• Home
  • About
Powered by Blogger.

A Dreamer

I give you my fav flower to start the year

Paulo Coelho once said, if you brave enough to say goodbye life will reward you with the new hello. So, within this post I wanna say goodbye to the things that ruined me this year. I wanna forgive myself about what I have done, I wanna embrace the bad and good things that wrapped me into a roller coaster life journey in the 2021. So, I hope, I can welcome the new year with the open arms and of course with the stronger Sovia ever. Meanwhile, the first favorite words to say is still "Dear 2022, please being nice to me" haha, well I'm ready to fight. Hope you guys will find a wonderful day next year and if it were not wonderful as you wish  today, its okay, because life doesn't always give us a nice choice to pick.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Ngomongin soal 2021 nggak kerasa Desember udah mau habis setengahnya ya, di mana artinya beberapa minggu lagi kita bakal memasuki tahun baru 2022. Oh ya, sambil ngetik ini saya lagi dengerin lagu Still With You dari Jungkook. To be honest, gitar cover lagu ini buat saya betah dengerinnya on repeat, padahal dulu nggak pernah ada yang ngalaihin gitar cover-nya soundtrack The Games Of Thrones, hehe tahu kan yang ada Emilia Clark-nya.

Sebelumnya saya mau mengucapkan terimakasih kepada orang-orang baik yang saya jumpai di tahun ini, baik itu melalui blog atau pun in real life. I really meant it. Saya tahu, saya tidak akan mungkin bisa survive jika tidak melalui support orang-orang baik yang Allah kirim di hidup saya. Yep, I do believe bahwa kalian semua guys nggak mungkin sebuah kebetulan yang tiba-tiba melipir ke hidup saya. Terimakasih, terutama kepada Allah yang Maha Baik.

So, back to the topic what things that 2021 gave me?

Maturity

Sounds a bit bullshit rite? Haha but I really got it this year. Saya berusaha keras belajar untuk tidak take things for granted, saya berusaha membuang pemikiran bahwa apa yang saya lakukan hari ini tidak ada manfaatnya ke diri saya. Saya yang berusaha keras untuk tidak ke trigger lagi akan banyak hal, saya yang membiasakan diri untuk take a deep breath dan diam dulu akan hal-hal yang membuat saya ingin mengumpat kasar. Kalau dulu saya merasa 2020 merenggut banyak hal dari diri saya, di tahun 2021 saya sadar bahwa 2020 tidak merenggut apapun, 2020 menyelamatkan saya dari society, I know 2020 gave me no other choice, namun tidak semuanya sucks. Saya yang berusaha melawan overthinking dan berusaha lebih rileks lagi. Saya pikir 2020 tahun terberat saya, but now I knew 2021 lebih roaarrr dibanding tahun lalu. 2021 terlihat lebih santai, namun beban mentalnya lebih banyak hehe.

God damn, sebenarnya saat nulis ini saya masih nggak percaya bahwa 2021 bakalan berakhir, rasanya baru kemaren banget saya nyayiin lagunya Beat Avenue yang F 2020, di mana di bagian "Can we just get to the 2021" saya aminin dengan serius, ehh sekarang udah mau berakhir. Well, next hal-hal luar biasa yang patut saya syukuri di tahun ini adalah jeng jeng jeng.

My Job

Oh I know ferguso, hahaha. Saya mungkin tidak mencintai pekerjaan ini, bahkan saat menulis ini pun saya masih berfikir buat resign or at least 2022 cepat berlalu biar kontrak saya bisa habis lagi. Si manusia yang katanya ingin bersyukur tapi tidak benar-benar bersyukur. Pekerjaan yang hari ini saya peroleh benar-benar membuka mata saya akan kehidupan young adult, yang sampai membuat saya mengalami crisis exisntencial, saya benar-benar nggak tahu arah banget kemaren, stress parah dan anxious night yang berkepanjangan. Overthinking akan banyak hal dan takut hidup yang saya jalani hari ini tidak bisa menjanjikan apa-apa di masa depan. Bahkan, kalau ditanya lagi, I dont even know why I did that, thinking about everything that hard.

Dari pekerjaan ini saya mempelajari karakter orang dan karakter diri saya sendiri. Saya belajar untuk tidak manut-manut saja, saya belajar mempertahankam argument, saya belajar mempelajari situasi, dan yang terpenting saya belajar bagaimana mengambil keputusan. Saya memutuskan hal-hal yang bisa saya umbar keluar dan hal-hal yang harus saya simpan sendiri saat berhubungan dengan rekan kerja. Well, bak kata orang-orang bijak bahwa segala sesuatu itu seperti mata koin yang mempunyai dua sisi yang berbeda. Di satu sisi ini mungkin nggak enak, tapi disisi lain ada benefit yang lain yang saya peroleh. 

Kemudian yang terpenting dengan bekerja saya bisa bergalau ria dengan uang di tangan, ya setidaknya saya bisa menghibur diri dengan jajan minuman boba, beli baju, buku, dan hunting makanan promo di mall-mall.

Friends

Jauh dari para sahabat dan khawatir tidak bisa bersosialisasi dengan baik merupakan ketakutan saya di awal-awal bekerja dahulu, thank to my team yang treated me that nice di awal pertemuan dan bulan-bulan berikutnya. Di sini saya mempunyai teman yang supportif, terutama kak Indri, staff divisi sebelah yang baiknya minta ampun. Awal bekerja di sini dia membantu saya banyak hal, orang pertama yang saya tanya this and that saat audit perusahaan, meski kerjaan dia hectic banget kak Indri nggak pernah mengabaikan saya sedikitpun. She's so fucking nice.

Bisa dibilang lingkungan pertemanan saya disini cukup positif. Mereka selalu bisa menenangkan saat Manager mengamuk yang endingnya selalu jadi candaan untuk mengembalikan mood yang anjlok. Teman-teman yang selalu update akan makanan-makanan promo. Teman yang selalu asik diajakin makan di AYCE.

Sebenarnya banyak hal berharga yang saya dapatkan dari tahun ini, hari-hari yang paling padat dan cukup membagongkan siapa sangkanya terjadi di tahun ini. Ditahun ini saya juga menemukan sesuatu yang belum saya sadar ada dalam diri saya, pokoknya saya merasa dewasa banget tahun ini wkwk.

Sebenarnya saya nggak tahu apakah judul postingan ini cocok dengan hal-hal berkaitan diatas, but deep down inside, I really feel like 2021 is more tough than 2020. Saya takut nanti ketika ngomong begini, ternyata 2022 lagi lirik-lirik sambil bilang "Nggak tahu aja nih anak, kalau gue lebih seterong hahaha". Well, apapun nanti kejutan di tahun 2022 baik dan buruknya, harapan saya cuman satu semoga Allah tetapkan kuatkan pundak saya, karena apa yang saya lalaui hari ini berarti memang untuk saya. Okay, guys sepertnya sekian deh cerita kali ini, btw rekan-rekan saya sudah banyak berburu perintilan Natal, asik juga lihat mereka pilih-pilih perintilan unyu untuk hias pohon Natal di rumah mereka. Ini pasti kesannya kayak buat kue lebaran deh, excited tapi juga capek, hahaha.





Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kali ini saya mau cerita tentang tanda centang biru aplikasi chat via WhatsApp, kebetulan secara pribadi I make my WhatsApp on private mode, jadi teman atau rekan yang chat saya nggak tahu apakah pesan mereka sudah saya baca atau belum. Saya sudah melakukan ini selama dua tahun lebih, mau tiga tahun. Sebagian orang mungkin tidak setuju atau bahkan ada yang terang-terangan bilang kesal dengan mode privasi semacam ini. Terakhir salah satu teman pernah bilang, bahwa tujuan apllikasi ini dibuat ya untuk berkomunikasi, dengan adanya privasi semacam itu malah mempersulit komunikasi (pendapat dia demikian).

Personally, saya tidak ada masalah dengan dua-duanya, entah itu mengaktifkan centang birunya atau tidak. Menurut saya, dengan adanya pilihan privasi semacam ini berarti WhatsApp sudah survey dan memepertimbangkan banyak hal akan tipe-tipe pengguna aplikasi chat (IMHO ya hehe).

Asal mula saya menonaktifkan centang biru itu karena segan telat balas pesan dosen pembimbing ketika nggak sengaja kebaca pas saat terkirim. Ya, maklum lah sebagai anak bimbingan kadang saya harus nanya pendapat si Ani dan Anu dulu kalau diintrogasi via pesan masalah skripsi. Kemudian alasan selanjutnya adalah untuk melindungi diri saya sendiri wkwk. Untuk sebagian orang mungkin saya terlihat sombong dan judes, tapi percayalah sebenarnya saya over sensitive dan rentan patah hati. 

Mungkin kalau saya mempunyai orang tersayang (lawan jenis), saya akan menjadi sedikit posesif, karena dilihat dari gelagat saya sama sahabat dan mama saya juga demikian.

Saya tidak suka perasaan mellow ketika mengetahui pesan saya tidak dibalas tapi sudah dibaca, jadi untuk menghindari hal tersebut saya lebih memilih mode privasi semacam ini, dengan tidak mengetahui mereka sudah baca atau belum saya enjoy saja, mau mereka tidak balas pun saya mikirnya mereka nggak baca, hehe.

Bener saja hal ini jadi membuat saya jadi tidak mengharapkan apa-apa, ya paling nanti kalau memang urgent saya akan telpon orang yang bersangkutan. 

Well, hal ini berdasarkan pendapat dan perasaan pribadi saya banget ya jadi tidak perlu terlalu dipikirkan, hehe, jika ada diluar sana orang yang protes thats their own, mungkin mereka juga mempunyai alasan tertentu. Its okay. Saya cuman berfikir bahwa jika tidak ada kerugian besar yang ditimbulkan terhadap pihak lain akan privasi semacam ini, ya berarti tidak apa-apa, thats why tidak perlu diperdebatkan atau marah akan pilihan seseorang.

Lastly, selamat berhari Senin semua, kali ini Batam panas terik dari pagi saya malas keluar ruangan wkwk. Selamat menjalani hari ya semua.

Di akhir tulisan ini saya mau tuliskan learned lesson yang saya dapatkan beberapa hari belakangan, setelah memikirkan banyak hal (lagi). Saya tidak sengaja membaca tulisan anonymous yang bunyinya begini: You break your own heart, when you expect people to see the world the same way as you. Menurut saya benar sekali bahwa dalam hidup kita hanya akan menyakiti diri sendiri jika mengharapkan orang lain bisa melihat dunia seperti apa yang kita lihat, tidak perlu berusaha keras untuk menjelaskan diri kita pada orang lain, karena sejatinya yang benar-benar tahu itu hanya diri kita sendiri they just see the wood not the whole forest. Hal ini lebih ke prinsip ya, kenapa kita begini dan orang-orang sering mempertanyakan hal tersebut. Yaaah begitulah hidup ya hehe. See ya guys.

Share
Tweet
Pin
Share
5 comments

Kemarin malam saya cekikikan sendiri bacain memes yang dibuat para netizen untuk Jake Gyllenhaal, pada tahu dong tentang "All Too Well" nya mba Taylor. Bagi yang belum tahu juga its okay, jadi ceritanya mba Taylor rilis album Red versi terbaru dan film pendek yang dia sutradarai sendiri berjudul "All Too Well". Film pendek ini katanya menceritakan tentang bagaimana pahitnya Jake Gyllenhaal dulu memperlakukan mba Taylor. Terlepas dari kecutnya kisah om Jakey dan mba Taylor dulu, saya kepo bacain kolom kementarnya di Ig, well ini ngakak banget sumpah atau humor saya aja yang receh. Komenan yang "give her the scarf back" paling ngakak menurut saya. Dengerin deh lagunya bagus kok, seperti biasa suara emas Taylor nggak ada gagal-gagalnya.

Selain bacain memes netizen terkait lagu ini, saya juga memulai hari dengan mendengarkan lagunya JKT48 yang "River". Entahlah, bagian chorus-nya berhasil saja menyihir saya untuk menjalani hari ini, its kinda hard to explain, bahwa sometimes kita pernah ngerasa mendapatkan energi dari kata-kata positive yang kita dengarkan dari lagu atau orang lain. Cuplikan lagunya saya bagikan ke Lilik berharap dia mendapatkan feeling yang sama seperti yang saya rasakan.

Mendengarkan lagunya seperti menyuruh saya bersabar bahwa sekeras apapun kehidupan hari ini akan ada masanya kita tersenyum dan menemukan sesuatu yang lain. Seketika aja gitu saya flashback tentang keinginan yang dulu saya listkan bersama Lilik. Saya selalu berfikir bahwa sandainya ada sahabat saya disisi pasti hari-hari yang saya jalani tidak sejenuh ini, bukannya saya nggak punya teman disini, punya banget malah, cuman rasanya saya tidak bisa menjadi diri saya saat ketika bersama sahabat saya, gimana sih jelasinnya?

Saya membayangkan kalau ada mereka disini energi saya akan terisi sepanjang hari karena, ketika pulang ada mereka buat ngeluarin unek-unek, atau ada mereka yang selalu punya topik aneh untuk dibahas, duuh gini amat ya hahaha. Oh ya kemaren saya sempat bilang Lilik kalau bulan ini saya mau pergi ke PKU, tapi udah dua minggu berjalan di bulan November saya masih stuck aja disini, wkwk. Saya masih nyari tempat buat vaksin ke-dua, seharusnya jadwalnya tanggal 28 Oktober kemaren, cuman vaksin sekarang cepat habis kalau nggak daftar jauh-jauh hari, rencananya Sabtu ini saya bakal pergi vaksin.

