Preference
Kali ini saya mau cerita tentang tanda centang biru aplikasi chat via WhatsApp, kebetulan secara pribadi I make my WhatsApp on private mode, jadi teman atau rekan yang chat saya nggak tahu apakah pesan mereka sudah saya baca atau belum. Saya sudah melakukan ini selama dua tahun lebih, mau tiga tahun. Sebagian orang mungkin tidak setuju atau bahkan ada yang terang-terangan bilang kesal dengan mode privasi semacam ini. Terakhir salah satu teman pernah bilang, bahwa tujuan apllikasi ini dibuat ya untuk berkomunikasi, dengan adanya privasi semacam itu malah mempersulit komunikasi (pendapat dia demikian).
Personally, saya tidak ada masalah dengan dua-duanya, entah itu mengaktifkan centang birunya atau tidak. Menurut saya, dengan adanya pilihan privasi semacam ini berarti WhatsApp sudah survey dan memepertimbangkan banyak hal akan tipe-tipe pengguna aplikasi chat (IMHO ya hehe).
Asal mula saya menonaktifkan centang biru itu karena segan telat balas pesan dosen pembimbing ketika nggak sengaja kebaca pas saat terkirim. Ya, maklum lah sebagai anak bimbingan kadang saya harus nanya pendapat si Ani dan Anu dulu kalau diintrogasi via pesan masalah skripsi. Kemudian alasan selanjutnya adalah untuk melindungi diri saya sendiri wkwk. Untuk sebagian orang mungkin saya terlihat sombong dan judes, tapi percayalah sebenarnya saya over sensitive dan rentan patah hati.
Mungkin kalau saya mempunyai orang tersayang (lawan jenis), saya akan menjadi sedikit posesif, karena dilihat dari gelagat saya sama sahabat dan mama saya juga demikian.
Saya tidak suka perasaan mellow ketika mengetahui pesan saya tidak dibalas tapi sudah dibaca, jadi untuk menghindari hal tersebut saya lebih memilih mode privasi semacam ini, dengan tidak mengetahui mereka sudah baca atau belum saya enjoy saja, mau mereka tidak balas pun saya mikirnya mereka nggak baca, hehe.
Bener saja hal ini jadi membuat saya jadi tidak mengharapkan apa-apa, ya paling nanti kalau memang urgent saya akan telpon orang yang bersangkutan.
Well, hal ini berdasarkan pendapat dan perasaan pribadi saya banget ya jadi tidak perlu terlalu dipikirkan, hehe, jika ada diluar sana orang yang protes thats their own, mungkin mereka juga mempunyai alasan tertentu. Its okay. Saya cuman berfikir bahwa jika tidak ada kerugian besar yang ditimbulkan terhadap pihak lain akan privasi semacam ini, ya berarti tidak apa-apa, thats why tidak perlu diperdebatkan atau marah akan pilihan seseorang.
Lastly, selamat berhari Senin semua, kali ini Batam panas terik dari pagi saya malas keluar ruangan wkwk. Selamat menjalani hari ya semua.
Di akhir tulisan ini saya mau tuliskan learned lesson yang saya dapatkan beberapa hari belakangan, setelah memikirkan banyak hal (lagi). Saya tidak sengaja membaca tulisan anonymous yang bunyinya begini: You break your own heart, when you expect people to see the world the same way as you. Menurut saya benar sekali bahwa dalam hidup kita hanya akan menyakiti diri sendiri jika mengharapkan orang lain bisa melihat dunia seperti apa yang kita lihat, tidak perlu berusaha keras untuk menjelaskan diri kita pada orang lain, karena sejatinya yang benar-benar tahu itu hanya diri kita sendiri they just see the wood not the whole forest. Hal ini lebih ke prinsip ya, kenapa kita begini dan orang-orang sering mempertanyakan hal tersebut. Yaaah begitulah hidup ya hehe. See ya guys.
5 comments