Detail

by - November 15, 2020

Pic from Pinterest
Beberapa waktu silam saya pernah membaca tweet-nya Boy Candra yang bunyinya begini “Dulu kamu sering kali berdoa. Tuhan, dekatkan aku dengannya. Lima tahun kemudian. Kalian dekat sekali, sebelahan rumah. Dia dengan isterinya, kamu dengan orangtuamu. Kamu lupa mendetailkan doa”. Saya pertama kali baca ini tu lansung ngakak. Well, iya juga ya.

So, terkait topik di atas, saya mau bertanya dong, seberapa greget lo detail kamu dalam berdoa? Kalau saya pribadi, jarang berdoa dengan detail, tapi saya benar-benar percaya setiap doa yang saya langitkan pasti akan dikabulkan, satu hal ini benar-benar saya pegang. Saya benar-benar meyakini ini karena saya adalah tipe yang suka underestimate diri sendiri yang ujung-ujungnya membuat saya gampang menyerah akan sesuatu. Saya nggak tahu kenapa saya selalu nggak pede dengan kemampuan yang saya punya. Ini tu merupakan PR besar saya.

Hari ini tu sebenarnya rada mellow ya, I don’t even know why? Perasaan saya gusar aja. Minggu ini tuh penuh dengan kejutan banget tahu nggak. Ntar deh saya bakal cerita kalau saya udah siap, karena sekarang nggak mau bahas yang itu.

Oke, balik lagi ke detail dalam menginginkan sesuatu, dalam agama saya pun diajarkan untuk lebih spesifik dalam berdoa. Jika ingin banget masuk universitas, sebut nama universitasnya, jika ingin bersama seseorang, sebut nama orangnya. Memang dianjurkan banget.

Nah, menurut saya pribadi dari sesederhana mendetailkan doa, banyak banget sebenarnya pesan tersirat yang dapat diambil dari sana. Maksudnya dalam urusan meminta atau berharap sama Allah aja, yang notabenenya kita ngomong dalam hati aja Dia pasti tahu, kita masih disuruh buat detail. Apalagi berurusan sama manusia yang pikirannya kompleks dan labilnya minta ampun (gue maksudnya, haha). 

Coba perhatikan deh, orang sekitar kita sering banget lho nyuruh kita buat detail. Tak jarang dosen pembimbing marah-marah sama mahasiswa bimbingannya karena nggak detail dalam menjabarkan masalah di skripsi atau nggak detail soal olah data di bab IV (bukan pengalaman gue sumpah). Atau sering banget atasan complain sama bawahannya karena nggak detail dalam mengecek pekerjaannya.

Baiklah, sebenarnya apa sih yang ingin saya coba sampaikan di sini? Believe me guys, di tahap ini saya nge-blank, hahaha. Ya, Allah padahal tadi udah menggebu- gebu banget buat nulis, hehe. Yaudah lah ya, sebenarnya intinya itu saya mau bilang, bahwa kita sering banget detail menyampaikan sesuatu cerita, buku, barang, tokoh, atau public figure yang kita suka. Kita sering banget detail dalam mempresentasikan produk, keunggulan dan lain-lainnya di hadapan pembeli atau klien.

Namun, dalam urusan berdoa menyangkut mimpi, harapan atau sebagainya kita saya sering lupa akan detail itu sendiri, seringnya habis shalat saya bedoa seadanya, kalau nggak merasa butuh banget, doanya simple banget. Tunggu ditabok dulu baru berdoanya yang bener. Meski saya percaya banget sama kekuatan doa, tapi saya sering nggak serius dalam berdoa. Jadi, intinya tulisan ini adalah pengingat untuk diri saya sendiri.

Terakhir, saya juga lansung ingat sama curhatannya salah seorang anak kepada Paguru di Papua sana. Katanya, di suatu Minggu pagi ada seorang anak yang tiba-tiba nyamperin dia dan bilang “Paguru, besok-besok sa tidak mau lagi pergi beribadah, karena Tuhan itu tak pernah mau dengar sa pu doa” ketika ditanya  doanya apa, si anak menjawab “Sa berdoa sama Tuhan supaya sa pu bapak tidak lagi jalan ke kempat pace X” karena setiap bapaknya kesana pulangnya pasti bakalan mabuk dan dia takut.

Paguru bilang dia sampai harus memutar otak untuk merespon curhatan anak ini, sampai akhirnya dia bilang “Tadi saat berdoa ada sungguh-sungguh kah tidak?” si anak sempat bingung, karena tidak tahu bersungguh-sungguh itu seperti apa, baru Paguru menjelaskan kembali “Tadi berdoa itu ada diam kah? Ada pejam mata kah?” si anak lalu menggeleng “Tidak Paguru, tadi sa berdoa itu ada bicara, sambil ganggu teman-teman” ujarnya sambil tertawa. Saya juga tertawa tapi hati saya bersedih.

Semoga doa si anak, doa saya, dan doa kita semua cepat sampainya. Kedepannya saya nggak bakal nunggu ditabok dulu baru doanya detail. Akhir kata, terimakasih sudah membaca, sehat selalu ya gais, fisik dan mental. See ya!

You May Also Like

8 comments

  1. I see..
    Aku mulai ikut memikirkan apa yang kamu tulis.
    Yang bisa aku dapat, berdoa itu bagian dari mengenal diri sendiri.
    Sering kali kita melupakan diri ini karena beberapa hal seperti menganggap bahwa memikirkan diri sendiri itu egois, menjadi people pleasers, dsb.

