So Sucks at Replying a Text
![]() |
Pic from Pinterest |
So, here we go guys, I’m genuinely curious of this: what do you think about someone who really bad at replying a text?
Sebenarnya pertanyaan ini udah lama banget muncul di kepala saya, since ada seorang teman yang bilang bahwa saya cuek dan sombong, karena nggak balasin chat dia di WhatsApp. Jujur, saya tidak sering chattingan di WA kalaupun ada hanya dengan orang-orang tertentu saja, dengan kata lain saya hanya connect sama orang-orang yang otaknya juga sengklek kayak saya.
Even dengan sahabat lain pun jarang, palingan kalau lagi kangen aja sih. Tapi mereka nggak pernah protest tuh, bahkan si Tari pernah ngira saya nge-block nomor dia saking seringnya saya nggak balas chat dia.
Dan diantara mereka yang paling paham sama diri saya yang suka banget menghilang ini, cuman Lilik deh kayaknya. Tahu kenapa? Karena kami sama cuy, hahaha.
Bahkan anehnya saat pengen curhat, Lilik bakalan tetap ngomong sendiri gitu aja, walau tahu saya lagi nggak aktif alias ceklis satu, yang penting ngomel aja dulu, nyampein unek-unek aja dulu, baru kemudian di penutup dia bakal kasih catatan kaki “Kalau udah aktif nggak usah dibalas, karena gue cuman pengen cerita aja”.
Tapi masalahnya sama teman-teman yang nggak terlalu dekat, bakal bilang saya sombong, bahkan sampai ada yang bilang “No response is also a response” apaansih? Padahal kalau dipikir-pikir saya nggak pernah tuh nggak balas chat mereka kalau butuh informasi.
Anehnya, sewaktu sidang ada salah satu teman yang rada tersinggung sama saya, gara-gara saya nggak upload foto selebrasi setelah ketok palu resmi sebagai sarjana. Emang itu penting banget ya? Dia mikir, saya kurang mengahargai partisipasinya dalam merayakan kelulusan sidang itu, padahal saya sudah bilang terima kasih secara lansung, dengan tulus.
Soalnya, kalau boleh jujur yang nggak terlalu bersosial media, saya buka Ig memang untuk entertain, memang lagi mau nengok sesuatu, emang lagi mau share sesuatu aja, karena saya pernah ngerasain dulu Instagram itu toxic karena beberapa hal.
Sampai akhirnya saya mikir segitu pentingnya kah basa-basi di social media, ngeselinnya gara-gara ini saya pernah disinisin dengan kalimat “Eh masih hidup? Kirain kemana gitu, karena udah nggak pernah lagi balas chat” meski dikatakan sambil tertawa haha hihi, tapi efeknya tetap huhu, alias bikin bad mood.
Masalahnya saya nggak pernah protes deh kayaknya sama orang yang nggak respon pesan saya, ya walau kesel kadang karena butuh informasi, eh tapi nggak kesel juga ding, cuman greget aja nunggu balesan, karena saya sadar, kalau emang saya yang butuh, hahaha.
Apalagi chat basa-basi, saya santai aja nggak pernah sampai tersinggung dan sinisin yang bersangkutan saat bertemu, nggak banget deh.
Saya juga beberapa kali dapat inbox di facebook, menanyakan hal yang serupa “Woy, did you block me?” atau “WA lu kok udah nggak aktif se-abad, lu ganti nomor ya?”. Ya menurut lo? Emang pada nggak tahu ya kalau di block-kan ceklisnya cuman satu, maksudnya kenapa sih pesannya mau banget di bales sama gue, hahaha (di lemparin panci).
Gara-gara kejadian ini, saya jadi mempertanyakan diri sendiri “Apa bener gue nggak sopan ya, makanya mereka tersinggung?” atau "Apa gue beneran sombong?” walaupun ada pemikiran macam ini, di lain sisi tetap saya membela diri kayak “Tapi kan isi chat-nya nggak penting” hahaha.
Oh, yah hal ini membuat saya iri sama mba Eno, karena kemarenan saya baca komenannya di postingan mba Phebie soal “Decluttering Social Media” di sana mba Eno bilang hape-nya sunyi, karena lebih prefer di hubungi lewat telpon di bandingin chat, sebenarnya menarik juga sih, sama kayak yang mba Phebie bilang, rare case banget, hahaha.
Pengen juga sih gitu, cuman masalahnya karena saya mengidap phone anxiety hal itu tidak bisa di terapkan, bisa-bisa jantung saya nggak sehat, karena dagdigdug mulu sepanjang waktu, ehe.
In the end, saya mau nanya gimana pendapat mu tentang seseorang yang jarang bales chat atau responnya lama gais, please let me know, see ya!
6 comments