So Sucks at Replying a Text

by - September 22, 2020

Pic from Pinterest

So, here we go guys, I’m genuinely curious of this: what do you think about someone who really bad at replying a text? 

Sebenarnya pertanyaan ini udah lama banget muncul di kepala saya, since ada seorang teman yang bilang bahwa saya cuek dan sombong, karena nggak balasin chat dia di WhatsApp. Jujur, saya tidak sering chattingan di WA kalaupun ada hanya dengan orang-orang tertentu saja, dengan kata lain saya hanya connect sama orang-orang yang otaknya juga sengklek kayak saya.

Even dengan sahabat lain pun jarang, palingan kalau lagi kangen aja sih. Tapi mereka nggak pernah protest tuh, bahkan si Tari pernah ngira saya nge-block nomor dia saking seringnya saya nggak balas chat dia. 

Dan diantara mereka yang paling paham sama diri saya yang suka banget menghilang ini, cuman Lilik deh kayaknya. Tahu kenapa? Karena kami sama cuy, hahaha.

Bahkan anehnya saat pengen curhat, Lilik bakalan tetap ngomong sendiri gitu aja, walau tahu saya lagi nggak aktif alias ceklis satu, yang penting ngomel aja dulu, nyampein unek-unek aja dulu, baru kemudian di penutup dia bakal kasih catatan kaki “Kalau udah aktif nggak usah dibalas, karena gue cuman pengen cerita aja”.

Tapi masalahnya sama teman-teman yang nggak terlalu dekat, bakal bilang saya sombong, bahkan sampai ada yang bilang “No response is also a response” apaansih? Padahal kalau dipikir-pikir saya nggak pernah tuh nggak balas chat mereka kalau butuh informasi.

Anehnya, sewaktu sidang ada salah satu teman yang rada tersinggung sama saya, gara-gara saya nggak upload foto selebrasi setelah ketok palu resmi sebagai sarjana. Emang itu penting banget ya? Dia mikir, saya kurang mengahargai partisipasinya dalam merayakan kelulusan sidang itu, padahal saya sudah bilang terima kasih secara lansung, dengan tulus.

Soalnya, kalau boleh jujur yang nggak terlalu bersosial media, saya buka Ig memang untuk entertain, memang lagi mau nengok sesuatu, emang lagi mau share sesuatu aja, karena saya pernah ngerasain dulu Instagram itu toxic karena beberapa hal.

Sampai akhirnya saya mikir segitu pentingnya kah basa-basi di social media, ngeselinnya gara-gara ini saya pernah disinisin dengan kalimat “Eh masih hidup? Kirain kemana gitu, karena udah nggak pernah lagi balas chat” meski dikatakan sambil tertawa haha hihi, tapi efeknya tetap huhu, alias bikin bad mood.

Masalahnya saya nggak pernah protes deh kayaknya sama orang yang nggak respon pesan saya, ya walau kesel kadang karena butuh informasi, eh tapi nggak kesel juga ding, cuman greget aja nunggu balesan, karena saya sadar, kalau emang saya yang butuh, hahaha.

Apalagi chat basa-basi, saya santai aja nggak pernah sampai tersinggung dan sinisin yang bersangkutan saat bertemu, nggak banget deh.

Saya juga beberapa kali dapat inbox di facebook, menanyakan hal yang serupa “Woy, did you block me?” atau “WA lu kok udah nggak aktif se-abad, lu ganti nomor ya?”. Ya menurut lo? Emang pada nggak tahu ya kalau di block-kan ceklisnya cuman satu, maksudnya kenapa sih pesannya mau banget di bales sama gue, hahaha (di lemparin panci).

Gara-gara kejadian ini, saya jadi mempertanyakan diri sendiri “Apa bener gue nggak sopan ya, makanya mereka tersinggung?” atau "Apa gue beneran sombong?” walaupun ada pemikiran macam ini, di lain sisi tetap saya membela diri kayak “Tapi kan isi chat-nya nggak penting” hahaha.

