My Personal Hairdresser

by - September 19, 2020

Pic from Pinterest

elain membuat kepala panas dan ingin meledak, tak dapat dipungkiri bahwa Corona juga mengajarkan kita banyak hal, menyadarkan saya tepatnya, bahwa hal-hal kecil yang dulu nggak jadi bahan perhatian ternyata di butuhkan, nggak papa lah setidaknya Corona mengajarkan saya arti menghargai, hadeeh.. mellow banget sih ini pembukaan, haha.

Well, ngomongin Corona pasti nggak jauh-jauh dari cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, dan di rumah aja. Jadi, karena himbauan di rumah aja ini, banyak banget orang-orang yang lebih memilih mempelajari banyak hal secara otodidak, baru kemudian dipraktekan sendiri, untuk menghindari keluar rumah.

Potong rambut contohnya. Sekarang banyak banget para perempuan yang mantengin youtube, untuk tahu bagaimana cara memotong rambut yang baik dan benar, entah itu buat motong rambut sendiri, suami atau anak. Bahkan mba Najwa Shihab aja motong rambutnya sendiri, demi menghindari penularan virus ini.

Nah, soal potong rambut ini, pembahasannya pasti nggak jauh-jauh dari salon, believe or not, saya nggak pernah motong rambut di salon, hehehe. Alasannya, karena saya punya hairdresser sendiri dong, walau nggak profesional-profesional amat, namun hasilnya patut diacungi jempol.

Semasa sekolah yang motongin rambut saya adalah si kakak, dia hobi banget main sama gunting dan rambut orang, alhasil kalau ada yang pengen potong rambut di rumah, tinggal teriakin nama dia aja, haha. Lumayan lah, menghemat pengeluaran keluarga.

Kakak saya ini doyan banget main gunting-gunting dari esempe, asiknya kita juga bisa request lho mau potongan yang kayak gimana, tapi jangan yang ribet-ribet juga, ya sadar sendirilah, kalau dia bukan salon. Kalau ingat-ingat masa itu lucu sih, jadi suka senyum-senyum sendiri ngebayangin dulu dia ngomel-ngomel, karena saya nggak bisa diam, soalnya tiap bentar selalu bilang “Jangan kependekan lho ya” atau “Ini beneran kayak gitu motongnya kan” nggak bersyukur emang, udah dipotongin banyak bacot pula.

Pas sekolah esempe dan esema saya jarang potong rambut, karena rambutnya panjang sepinggang, jadi nggak perlu digaya-gayain lah, palingan cuman dirapiin doang ujungnya, jadi nggak butuh salon, karena bisa dilakuin sendiri sama si mamak saat pulang kampung. Namun beda cerita sama kuliah, rambut yang dulu sepinggang lansung saya babat habis sampai sebahu, alasannya karena Riau panas cuy, nggak kayak Sumbar.

Dulu, sempat mau ke salon mau potong rambut lebih pendek lagi karena masih panas, nah saat itu saya masih semester satu jadi saat tanya-tanya sama senior di mana tempat potong rambut yang tidak mengecewakan sama senior, tiba-tiba Tari sahabat saya, yang saat itu tentu saja masih belum, mengajukan diri buat motongin rambut saya, awalnya sempat ragu sih, tapi karena tampangnya meyakinkan, yaudah saya cus.

Lucky me, ternyata beneran lho hasil potongan dia bagus, saya suka. Ditambah lagi reaksi senior yang juga bilang bagus, “Jadi potong rambut dek? Di salon mana? Bagus lho” hahaha senangnya dapat pengganti kakak saya, saat itu.

Ternyata, setelah ditanya-tanya kenapa si Tari bisa jago motong rambut adalah karena dia pernah kecewa sama hasil potongan rambut mba,-mba di salon, jadi karena sakit hati dan kecewa dia belajar sendiri biar bisa motong rambutnya sendiri sesuai gaya yang dia mau.

Tari beneran keren lho, soalnya dia bisa dengan lihat motong rambut sendiri di depan cermin, sesuai gaya yang dia mau. Saya lihat dia kayak gitu antara takjub dan kasihan, hahaha. Habisnya dia selalu motongin rambut saya, Lilik, dan beberapa member kos lainnya, sayangnya saat giliran dia, doi harus potong sendiri.

Rasanya punya personal hairdresser yang nggak professional-profesional amat itu, menyenangkan gais. Apalagi kalau sahabat sendiri, lebih nyaman, nggak perlu sungkan-sungkan, bedanya Tari dan si kakak itu, kalau Tari nggak ngomel-ngomel, tapi jahilnya kebangetan. Dia bisa aja nanti pura-pura panik dan bilang salah potong, padahal enggak ngeselin emang.

Biasanya, beberapa menit sebelum eksekusi saya udah googling cari model rambut pendek yang bagus, nanti tinggal tunjuk aja “Tar, gue mau modelan yang begini ya” hahaha, asik nggak tuh? Asik dong.

Sekarang saat Corona dan beberapa orang misuh-misuh karena nggak bisa ke salon buat motong rambut, saya jadi lansung ingat dia, beruntungnya dia dulu pernah dikecewakan sama mba-mba salon, jadinya kan dia punya skill sendiri yang berguna banget untuk beberapa orang, untuk saya paling utama.

Oke, kayaknya segitu dulu deh, pengalaman potong rambut saya sama hairdresser yang tidak professional. Lastly, I wanna say, Tar if you could read this rambut gue udah panjang lagi, hahaha.



You May Also Like

7 comments