Tadi malam saya juga chat sama salah seorang teman baik di kampus dulu sebut saja namanya Jiminshi, karena emang fangirl garis keras amat dia. Dia cerita tentang dirinya yang ingin jadi dosen dan PNS nanti setelah selesai S2 dan ketika dia menceritakan keinginan itu kepada cirlce-nya ada yang nyeletuk bahwa di jaman yang sekarang ini dia ngerasa jadi PNS adalah goals yang kuno dan agak primitif. Lantaran nyesek banget sama omongan temannya, doi ngechat saya dan bilang emang kenapa kalau dia mau jadi PNS seolah-olah itu keinginan yang primitif banget untuk kita yang bisa dibilang generasi gadget dimana harusnya goals juga harus modern.

Saya paham sih apa yang dikatakan temennya dan saya juga paham tentang apa yang si Jiminshi ini rasakan, saya cuman bisa bilang bahwa banyak hal yang dilalui oleh seseorang sehingga dia bisa mempunyai pandangan atau prinsip hidup yang dia pegang sekarang and who am I to judge? Saya bilang nggak ada yang primitif dari keinginan dia dan pemikiran temannya ini juga nggak modern, goals kita ya balik ke diri kita masing-masing dan nggak perlu menjelaskan diri kita sama orang lain, as long as nggak malingin duit rakyat jadi apapun kita nanti dan kita puas dengan itu, thats enough I guess.

Yahh, begitulah manusia ini kompleks dengan segala isi kepalanya, makanya jumpa sama orang yang nggak men-judge diri kita itu rasanya sejuta. Soalnya saya tahu rasanya bagaimana keinginanmu dipandang sinis sama orang lain dan itu nggak enak, nggak asik bener mimpi aja masih diatur-atur.

Oh ya last topic yang mau saya ceritain yaitu saya senang sama keputusan Permendikbud soal penanganan kekerasan seksual di lingkungan kampus, karena kayaknya sudah menjadi open secret bahwa banyak dosen cabul di kampus-kampus Indonesia yang dibiarkan begitu saja karena tidak adanya undang-undang yang jelas tentang ini dan rentannya blaming victim terhadap korban yang menjadikan mereka berat untuk speak up. Soal dosen cabul di kampus saya punya cerita menjijikan tentang ini.

Bukan, bukan saya yang mengalami tapi salah satu teman sekelas saya saat di semester 3 atau 4 dulu. Saya masih ingat sekali kalau si bapak ini dosen Filsafat. Seperti biasa setiap mata kuliah pasti identik dengan tugas makalah dan presentasi kelompok, saya lupa persisnya bagaimana cuman saat presentasi kelompok lain Fulanah teman saya ini kedapatan ngobrol dengan teman sebelahnya dan berakhir di marah-marahin yang buat si Fulanah nangis. Dua SKS hari itu dihabiskan oleh si bapak ini dengan menasehati kami ini itu, long story short karena merasa bersalah teman saya ini memutuskan untuk minta maaf sama si bapak dosen via BBM (saat BBM masih eksis). Nah, disinilah hal menjijikan yang saya bilang diatas di mulai. Awalnya si bapak bilang its okay no worries asal jangan diulangi lagi aja, ya kayak bapak dosen pada umumnya lah kalau kita minta maaf, btw guys saya baca the whole text via BBM ini, sunnguh emang semenggelikan itu.

Selang beberapa hari setelah permintaan maaf teman saya ini, si bapak tetiba chat lagi bahas materi next week and bla bla bla-nya, namun makin ke bawah chatnya makin nggak bener, mulai dari ngajakin teman saya ngebakso berduaan, nonton, dan yang paling menjijikan si bapak minta teman saya manggil dia mas. Salah satu kekurangan kita ya, kita masyarakat Indonesia sering sekali dimanipulatif sama kalimat "Hormati yang lebih tua, sopan sama guru, dosen bla bla" hal ini yang membuat teman saya tidak blokir si bapak. Akhirmya di blok juga sih karena si bapak cabul mulai mengirimkan photo-photo dirinya yang lagi tiduran sampai yang shirtless ke teman saya, sumpah saya ingat ini aja mau muntah saking jijiknya. Saya masih ingat banget itu si Fulanah nyamperin saya gemeteran sambil nunjukin semua chat si bapak cabul, bahkan sebelumnya dia juga mengimin-imingi Fulanah dengan nilai bagus kalau mau diajak ngebakso di luar, bangsat emang. Ewww.

Kisahnya berhenti gitu aja setelah si bapak cabul di blokir dan si Fulanah berusaha untuk menghindar saat berinteraksi dengan si bapak, dia juga pesan sama saya jangan bilang siapa-siapa dengan dalih malu dan tahu nggak diakhir semester beneran dong ini bapak ngasih temen saya nilai B minus, tapi sebelum penginputan nilai ditutup nilai dia berubah lagi jadi B kalau saya nggak salah ingat.

Makanya saya seneng sama keputusan yang dibuat sama pak Nadiem ini, karena setiap fakultas di kampus itu pasti ada aja dosesn cabulnya dan susah untuk dijerat udah ada kayak syarikatnya gitu deh, dan sedihnya yang disuruh menghindar dan menjaga diri tu kitanya, bukan malah yang cabul yang dihilangkan, ahh udahlah masalah ginian udah open secret bener emang, tanya aja setiap kampus pasti ada aja dosen cabul andalan yang dijadikan topik turun temurun biar dihindari.

Well, kompleks banget ya cerita saya hari ini, banyak hal digodok jadi satu dan jujur saya bingung ngasih judulnya apa, bisa dikatakan the hardest part dari upload tulisan itu adalah nentuin judulnya haha.


Ps: Pict credit to Google





Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
                                           

This the end of the month meski bukan weekend kayak yang di lagunya Lalisa, hehe. Yep, seperti judul di atas saya akan cerita tentang stationery school dan toko buku. Well siapa disini yang tiap pergi kesini bawaannya pengen drop some money, dropping all the money, drop some money, all this stuff so yummy, aelaaa kayak banyak duit aja ya, haha.

Eh, tapi bener, tiap pergi ke stationery school bawaannya pengen koleksi pena-pena yang ucul, padahal udah punya pena yang warnanya sama kayak yang di toko, tapi tetep aja pengen beli. Saya paling nggak tahan sama pena buat kaligrafi dan pena-pena tinta sparkling gitu, saya harus mengingatkan diri dulu bahwa beli sesuatu harus sesuai fungsinya kata orang-orang. Beruntung sekali pena kaligrafi itu harganya tidak murah, jadi saya ngerasa cukup punya satu aja, karena dipakainya pun jarang nggak sesering pena tinta sparkling-sparkling. Masalahnya kalau nulis pakai pena-pena yang lucu jadi candu nulis apa aja di diary. To be honest saya adalah orang yang tulisan tangannya gayanya banyak, alias ganti-ganti dan saya tidak sombong kalau saya bilang bahwa tulisan tangan saya bagus hahaha, ya kapan lagi muji diri sendiri.