Oh, yah hal ini membuat saya iri sama mba Eno, karena kemarenan saya baca komenannya di postingan mba Phebie soal “Decluttering Social Media” di sana mba Eno bilang hape-nya sunyi, karena lebih prefer di hubungi lewat telpon di bandingin chat, sebenarnya menarik juga sih, sama kayak yang mba Phebie bilang, rare case banget, hahaha.

Pengen juga sih gitu, cuman masalahnya karena saya mengidap phone anxiety hal itu tidak bisa di terapkan, bisa-bisa jantung saya nggak sehat, karena dagdigdug mulu sepanjang waktu, ehe.

In the end, saya mau nanya gimana pendapat mu tentang seseorang yang jarang bales chat atau responnya lama gais, please let me know, see ya!

You May Also Like

6 comments

  1. Halo, Mbak! Sepertinya saya baru pertama kali berkunjung ke blognya Mbak nih, hihihi. Salam kenal ya Mbaaaa <3

    Kalau aku sendiri, santai aja sih kalau ada orang yang balasnya lama. Aku berpikir kalau mereka juga punya kesibukan dan kehidupan yang lain. Atau memang malah chatku bukan menjadi notifikasi prioritas mereka, muahahaha ~XD

    Eh, beda lagi sih kalau akunya sendiri beneran butuh tapi yang dibutuhin tuh balasnya lama. Ini bikin aku sebeeeel banget, apalagi kalau kelihatan online tapi dianya nggak cepet-cepet bales, wkwkw. Ku ingin maraaaah, melampiaskaaan~~~

    Btw aku juga sedang diet sosmed sih mbak, walau nggak diet-diet amat karena masih sesekali menengok instagram untuk kebutuhan kerjaan atau memang ingin posting, huhu. Tapi memang detox sosmed tuh nyenengin bangeeeetttt :D

    ReplyDelete
  2. Chat WA saya sepi banget, mba. Mostly diisi asisten saya �� itu pun isinya foto-foto report dan sejenisnya. While yang lain kebanyakan tau saya lebih suka telepon jadi sudah jarang ada yang chat �� kalau mereka mau bicara pasti telepon pilihannya ~ ��

    Nah tapi, untuk bisa sampai ditahap itu butuh proses panjang. I mean, ditahap orang-orang paham kalau saya nggak mau dichat, dan kalaupun ada yang mau chat boleh asal to the point, pembuka, isi dan penutup �� nggak pakai basa-basi, "Hi lagi sibuk nggak?" hehehehehe.

    Saya jarang ignore chat sebetulnya, sebisa mungkin saat saya baca akan saya balas (atau telepon). Meski kadang baru kebaca beberapa jam setelah chat itu tiba. Mungkin karena sifat saya yang to the point jadi orang-orang yang chat saya jarang yang isinya nggak penting, even sahabat sendiri isi chatnya jelas dan panjanggg �� ini sepertinya mereka kebawa sama kebiasaan saya.

    Menurut saya apabila mba Sovia nggak tertarik balas chat atau merasa nggak nyaman untuk selalu balas chat, mba lebih baik bilang apa adanya ke teman-teman mba. Semisal mba detox handphone jadi jarang buka hape, kalau ada yang urgent bisa tulis detail permasalahannya nanti dibalas. Atau, "Kalau mau tanya kabar juga nggak apa-apa. Tapi harap maklum kalau balasnya lama." -- Semacam sounding kali ya, jadi mereka nggak berharap, dan mba juga nggak merasa beban.

    Menurut saya ignore bukan cara yang tepat, karena kepentingan setiap individu itu beda. Buat kita nggak penting namun bisa jadi buat pengirimnya penting and vice versa. Seenggaknya dengan sounding di awal, nggak ada yang merasa nggak dianggap atau tersisihkan �� jadi mau balas nanti ketika mood datang nggak masalah, yang penting pengirimnya tau mba akan balas apabila sempat.

