatnya ketika baca ini, terutama bagian diteriakin abang tukang parkir, karena kita janji balek lagi dan bakalan parkir di sana. Hahahaha.

Thank you guys, sudah sudi membaca 😊

Oh ya, betewe nama panggilan saya emang banyak banget, ada yang manggil Sovia, Sovi, Sopya, Sopi, Sopik, Opik, Shopee, Shopie Paris, Sophia Latjuba (sumpah saya muak banget dipanggil ini), bahkan ada yang manggil Opi Kumis, dan jangan lupakan Yeva yang doyan  manggil gue wak Opi. JAHAD.

You May Also Like

3 comments