Sebenarnya ini berkaitan sama diri saya pribadi sih, dulu saya malas sekali belajar dan baca catatan kalau tulisan saya jelek, nggak mood aja mau belajar. Jadilah saya benar-benar bikin tulisan sendiri bagus biar hati senang, karena suka kesal sama orang yang tulisan tangannya asal-asalan termasuk diri saya sendiri. Semenjak SD saya sering ganti-ganti gaya tulisan tangan kalau lagi bosan, tapi saya tidak akan bertahan lama dengan tulisan tegak bersambung, karena lama dan rada ribet cuy, wkwk.

Terus ngomongin toko buku, ahh Gramedia di tempat saya masih tutup, hanya melayani pembelian secara online. Setiap masuk kesini merasa miskin aja gitu, tahu nggak sih perasaan pengen beli semua buku sampai milihnya itu lamaaa sekali, karena saya sadar duit saya nggak sebanyak itu buat menerapkan prinsip Ariana Grande yang I want it, I got it, bisa sih cuman akhir bulan saya kenak busung lapar karena tidak cukup mendapatkan makanan bergizi.

Sebenarnya saya tidak sesering itu pergi ke Gramedia, dulu lumayan cuman pas kuliah jaraaaang, ahaha. Salah satunya karena saya anaknya mageran, nggak hanya ke Gramedia pergi-pergi lainnya saya juga susah diajak, orang beli makan aja sering nitip wkwk. Apa boleh buat, I love spending my time being alone a lot, feel free kalau nggak ada siapa-siapa, sampai pernah ada seseorang yang bilang hidup saya membosankan, baru-baru ini juga dibilang temen sekantor begitu haha. Eh, itu kan menurut lu, gue mah enjoy.

Lha, malah nyerempet kemana-mana. Jadi kalau ke Gramedia senang banget bacain sinopsis buku yang dibelakangnya itu lho, tapi saya nggak berani baca isinya even bukunya nggak di segel plastik, seingat saya, saya tidak pernah buka-buka buku yang nggak ada segel plastiknya. Pokoknya kalau ke toko buku, suka mengkhayal if I were really that rich, bakalan saya borong semua yang ada, seketika akan saya terapkan prinsip I want I got it, tapi ya namanya hidup ya nggak bisa sesuai yang kita impikan haha. Sekarang saya hanya beli buku via Tokopedia saja, sayangnya di Batam lebih banyak pabrik-pabrik ketimbang toko-toko buku, seandainya saya tinggal di Jawa pasti murah sekali ongkirnya wkwk, bonus Go Send tentu bisa saya gunakan, karena masih satu daerah, lha ini masak Go Send antar pulau.

Dulu pernah, saya ke toko buku yang ada di mall Batam, too bad sekarang udah tutup, temen-temen yang lain pada ngajakin belanja dimana saya malah nunggu di toko buku, asiik aja lama-lama walau akhirnya cuman beli satu wkwk. 

Saya selalu menggebu pengen beli kalau berurusan sama alat-alat tulis, buku diary, journal, sticker-sticker ucul, buku dan novel. Lihat aja keranjang Tokopedia yang isinya buku semua, semenjak ada applikasi Tokopedia cita-cita saya jadi nambah, yaitu pengen punya kemampuan untuk check out buku-buku yang ada disana. Satu lagi si yang membuat saya selalu menggebu yaitu sneakers, yep bener sekali nggak ada hubungannya sama pembahasan ini. Sumpah, saya juga susah menyabar-nyabarkan diri kalau lihat sneakers, terbukti dari saya yang lebih suka beli sepatu daripada baju, juga mata saya yang selalu jelalatan nengok model sepatu oppa-oppa Korea. Apalagi kalau film tema sekolah udahlah, sepatu orang itu bagus-bagus.

Kalau dipikir-pikir kita suka gini kan kalau jumpa atau dihadapkan pada barang-barang kegemaran kita, jadi rakus dan jiwa ingin kaya mendadak muncul, atau cuman saya aja kali ya. 

Baiklah, kayaknya sampai sini aja deh bahas buku dan stationery schoolnya. Akhir kata saya mau doakan supaya toko-toko buku di Batam lebih banyak lagi, biar nggak belanja keluar pulau lagi, sayang ongkirnya bisa beli satu buku lagi. 



Ps: Pict Credit to Google
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Nemu Foto Nenek❤

Dulu pikiran ini sering muncul saat saya duduk manis di ruang tunggu bandara, dalam bus way, saat ngantri di ruang tunggu bimbingan skripsi dan tempat manapun yang saya singgahi ketika banyak manusia di sana. By the way saat nulis kali ini favorite playlist saya sudah ganti jadi lagunya Agust D alias Suga featuring Nihwa yang 28. Playlist lagu saya dark banget ih belakangan ini.

Oke lanjut, ngomongin isi kepala manusia mungkin saya sudah pernah bahas sekilas di cerita-cerita saya yang sebelumnya, bahwa saya paling penasaran sama pemikiran mereka saat duduk diam di ruang tunggu atau berhenti di lampu merah.

Mungkin salah satu alasannya adalah karena saya ingin mencari ally bahwa sebenarnya manusia ketika menunggu tidak sesenyap kelihatannya. Terus nih ya agak melenceng sih dari topik, wkwk. Saya ngerasa ada satu hal yang aneh di diri saya yaitu saya bisa merasakan emosi orang lain, saat dia marah, kesal, dan sedih, its kinda weird to explain bahwa auranya kerasa ngerti nggak sih maksudnya gimana. Salah satu alasan yang membuat energy saya rasanya habis terkuras kalau pergi keluar dan berinteraksi dengan manusia lain. Thats why kalau keluar saya lebih suka jadi pemerhati dari pada orang yang terlibat conversations.

Well, balik ke topik. Hal ter-favorite yang saya lakukan kalau pergi nemanin sohibul ya berdiam diri sambil merhatiin. Mungkin salah satu alasan kenapa pikiran manusia tidak dapat di dengar biar telinga kita nggak meledak kali ya, bayangin aja kita harus dengerin suara dari diri sendiri dan orang lain.

Mungkin kalau pikiran di kepala manusia bisa di dengar para pejabat nggak bakal ada yang bisa memerintah, kita jadi takut ngapa-ngapain, nggak ada kepercayaan sama sekali.

Memang udah paling bener begini, dengerin aja suara dari kepala sendiri dan biarkan kita menerka-nerka isi hati spesies kita yang lainnya.

Seperti hari ini karena sibuk dengan isi kepala sendiri saya nggak sadar udah jam pulang kantor aja, hehe.