    Padahal kalau kita sampai lupa sama diri kita, bagaimana kita bisa mengejar mimpi dan harapan? Selain dengan kekuatan doa (bagian dari spiritual), kalau kita bisa melakukan analisis kayak SWOT gitu ke diri sendiri, pasti efeknya akan lebih dasyat.
    Karena dalam agama sendiri diajarkannya 2, berdoa dan berikhtiar. Berarti secara lahir dan batin harus balance. Biar mimpi dan harapan, nggak cuman sebagai bentuk absurd, tapi nyata dan kita ada diproses untuk mencapainya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget mba, kalau seandainya kita lebih aware dan mengetahui lebih diri kita sendiri, kayaknya kekuatan doa, jadi lebih dahsyat banget.

      Delete
  2. Aku banget ini🤧 percaya sama kekuatan do'a, tapi seringnya do'a gak sungguh-sungguh. Cuma pas lagi serius aja, itupun nggak mendetail, karena yang ada di pikiranku, Allah Maha Tahu apa isi hatiku walaupun nggak dicurahkan. Terus gak disangka belum lama ini juga tiba-tiba dapet ilham lewat salah satu video, katanya Allah itu akan lebih senang kalau kita merengek meminta sama Dia, seperti saat kita meminta ke ibu atau bapak kita. Dan di saat merengek seperti itu, maka keinginan kita menjadi lebih spesifik diutarakan. Sejak kemarin lihat video itu, aku jadi tergerak buat kembali melakukan hal yang sama. Karena bagaimanapun, meski Tuhan sudah lebih tahu dari diri kita sendiri apa yang kita butuhkan dan inginkan, namanya meminta pun harus sungguh-sungguh. Dengan begitu kita bisa merasa benar-benar bergantung terhadap-Nya.

    Ah, bahasan ini bener2 deep dan relatable banget buat aku minggu ini kak Sovia😫 Thx for reminder ya kak❣️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hola Awl, semangat terus ya dek skripsinya. Overwhelmed banget pasti, apalagi di situasi yang seperti ini. Yep, keseringan kakak juga berdoa seadanya Awl, parah bener emang, hahaha.

      Thank you juga udah mau baca tulisan kakak Awl, sehat terus ya dan jangan terlalu keras sama diri sendiri, karena masa-masa skripsi adalah masa di mana mood naik turun, kakak dulunya gitu, hehehe.

      Delete
  3. Tulisan yang kereeen mba Sovia 😍

    Iya yaaa, kita padahal kalau urusan dunia maunya detail dan selalu berusaha spesifik dalam bekerja atau urusan pertugasan ini itunya. Tapi giliran berdoa suka disingkat-singkat 😓 Bahkan kadang suka gengsi mau berdoa, merasa nggak layak minta sesuatu kalau lagi ada inginnya doang. Padahal sudah jelas tempat meminta itu kepada Sang Pencipta. Masa sama Tuhan pencipta kita pakai acara gengsi segala *tepok diri sendiri*

    Hehehehe, tulisan mba Sovia menjadi pengingat saya untuk lebih serius dalam berdoa, lebih detail dan spesifik mana tau bisa bangun theme park betulan *eh masih ajeee berharap* 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbaaa thank you atas apresiasinya.

      Samaa banget mba, berdoa seringnya nggak serius dan seadanya. Mudah-mudahan kedepannya kita mau berdoa lebih detail lagi ya mba. Hahaha, amiin mbaaa, saya yakin suatu saat pasti terwujud, meski nggak mudah tapi bukan berarti tidak mungkin. Oneday jika mimpi mba yang satu itu terwujud dan saya ada rezki lagi panjang umur, saya bakalan main kesana, hahaha.

      Delete
  4. Kemarin saya habis ngobrol juga sama seseorang, dia mengingatkan saya untuk tetap mendoakan diri sendiri. Ketika dia tahu saya jarang banget berdoa, entah karena pesimis tak terkabul atau malas, dia dengan enaknya bilang: siapa lagi yang mau doain kamu kalau bukan diri sendiri? Mungkin orang tua akan mendoakan anaknya selalu, tapi ya jangan lupa sama diri sendirilah. Semakin banyak yang memohon, semoga Tuhan mendengarkan.

    Pelan-pelan mulai tadi pagi saya memutuskan berdoa buat diri sendiri. Ahaha. Tinggal permintaannya aja nih yang detail. Dulu sempat praktik dengan menuliskannya di dream note gitu sih. Sejak 4-5 tahun silam saya berhenti menuliskan kemauan saya. Sepertinya nanti akan mencoba lagi. Soalnya dulu sering banget terkabul. Dengan menuliskannya, mengucapkannya, memvisualkannya. Tergambar jelas gitulah. Kalau perlu cetak foto di Google sekalian. Tempel di karton. Pajang di kamar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar juga yang dibilang temanmu Yog, kalau bukan diri sendiri siapa lagi. Hahaha soksoan banget saya.

      Syukurlah, belajar percaya dan berharap lagi nggak papa kok Yog, saya dulu juga suka berdoa seadanya, sekarang rasanya lebih adem kalau doanya di detailkan, walau baru beberapa hari dipraktekan.

      Waaah, bisa dicoba tuh memvisualisasikan keinginan dan harapan karena sejauh ini yang saya lakukan cuman tulis aja. Saya juga ada dulu nulis keinginan saya yaitu ingin jumpa salah satu penulis idola saya, Tere Liye. Benaran beberapa tahun kemudian saya jumpa dia di gramedia kota saya, ada acara lauching buku barunya. Kebetulan emang lagi di sana saya nimbrung duduk di belakang, hahaha. Dapat kesempatan buku yang saya punya dia ttd.

      Delete

Raise Your Words, Not Voice. It's Rain That Grows Flowers, Not Thunder.
-- El Rumi --