Phone Anxiety: Afraid of Making or Receiving a Call
Pernah nggak sih kamu ngerasain jantungmu berdetak lebih kencang, seperti genderang yang mau perang, tapi bukan karena sedang ingin bercinta? Hal ini justru hanya disebabkan oleh sesuatu yang mungkin menurut orang lain terlihat sepele, yaitu ketika menerima panggilan telpon. Phone anxiety atau biasa juga disebut telephone phobia adalah situasi di mana seseorang merasakan ketakutan atau kepanikan yang berlebihan ketika membuat dan menerima panggilan telpon. Hal ini mungkin terdengar aneh, tapi percayalah banyak orang di luar sana yang merasa tidak aman dan menderita panik berlebih ketika mendapat panggilan telpon dan saya adalah salah satunya.
Phone anxiety sering kali dikaitkan dengan social anxiety disorder, atau lebih tepatnya banyak pengidap SAD (Social Anxiety Disorder) yang juga mengalami telpon fobia, dengan artian kata social anxiety disorder biasanya berjalan beriringan dengan telephone phobia. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada seseorang yang totally fine with social interactions, tapi mengalami gangguan panik jika mendapat panggilan telpon.
Jujur, setiap kali saya mendapat telepon dari orang yang saya nggak nyaman, my hand is shaking and my heart is beating so fast, cemas banget pokoknya, there is a feeling that I cannot explain about dan kepanikan ini jadi meningkat drastis jika penelpon adalah new number. I also told my friends over and over that I hate being called by someone on the phone, kecuali emak saya, of course. Jadi, seumur hidup, intensitas saya bicara via telpon itu, bisa dihitung pakai jari dan kebanyakan panggilan telpon itu dari mak saya pastinya.
Anehnya, even sama abang-abang Gojek dan Grab pun, saya tetap kayak gitu. Padahal kan logikanya saya sudah tahu siapa yang nelpon dan topik apa yang akan dibicarakan, ya, palingan abang Gojek cuman nanya “Sesuai pesanan kan mba?” atau panggilan dari abang Grab yang ingin memberitahu “Mba, saya sudah di lokasi”. Setelah saya telusuri ternyata memang ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya adalah perasaan trauma di masa lalu, seperti pernah mendapat berita tidak enak yang traumaris banget melalui via telepon atau bahkan pernah dimarah-marahin sama strangers yang salah nomor. Nah, yang terakhir itu pengalaman pribadi saya, hehe.
Saya masih ingat pertama kali saya punya handphone itu pas kelas enam esde akhir. Saya dapat handphone bekas kakak saya yaitu Nokia 6020 (masih ingat banget haha). Jadi, pas awal-awal sekolah menengah pertama, saya pernah dapat panggilan telpon dari strangers yang berakhir nyesek banget. Bagaimana tidak, saya dikata-katai sama perkataan yang menurut saya tidak pantas saya dengar, saya cuman sempat bilang “Halo”, tapi sudah diserbu dengan kalimat-kalimat negatif. Mungkin karena masih kecil saya nggak tahu harus ngapain, cuma bisa dengerin sambil gemetar karena takut banget. Padahal, kalau dipikir-pikir lagi kenapa nggak saya matiin aja sih telponnya atau bilang “Maaf Anda salah sambunng".
Kemudian situasi ini di perparah beberapa bulan kemudian, ketika dapat telpon dari paman saya yang juga marah-marah karena panggilan telponnya seharian tidak saya angkat, padahal karena saya memang sekolah dan sorenya dilanjut sama kegiatan Pramuka dan handphone-nya saya tinggal di asrama, karena peraturan sekolah yang melarang membawa handphone ke sekolah. Semenjak saat itu saya nggak pernah mau lagi angkat telpon dari strangers atau unknown number dan orang lain yang saya tidak terlalu dekat.
Dulu waktu pertama kali pesan Grab, saya ngomongnya belibet banget, sampai-sampai driver-nya “Hah heh hoh” mulu, karena saya nggak jelas ngomongnya apaan saking belibetnya. Saya juga sampai harus took a depth breath dulu baru bisa lumayan rileks dan menjelaskan lokasi saya dimana. Kemudian di momen selanjutnya jika ingin pesan Grab ke Bandara saya suruh Butet, Lily atau siapapun yang ada di sekitar saya, saking nggak nyamannya di telpon balik sama driver-nya.
Sejauh ini jika ada nomor asing yang masuk selalu saya abaikan dan jika kebetulan ada Tari bersama saya, maka dia adalah penyelamat saya, yang dengan suka rela mau menerima panggilan itu. Mungkin ada yang bertanya kenapa sih sampai segitunya? Maka, saya tidak bisa menjelaskannya, tapi believe or not ketika mendengar hape saya berdering, saya bisa lansung panik dan gemetaran, apalagi di situasi saya lagi sendiri, kalau ada para teman di sekitar, kepanikan saya masih bisa dikontrol. Karena masih bisa nanya kayak " Nomor baru nih, angkat nggak yah?" Dan biasanya respon mereka " Aeelaa sini gue angkat".
Hal yang sama juga ketika hape saya dibuat nada getar, masih panik dan takut, tapi tidak separah waktu mendengar nada dering. Makanya, saya sangaaaat nyaman ketika hape saya itu berada di silent mode dan kakak saya adalah orang yang paling cerewet menyuruh saya mengaktifkan nada dering, omelan paling khas dia itu kayak gini:
“Jual aja deh, hape lu jual. Ngapain pake hape tapi ketika orang nelpon nggak pernah diangkat”
Haha. Saya cuma bisa senyum saja atau kadang-kadang jengkel juga, sih. Masalahnya cuma beberapa kali kak, telpon lu nggak gue angkat, lebay bener heyy!
Oh ya, saya juga sempat iseng googling tentang ada nggak sih artis yang juga takut ditelpon kayak saya, dan ternyata ada gais. Ini pertanda bahwa saya tidak aneh, masih banyak kok orang di luar sana yang mengalami hal serupa. Sebagai mantan K-Popers garis yang lumayan keras, Key Shiney adalah salah satu idola saya dulunya dan ternyata doi juga nggak nyaman mendapat panggilan via telpon, sama kayak saya dia panik dan tangannya juga gemetaran. See, kami memang jodoh deh kayaknya (ngehalu mode on).
Oke kayaknya segini aja deh cerita nggak penting ini, kalau kamu juga mengalami ketakukan akan sesuatu yang menurut kamu absurd gais, it’s fine. Karena tanpa kita sadari di luar sana juga banyak kok orang lain yang mengalami hal serupa dengan kita. Ceritakan saja, karena kata Banda Neira nih ya, ketika berbicara juga sesulit diam, utarakan, utarakan, utarakan. Lhaa, nggak nyambung ya? Haha, ya, sudahlah. See ya!
ps. Pic from pinterest
10 comments