By the way, gimana kabar kamu Oktober ini? Masih awal bulan jangan banyak pikiran (pen nampol diri sendiri) haha. Well, apapun cerita kamu Oktober ini semoga berhasil melewatinya ya, kayak yang dibilang ahjumma  di drama Thats Okay To Not Be Okay, (eh bener nggak sih judulnya ini?) bahwa semua orang di dunia ini menjalani hidup untuk pertama kalinya jadi wajar kalau melakukan kesalahan, karena ini yang pertama kita nggak ada pengalaman sebelumnya (nggak berlaku buat yang pernah mati suri wkwk), bahkan untuk ukuran seorang pemula bisa dibilang we are amzing, haha. Amazing matamu Sovia.

Lastly, selamat menjalani awal minggu yang lagi padat-padatnya guys, semoga bisa makan makanan yang enak saat jam makan siang, akhir kata see ya when I see ya.

Ps. Foto diatas emang nggak ada hubungannya sama isi tulisan ✌
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Saat nonton ulang film The Gods Must be Crazy kemaren di Disney+hotstar tiba-tiba saya lansung ingat TV cembung kayu punya saya dulu ahaha. Karena dulu pernah nonton di sana sampe ngakak guling-guling, pas setiap scene-nya. Ada yang tahu nggak sih bentuk TV-nya gimana? Itu lho yang cangkang TV-nya dari kayu dan layarnya itu cembung dan tebaaal, typical TV jama 80an atau 90an deh kayaknya.

Saya termasuk beruntung karena masih bisa jumpa sama TV jenis ini, menurut saya aja sii. TV cembung ini ditarok di kamar saya karena saat itu kami sudah beli TV baru LG yang layarnya tipis dan tajam haha. Nah, disinilah awal mula saya dan Super Junior berangguk-angguk ria lewat lagu Bonamana, Mamacita, Superman dan lain-lain hahaha. By the way saya adalah K-Poper jalur Suju, alias ELF sejati pada masanya.

Jadi dulu itu orangtua saya punya dua TV, yang satu TV merek National if Im not mistaken dan satunya lagi TV cembung ini (sebelum beli TV LG). Bapak sama mamak dulu jualan makanan sehari-hari gitu, jadi biar warungnya rame salah satu strateginya adalah harus punya TV karena seingat saya yang punya TV cuman beberapa orang saja saat itu, bisa dihitung pakai jarilah. Dulu sekali belum ada TV kabel kayak sekarang apalagi Netflix, Vidio, dan kawan-kawannya. 

Menariknya untuk bisa nonton siaran TV kita harus punya parabola dulu, tahu kan tiang yang punya lingkaran besar, dimana lingkarannya kayak saringan gitu, wkwk. Belum lagi saat hujan dan angin, disinilah kesabaran kita yang sesungguhnya diuji, hehe.

Saya masih ingat betapa kesalnya bapak-bapak yang nangkring di pohon warung dulu karena nggak bisa nonton berita gara-gara sinyalnya jelek saat hari hujan wkwk.

Saya juga masih ingat pake TV cembung inilah saya nonton drama Full House dulunya, hahaha, ingat dong yang soundtrack kece syekaliii, yuk nyanyi, ehem, "Niga sarangi doeji anhgireul bileosseo, neomaneun jeoldaero...." ahh yang ini lah pokoknya, lagunya sungguh syahduuu. Rain, Song Hye Kyo kangen ih.

Drama ini dulu tayangnya malam-malam gais, jam 9 atau 10 malam kayaknya, tapi untungnya di malam Minggu, which is besoknya saya nggak sekolah alias hari bangun siang nasional (berlaku untuk gue aja sih). Saya tahu drama ini gara-garanya si mamak nggak di rumah, kebetulannya lagi dulu saat malam minggu orangtua saya pergi pengajian dan tempatnya itu jauh. So, mereka harus berangkat habis Isya dan pulangnya besok pagi, karena terlalu capek kalau pulang pergi di hari yang sama, jadilah saya salah pergaulan kayak dulu, haha. Nggak deng.

Jaman dulu siarannya di sensor karena saya nggak ada jumpa adegan kisseu-nya, seingat saya nggak ada.

Kalau diingat-ingat lagi, drama Korea dan Taiwan sudah masuk ke Indonesia pada jaman saya masih kecil, karena selain nonton Full House dulu saya juga nonton drama Taiwan yang judulnya Dolphin Bay, drama ini sekitar tahun 2002 atau 2003an deh, namun tidak se-booming Bollywood. Yep, sebelum negara Api menyerang, dulu orang Indonesia (read: orang-orang sekitar saya) lagi mabok Bollywood. Walau tidak dapat dipungkiri bahwa film romance India tak kalah asiknya haha. Sebut saja Mohabbatein yang sampai sekarang saya masih ingat alur ceritanya hehe, tapi saya nggak sampai tahap koleksi posternya dan punya buku pusakanya kayak Super Junior.

Long story short, karena kalau diterusin nggak bakalan kelar hahaha. Pada saat sekolah menengah pertama saya tinggalnya di Dorm alias saya mondok, jadi santri. Saya masih ingat pelajarannya dua kali lipat dibanding sekolah biasa, karena selain belajar kurikulum pemerintah saya juga harus belajar mapel kurikulum pondok.

Disini saya jumpa miss Kerlap-kerlip si jago Hangeul yang bisa baca tulisan Korea tapi nggak tahu artinya hahaha. Asiknya dengan pakai Hangeul kami bisa asik ghibah tanpa orang yang bersangkutan tahu, bad habit emang, tidak untuk ditiru ya.

Too bad, saya nggak melanjutkan belajar bahasanya, hiks. Menyesal sungguh, ya at least kalau nggak bisa bahasa Arab saya bisa bahasa Korea gitu lho. Semenjak tahu miss Kerlap-kerlip seorang ELF kami makin akrab setiap harinya, jam istirahat Bonamana dulu, jam break Shalat dengernya No Other, tentu saja ini sembunyi-sembunyi karena dulu suka dirazia kalau denger musik yang nggak bernuansa Islami.

Saya dulu pulang ke rumah dua kali dalam seminggu, nah masa-masa di rumah inilah saya mutar lagu Suju di TV cembung, dulu suka download videonya di Internet, karena letak TV-nya di kamar jadi bebas niru-niru dance-nya walau nggak bisa-bisa. Masa-masa terhalu banget lah dulu sampai susah dijelaskan, makanya setelah khatam dengan per K-Pop an Suju, saya nggak mengikuti lagi  dunia K-Pop. Sampai akhirnya BTS naik daun, mungkin karena sudah kebal fangirling sebelumnya jadi fangirling sama BTS nggak separah sama SuJu dulu, atau sayanya yang sudah lebih dewasa dan realistis. Cuman menurut saya BTS ini amazing, they found their own way untuk jadi sukses, mungkin karena kami satu generasi juga dan mereka sering bahas issue-issue generasi sekarang jadi bisa relate sama mereka.