    Ohya satu yang saya pelajari, kalau kita mau orang-orang nggak intens chat ke kita, salah satu cara yang bisa kita gunakan adalah jangan kebanyakan press enter kalau chat �� jadi semisal balasan yang mau ditulis panjang, better tulis lengkap dalam satu kali chat macam tulis komentar di blog, mbaaa. Sebab kebiasaan enter saat chat ini juga yang kadang membuat kita jadi terbiasa typing dan akhirnya percakapan nggak selesai sampai berjam-jam lamanya �� mungkin dengan mba Sovia balas, to the point panjang lebar dalam satu kali enter, yang menerima pun akan lebih malas untuk chat terus-terusan. Lama kelamaan jadi tau untuk chat saat ada perlunya saja hahahaha.

    Semangat, mba Sovia ��

    ReplyDelete
  3. Kak Soviaaa rajin sekali nih menulisnya. Aku jadi ada lapak buat main-main deh :p

    Kalau aku sendiri, aku nggak masalah dengan orang yang balasnya lama karena aku sendiri suka begitu #plakk. Suka lama balasnya karena aku malas kalau memang isinya tidak urgent dan hanya sekedar basa-basi aja, juga tanganku ini gampang sakit kalau keseringan balas chat >.<

    Nah, kalau perihal chat nggak dibalas, aku tentunya akan kesal tapi kalau chat aku berisi hanya basa-basi sih, aku kesalnya sebentar aja(?). Berbeda kalau lagi penting tapi nggak dibalas, apalagi udah dibaca tapi nggak dibalas, baru deh kesel banget hahaha.

    ReplyDelete
  4. Kalo saya sendiri tergantung sih, kalo lagi butuh informasi yang maunya dibalas cepat, tapi kalo lagi nyantai ya biarin saja. Pernah saya chat sama seseorang cuma di baca saja yg tidak dibalas. Aku chat lagi barang kali lupa, sama, cuma di baca doang. Eh tiba-tiba dia chat aku bahkan telepon. Aduh ternyata ada perlu pinjam uang.😂

    Menurutku saran mbak Eno bagus sekali sih, jelaskan saja kalo mbak sovia memang bilang apa adanya bahwa saya memang kadang lama kalo balas chat karena ada kesibukan atau hal penting lain, biar mereka tidak salah sangka.😀

    ReplyDelete
  5. Huwaaa iya mbak Sovia kita berandai-andai nih kalau hp nya sesepi mbak Eno..hahha..

    Saya sebisa mungkin balas chat walaupun isinya cuma smilies atau "wkwkwkw", soalnya saya ngalamin nggak enaknya chat nggak dibalas. Walaupun berusaha maklum ya..

    Kecuali chatnya sudah mengganggu, misal dari pihak lawan jenis isinya nggak penting malam-malam pula. Itu sih bakal saya ignore. Kalau masih ndableg ya di block.

    Taktik saya kalau memang kehabisan kata2 atau ingin mengakhiri pembicaraan nggak berujung cukup pakai smilies. Senyum sekian kali. Kan nggak mungkin juga pihak sana balas pakai smilies tar lama-lama kayak anak-anak main sticker wkwkwk..



    ReplyDelete
  6. Masalahnya kalau lewat telepon aku pun ada anxiety gitu lho, seperti yang Mba Sovia pernah bahas di postingan sebelumnya hahahaha

    Kalau aku sendiri lebih ke text person, pokoknya kalau bisa lewat chat ya chat aja, nggak usah pakai telepon. Kalau harus ngomong, voice note aja wkwkwk beberapa orang terdekat udah mengenal kebiasaan berkomunikasiku ini sih. Aku juga udah mention di awal, sebaiknya lewat chat aja karena aku lebih nyaman, pasti kubalas meski nggak langsung.

    Menurutku, tentang merespon message itu kembali lagi sih pada kenyamanan Mba Sovia. Namun aku juga setuju dengan Mba Eno, ignoring juga bukan hal yang tepat. Selain tentang kesopanan, demi kenyamanan teman-teman Mba Sovia juga :D soalnya aku tau rasanya nunggu balasan chat itu kayak apa, kadang-kadang nggak nyaman karena jadi penasaran apa yang sedang terjadi 😂 jadi mungkin solusinya Mba Sovia bisa mention ke teman-teman dengan baik, kayaknya mereka juga bakal mengerti sih hihi

    ReplyDelete

Raise Your Words, Not Voice. It's Rain That Grows Flowers, Not Thunder.
-- El Rumi --