­

Wake Me Up When 2020 Ends!

by - November 06, 2020

A Dreamer
Halo guys! Welcome to my very first blog post on November, so how’s your life? Well, sebelum bercerita, saya mau nyanyi dulu boleh lah kan? Ekhem (tarik nafas). Isn’t it lovely, all alone? Heart made of glass, my mind of stone. Tear me to pieces, skin and bone. Hello welcome home. Yep, saya lagi dengerin lagunya mba Billie Eilish featuring Khalid, nggak tahu kenapa rasanya lagi saya banget, wkwk.

So, apa kabar saya belakangan ini? Just like usual, saya masih di rumah aja dan masih sehat Alhamdulillah. Kegiatan saya beberapa hari belakang ya, nggak jauh-jauh dari goleran di kamar, main sama ponakan, blogwalking seadanya, dan terakhir saya ikutan Paid Guest Post #2 dooong, wuaaa lega akhirnya mengalahkan ke-insecuran saya terhadap tulisan sendiri.

I don’t even expect anything, saya hanya sangat bahagia bisa mengalahkan suara kedua dalam pikiran saya, cause based on my experience, the second voice adalah suara yang menghasut saya untuk tidak melakukan sesuatu.

Waaah, nggak nyangkanya sekarang udah November, nggak lama lagi 2021 nih, still can’t believe that global pandemic took over our life. Hmmm… selain goleran dan blogwalking seadanya, saya lagi riset tentang honor killing dan gender equality juga, ya walaupun nggak riset-riset amat sih.

Kenapa saya baca yang begituan? Ini karena bukunya I’m Malala. Saya lagi baca bukunya mba Malala, aktivis dari Pakistan, dari sana sedikit banyaknya saya jadi tahu bahwa ternyata Pakistan merupakan salah satu negara dengan gender equality terendah di dunia, sekaligus dengan kasus honor killing tertinggi. 

Sebenarnya make sense sih, ketika gender equality rendah maka tidak heran jika honor killing-nya tinggi. Ya, meski dalam kasus honor killing tidak semua korbannya perempuan. Dari kebanyakan kasus ini, rata-rata pelakunya mengatakan tidak menyesal setelah menghabisi korbannya. Sadis emang.

Kalau mau melihat bagaimana parahnya kasus ini di Pakistan, coba aja nonton beberapa film dokumenter terkait ini di youtube. Tapi, jangan di tonton saat pandemi deh, karena dijamin bisa bikin kamu sedih seharian.

Selain riset ala-ala, saya juga selalu berharap hari Kamis cepat datang. Alasannya? O, jelas karena nggak sabar nonton episode lanjutannya om Dong Wook, semakin kesini kisahnya semakin seru euy. Sekarang aja saya lagi nunggu tayangannya, haha.

Sumpah saya nggak tahu lagi nulis apaan, kelihatan banget tulisan ini tidak penting sekali, wkwk. Soalnya minggu ini tu nggak ada yang spesial (minggu lainnya juga enggak sih). Eh, tahu nggak tiap nonton drakor saya selalu salah fokus sama sepatu para pemainnya, hahahaha.

Saya nggak bisa nahan buat nggak ngamatin sneakers yang tokohnya pakai. Apalagi kalau drama-nya tentang anak sekolahan, wuaaa gue ngiler nengok sneakers-nya hehe.

Terakhir, saya mau bilang kalau judul postingan ini nggak ada hubungannya sama isinya, hahaha. Karena mikirin judul tulisan itu mumet banget tahu nggak, yaudah saya kasih aja judul begituan, karena kalau dibanguninnya pas September berakhir, jatuhnya lagu Greenday dong, haha. Tahukan yang Wake Me Up  When September Ends (dijelasin biar nggak garing, haha).

Mumpung bentar lagi juga tahun baru, walau kayaknya tahun depan Indonesia bakal rame lagi soal pembagian vaksin Corona (feeling saya aja sih). Saya sangat berharap pembagian vaksinnya bisa merata, jangan dibeda-bedakan rakyatnya tolong pak pemerintah.

Sinis banget ya gue kesannya sama pemerintah sendiri? Hehe. Emang iya sih. Saya lagi kesal aja sama cara kerja polisi, apa-apa tunggu viral dulu baru ditindak lanjuti. Banyak kasus yang saya rasa kalau udah viral terus masa marah, baru cepet-cepet diselidiki, pada ngapain sih emang?

Udah deh Sov, soksoan banget sih lu jadi orang, hahaha. Oke, maaf pemirsa, saya emang gitu orangnya soksoan, wkwk. Well, kayaknya segini aja deh, thank you for reading this unimportant story. Have a nice day guys, see ya!

 


You May Also Like

2 comments