Kagum sama RM yang berusaha encouraging people untuk mencintai diri sendiri, dimana menurut saya itu masalah generasi saat ini yaitu menganggap diri sendiri useless, comparing our achievement to others sometimes (sssstt...dulu saya juga begitu). Setiap album mereka tu penuh makna banget, kayak konsepnya bener- bener daebak. Oh ya lagu mereka yang Mic Drop dan Baepsae paling nendang menurut saya, walau lagu mereka nggak ada yang nggak bagus.

Ya, begitulah cerita K-Pop dan TV cembung yang saya miliki,  saat ini TV cembungnya masih ada dirumah, terimakasih TV cembung yang sudah melengkapi perjalananku, baik-baik ya di rumah biar nanti bisa diwariskan ke generasi selanjutnya wkwk. Well, sekian ceritanya semoga bermanfaat haha. Selamat malam semua and see ya!

Ps: Pict from Pinterest.



Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Pic from Pinterest

Jadi ini kayak challenge gitu, untuk mengenal diri sendiri, untuk memetakan apa kelebihan dan kekurangan kita, untuk bisa menjadikan kelebihan dan kekuramgan itu sebagai teman yang tidak memberatkan kita, yaa walau bagaimanapun tubuh ini yang bakal kita usung kesana kemari setiap harinya, jadi yaa cintailah dia, berteman baik lah. Duuuh, pembukaan yang tidak aduhai sekali ini.

Sebenarnya ini kayak program- program self-love gitu, idiiih kadang aneh ya kenapa kita yang 24 jam tinggal sama diri kita tapi nggak kenal, kita butuh watu lagi buat bisa berdamai sama diri sendiri, sungguh ajaib hidup ini. Di program ini ada beberapa pertanyaan yang diajukan and we need to answer it honestly, kayak jangan dibuat-buat biar kelihatan keren, haha.

1. What is something you feel shame about?

This kinda weird cause what I think yang ada sama saya malu-maluin semua. Well, kalau ditilik lagi lebih dalam, hal yang paling membuat saya malu adalah diri saya yang malu-malu. Mungkin karena ketika malu, saya kelihatan goblok dan saya benar-benar malu sama diri saya yang itu. Saya malu terlihat bego, haha. Pokoknya itu nggak nyenengin. Oke, next. There is something kayak kenapa hal sewajar itu gua harus malu, bukan berarti saya pengen jadi nggak tahu malu ya. It trully difficult to explain bout it.

2. What part of you is work in progress?

Well, ini banyak banget sih. The first one is the way I accept my whole life I guess. Including my talent, my skill and everything. Self acceptance to be exact. Im still working on it. Saya adalah orang yang nggak percaya sama kemampuan diri sendiri, saya sering underestimate diri sendiri in the past and comparing others achievement with mine. I don't even know why. Tapi sekarang sudah ada perubahan gitu, saya udah jaraaaaang ngebandingin apa yang saya punya sama orang lain. Saya sudah bisa nerima all my randomness, my goblokness. Cause what I think is Im outsider. Saya sering ngerasa out of the world, entah teman-teman saya yang bilang cara saya berfikir terlalu ketuaan. Masih progress sih ini, hehe.

Selanjutnya yang saya rasa work in progress dalam diri saya adalah my reactions to my triggers. Ini nggak separah dulu sih, proud of me haha. Dulu itu kalau ke trigger emosinya susah banget di kontrol, bisa dibilang jadi sembarangan dalam bertindak dan berucap. Sekarang? Not anymore, even not totally change, tapi sekarang jadi bisa lebih relax gitu. I usually take a deep breath and close my eyes dulu. Susah banget sih part ngontrol yang ini kemarenan. Makanya senang banget, bisa lebih relax dari diri yang dulu. Mudahan-mudahan kedepannya bisa lebih relax lagi dari yang ini.

The last one, Holy God, this is the hard one. Being diciplined. Procrastinator get your drinks up. Alaah. Haha. Susah banget ini, gimana cara bisa disiplin dan tidak menunda-nunda waktu. Even udah buat to-do list tiap hari, tapi masih aja banyak golerannya. Saya mau disiplin belajar bahasa baru gitu, but yeah it just kemauan aja. Saya kurang berusaha keras.

Hmmm... selanjutnya mari kita masuk ke kelebihan yang kita punya.

3. What are Some of Your Core Values?

Tidak bermaksud untuk memuji diri sendiri, but I really like the way of myself to not judge people easily. This kindness, I like it. Ngejudge orang pasti pernah, saya bukan malaikat, tapi I like the way I control it. Really control it.

Kemudian hal lain yang saya sukai dari diri saya adalah saya tipe orang yang penasaran akan suatu topic. Dan luckily, hal ini membuat saya jadi mau untuk mencari tahu banyak hal, well nggak terlalu banyak sih. Saya ni jiwa netizen gitu, kalau penasaran akan suatu topic saya akan tenggelam disitu with tons of questions in my mind. Kalau orang bilangnya jiwa observer, tapi lebih ke baca-baca gitu. Kayaknya segini aja deh, takut riya kalau ditulis semua kebaikannya, haha.

4. What Obstackle Are You Trying to Overcome?

Really nice question, wkwk. As an overthinker, offcourse yang ingin saya lakukan adalah gimana caranya biar nggak jadi overthinking, gimana caranya biar kepala nggak rame. Kalau seandainya saya punya weird power, saya pengen punya kekuatan berenang di pikiran orang lain, apakah serame kepala saya atau nggak. At least kalau kepala mereka lebih rame, saya nggak merasa sendiri, nggak perlu merasa iri sama orang-orang yang kelihatannya tenang. Duhh, what membagongkan this part. Haha. Oke skip.

5. What is Biggest Your Irrational Fear?

Sebagai manusia yang mempunyai trust issue berlebih tentu saya akan menjawab ketakutan akan dikhianati orang lain, ketakutan akan ditinggal pas lagi sayangnya. Idiiew, siapa sih yang nulis kalimat ini.

Seriously, sampai sekarang saya ngerasa nggak bisa percaya sama makhluk yang namanya pria, mungkin saya suka seseorang tapi jika membayangkan punya hubungan dengan mereka I can't. Mungkin salah satunya karena kesedihan saya yang ditinggal kabur bapak, saya pernah nanamin sugesti kepada diri saya bahwa nggak ada yang boleh menyakiti saya lebih dari ini. Makanya ketika terlintas pemikiran untuk nyari pacar, hal pertama yang muncul adalah "Lu terlalu berharga untuk masuk kedalam hubungan yang rapuh kayak pacaran".

Menurut pandangan saya pacaran adalah jenis hubungan yang paling rawan disakiti, karena nggak ada apa-apa disana selain rasa sayang yang saya yakini bisa saja berubah.

Saya nggak bisa melakukan pembalasan dendam ketika disakiti dalam hubungan itu, haha. Duuh, Sovia apa yang kamu pikirkan, wkwk. Yaa, begitulah pokoknya. Anehnya setiap saya suka sama orang saya sering ngerasa goblok, karena saya benci waktu yang saya gunakan untuk memikirkan orang lain.

Dan kalau ada orang yang nanya kenapa saya nggak pernah pacaran, I would like to ask them back, ya kenapa gue harus? Sampai sekarang saya nggak jumpa alasannya, jadi ya ngapain.

Then, bagaimana dengan pernikahan? Haha, what funnier is saya juga nggak tahu fungsinya apa, ya jalani ajalah. Seo Dal Mie kan pernah bilang di Start Up kadang menjelajah tanpa peta itu mengasyikan. Semoga saja dia benar, wkwk.

Ntar deh, kalau saya memasuki fase yang satu ini, saya bakal balik lagi kesini, untuk menceritakan bagaimana pemikiran saya berubah akan hal itu.

Wahhh, curhat terpanjang dibagian ini. Baiklah, pertanyaan terakhir.

6. What Do You Want Most in Your Life Right Now?

Kalau saya jawab punya hati yang lapang, klise nggak sih? Haha, klise dong ya. Tapi, beneran satu-satunya yang pengen banget saya punya saat ini adalah hati yang lapang. Pengen aja gitu ditengah dunia yang carut marut saya tetap punya pandangan yang positif akan sesuatu hal. Tetap bisa melihat sisi lain keadaan ini dengan cara yang mendamaikan.

Saya pengen punya hati yang lapang, biar apapun yang saya punya saya ngerasa cukup akan itu. Tidak terburu-terburu dalam menjalani hidup. Mungkin kalau saya mau berjalan sedikit pelan banyak hal yang bisa saya pelajari. Duh, pengen hati yang lapang.

Sebenarnya banyak lagi sih, pertanyaan lanjutannya, cuman ya gitu nggak mungkin saya jawabin disini semua. Lain waktu deh kalau saya lagi kesambet apa gitu, biar pos tulisan baru lagi disini. Sekian ya dari seorang Sovia yang katanya ingin mengenal dirinya. See ya!
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Nggak tahu kenapa mood saya lagi mudah banget up and down-nya, salahin period sendiri karena menstruasi bikin saya nggak jelas maunya apa. Pengen nulis puisi tapi nggak bisa dan nggak pede hahaha. Akhir-akhir ini saya suka mikir ternyata menjalani hidup sebagai manusia dewasa gampang lelahnya, nggak punya duit banyak pikiran, punya duit pun tetap banyak pikiran, I thought that kalau udah nggak minta-minta lagi hidup saya bakalan lebih plong, tapi rasanya semakin kesini semakin ada yang hilang tapi saya nggak tahu itu apa. Normal nggak sih merasa kesepian? Sumpah perasaan macam ini baru banget buat saya, nggak tahu juga namanya apa.

Hal ini mengigatkan saya akan ucapan seseorang, bahwa kebahagiaan itu cuman paradox. Semakin kesini saya semakin sering nanya apasih sebenarnya yang membuat saya benar-benar bahagia? Dulu ngimpinya setelah lulus kuliah sepertinya saya akan bahagia, tapi setelah lulus saya yaaa gitu aja. Setelah saya perhatikan saya cuman berpindah tempat kemudian mengulangi fase yang sama dalam level yang berbeda. Sepertinya apa yang saya lalui monoton aja mulai dari underestimate, bangkit, senyum, nangis, mengumpat kehidupan, bersyukur dan selalu itu-itu saja. Meski tak dapat dipungkiri saya belajar dari hari-hari yang saya jalani. Dulunya saya pikir setelah menjadi dewasa hidup akan lebih mudah saya jalani, all off the problem is solved, ternyata kehidupan ini kayak labirin di Maze Runner yang mana kita nggak pernah tahu pintu mana yang akan bergeser pada malam-malam selanjutnya.

Enam bulanan bekerja membuat saya pada tahap bosan, ingin berhenti tapi lagi-lagi realita terpampang di depan mata, banyak pertanyaan dan pertimbangan yang muncul. Kalau orang-orang bilang temukanlah alasan kenapa kamu mengerjakan pekerjaanmu. Fucked up-nya satu-satunya alasan yang saya punya ya cuma gajinya. Kantor jadi tidak asik lagi semenjak bapak atasan yang dulu resign, department saya sedikit berantakan. Saya yang dulunya ngerjain kerjaan sendiri kini mendadak ngerjain ini itu, ditanya ini itu karena dianggap paling banyak tahu data setelah bapak, makanya akhir-akhir ini pemikiran untuk "udahan aja kali ya" sering muncul.

Salah satu dari sekian banyak hal lainnya yang mengesalkan menjadi orang dewasa adalah kita sering dibanding-bandingkan dengan teman-teman seangkatan, seolah-olah apa yang mereka lakukan juga harus kita lakukan. Saya tahu bahwa budaya mengurusi hidup orang lain ini memang sudah melekat di dalam darah masyarakat kita, karena memang mereka melakukan itu karena orang terdahulu juga melakukannya, yaa kayak gitu aja terus sampai mampus.

Kadang saya juga dapat chat dari teman seangkatan, katanya saya terlalu sibuk dengan kesendirian dan dunia saya, jadi katanya dia mau mengingatkan barangkali saya lupa bahwa saya juga perlu pendamping dan bla bla bla lainnya, kasarnya ya sama aja dia kepo kapan saya mau nikah. Ya, saya jawab aja "Kita agree to disagree aja, karena kebutuhan orang beda-beda". Nah, adil dong, ketika dia khawatir saya nantinya menikah tua, saya juga ngeri dulu ketika dia menikah muda. Intinya saya nggak komen apa-apa ya karena tahu kebutuhan orang beda-beda.

Orang-orang dewasa kadang tanpa sadar juga suka ngurusin yang harusnya tidak diurus, Contohnya kemaren ketika senior engineer di sini menyuruh saya untuk belajar bawa motor. Entah kenapa untuk saat ini saya nggak mikir bahwa bisa bawa motor adalah hal yang crucial bagi saya, ya saya enjoy aja kadang naik angkot atau ditebengen ponakan yang memang tempat kerjanya searah. Dia kekeuh bilang bisa bawa motor itu penting di zaman sekarang, dia mengemukakan banyak sekali opininya di depan saya, kemudian saya hanya bilang "Mau lu jungkir balik ngejelasin ke gue, kalau gue nggak mau nggak ada gunanya" akhirnya dia ketawa aja sambil cengengesan bilang " Oh iya ya".

Saat ini saya berada pada posisi yang suka mikir sendiri apasih makna dari saya menjalani hari- hari ini? Saya benar-benar berada di fase krisis identitas, sialnya itu kok saya gampang banget mengalami ini. Belakangan untuk menghindari hal- hal begini saya menyibukan diri nonton film serial di Disney, baca- baca lagi fakta unik tentang dunia luar angkasa, bintang-bintang, galaksi-galaksi dan multisemesta. Biar apa? Biar meyakinkan diri sendiri bahwa di dunia seluas ini nggak mungkin saya ada tanpa ada sebuah tujuan wkwk, biar merasa berharga aja. 

Sekarang masih sibuk overthinking, baca buku feminisme dan patriarki, yang penting nggak baca berita tentang korupsi aja dijamin perlahan saya sembuh lagi kok. 
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments

Mungkin kayak inilah yang dinamakan salah jurusan sesungguhnya, hari ini adalah hari berat lainnya dalam hidup, wkwk. Pengen banget sih mengumpat, tapi sayangnya lagi puasa, dasar si manusia ritual yang kalau lagi puasa aja menjaga ucapan dan emosi. Kekinya kerja di bulan puasa itu, ketika kesal saya nggak bisa ngemil coklat sambil marah-marah di diary online, bisa marah tapi nggak bisa makan.

Saya benci banget sebenarnya ngeluh-ngeluh kayak gini, ya cuman kalau nggak dikeluarin bisa moody seharian. Mood saya emang nggak ada duanya, nggak tahu kenapa gampang banget down tapi gampang balik juga kaya gini.

Entahlah ini sudah keberapa kalinya saya disalahin karena spec sparepart mesin, which is itu bukan job desk saya. Saya sering banget disalah-salahin kalau ada drill salah spect atau collect atau tetek bengek mesin lainnya. Iya saya memang yang order tapi kan spec-nya itu hasil diskusi antara supplier dan kepala engineering, gue tahu apa?

Sometimes, ngerasa apa harusnya saya bacain aja kali ya buku-buku mesin yang ada diruangan ini. Sumpah saya kesal aja dituntut sama hal-hal yang bukan bidang saya, and I'm pretty sure that mereka juga tahu kalau harusnya nggak nanya kesaya, karena ssttt.....ketua engineering yang sekarang punya sejarah kelam sama mr. Robin alias pembimbing skripsi. Orang dewasa kadang bisa lebih anak-anak dari bocah itu sendiri. Saya capek ditegur-tegur padahal yang salah bukan saya, saya capek denger kalimat seperti "Sovia kamu bilang Jono begini ya" atau kalimat "Sopik kamu bilang sama Robin begini ya" atau "Jono itu tidak profesional" atau lagi "Robin itu tidak tahu prosedur".

Maksudnya, apalah daya saya untuk menegur pak Jono sedang sama pak Robin yang notabenenya lebih atasan aja nggak mempan, kalau sekali duakali jadi relawan buat nyampaikan pesan orang nggak papalah ya, tapi kalau sering-sering kan capek hati juga, karena sungguh menjadi tumpahan energi negatif orang-orang tidak enak.

Ini kayaknya lama-lama blog ini jadi tempat marah-marah aja nih. Oh ya kemaren saya juga sempat mikir apa gue udahan aja kali ya, tapi mikirin udahan masih ada mau bertahannya, ngerti nggak sih kayak perasaan mau menyerah tapi masih ada semangatnya. Kerjaan yang paling berat disini ya itu jadi wadah kekesalan pak Robin sama pak Jono, karena kalau bisa seharusnya itu bukan lewat saya, sampaikan sendiri keorangnya, mau negur orang kok lewat orang lain, kan aneh.

Disini aja saya bilang begitu, faktanya? Ya gue angguk-angguk aja tuh, dasar Sovia kampret. Masih ingat banget pesannya pak Yono dulu sebelum dia pergi, bahwa katanya kalau ngadapin dua orang ini harus sabar-sabar karena dua-duanya sama kerasnya dan nggak ada yang mau ngalah sehingga berakhir dengan perang dingin.

Nggak tahu kenapa bapak-bapak dua ini saling benci banget dan selalu adu argument tiap satu ruangan, atau gelinya pada nggak mau ngehubungin duluan, masih ingat banget tuh waktu saya dapat missed call dari pak Robin sebanyak delapan kali yang ketika saya tanya ada apa, dia cuman bilang "Suruh Jono call saya" watdefrik? Nggak bisa call sendiri apa.

Kalau seandainya ini film Korea saya yakin habis ini mereka bakal jatuh cinta, hahaha. Becanda ding. Ya tapi aneh banget tahu nggak sih, mau nelpon aja harus lewat saya. Hari ini juga tuh, dia manggil saya karena ketidak telitian pak Jono dalam melihat spec barang. Jadi, ada salah satu sparepart yang spec-nya tidak sesuai which is kebesaran 2 mm, jadi tidak masuk di mesin. Si bapak manggil saya suruh tegur orang ynag bersangkutan dan tanggung jawab. Saya serba salah tahu nggak, masa saya yang harus negur atasan sendiri? Posisi gue apa sih sebenarnya ya Allah? Ah udahlah ya, lama-lama saya terbiasa sendiri kok, karena emang open secret banget bapak ini suka jadiin orang sebagai relawan pesan dia. Pak Yono please come back!

Eh wait a minute, pas mau upload ini tetiba hujan deres banget lho, and then nggak tahu kenapa saya senang aja, mungkin karena hujan dan petir itu bikin adem aja, jadi ingat masa kecil, semacam me time gitu lah. Ya gitu deh pokoknya. Terimakasih buat siapa saja yang baca and see ya on another post!
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

Blog Archive

  • ►  2025 (5)
    • ►  January 2025 (5)
  • ►  2024 (9)
    • ►  November 2024 (3)
    • ►  January 2024 (6)
  • ►  2023 (13)
    • ►  September 2023 (5)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  March 2023 (2)
    • ►  January 2023 (2)
  • ►  2022 (7)
    • ►  December 2022 (4)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ▼  2021 (10)
    • ▼  December 2021 (2)
      • Goodbye and Hello
      • The Greatest Things Of 2021
    • ►  November 2021 (2)
      • Preference
      • From Taylor, Goals and Pak Nadiem
    • ►  October 2021 (2)
      • Stationery School and Book Store
      • Other's People Mind
    • ►  September 2021 (1)
      • Memories: Fangirling dan Televisi Cembung
    • ►  August 2021 (1)
      • Bukan Satu Jam Lebih Dekat
    • ►  July 2021 (1)
      • Being Young Adult: Me Overthinking Overthinking
    • ►  April 2021 (1)
      • Orang Dewasa Juga Anak-anak
  • ►  2020 (32)
    • ►  December 2020 (3)
    • ►  November 2020 (7)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (9)
    • ►  August 2020 (7)
    • ►  July 2020 (1)
    • ►  June 2020 (1)

Created with by ThemeXpose

Edited with by A Dreamer