• Home
  • About
Powered by Blogger.

A Dreamer

Pict from Pinterest
Hai! Lilik disini!

Tulisan ini adalah bentuk kolaborasi sebagai perayaan dibuka kembali blog A Dreamer untuk umum, yay!

Pertama kali dikabari oleh Kak Sopya blog ini akan ditutup, aku turut sedih. Tapi aku tetap mendukung apa yang benar-benar Kak Sopya inginkan. Lagian aku mana berhak melarang-larangnya meskipun aku adalah salah satu manusia favoritnya (pede mode on).

Okedeh langsung aja, kali ini aku akan menceritakan potongan kisah yang pernah kami lalui bersama. Harapannya, sih, Kak Sopya akan berterimakasih samaku karena udah berhasil mengingatkannya kembali tentang momen-momen berharga ini, eak.

Pertama, bagaimana aku mengenal seorang Kak Sopya.

Di kehidupan nyata aku memanggilnya Kak Sopi tapi kali ini aku mau menyapanya dengan Kak Sopya, terdengar puitis aja gitu, menurutku haha.

Di awal-awal menjalani hidup sebagai anak Kos Ummi, aku ngga tau bahwa ternyata ada seseorang bernama Sopya yang juga ngekos disana. Yaa gimana, Kak Sopya ngga pernah terlihat di berbagai kegiatan Kos seperti berkunjung ke rumah bapak kos hingga kegiatan pengajian yang diadakan setiap malam Jumat. Sampai akhirnya Kak Tari mengatakan bahwa salah satu teman sekamarnya bernama Sopya sedang pulang kampung ke Batam. Satu kata untuk Kak Sopya, badung! Orang udah mulai kuliah kok masih di kampung.

Entah di pengajian ke berapa barulah Kak Sopya hadir. Bermukenah biru laut dan duduk di samping Kak Tari. Kali itu keberadaannya langsung mendapat perhatianku, karena dengan beraninya ia membenarkan lafadz bacaan Al-quran yang salah dibacakan oleh petugas hari itu (aku lupa siapa orangnya haha). Yaa, emang seharusnya begitu sih. Dari sanalah aku menatap takjub Kak Sopya. Meskipun dia member baru di pengajian itu, tapi dia berani melakukan sesuatu yang membuat semua pandangan orang jadi tertuju ke dirinya. Satu kata sebelumnya yang sudah berhasil kulabeli untuk Kak Sopya langsung tergantikan dengan, keren!

Kedekatanku dan Kak Sopya mulai terjalin ketika Reyhana membeli motor baru dan mengadakan syukuran serta membagi-bagikan miso kriuk. Di acara syukuran itulah aku mengingatnya untuk pertama kali Kak Sopya dan dua orang roommate-nya mengajakku bercanda serta makan di bawah bersama mereka (kebetulan kamarku ada di lantai atas dan Kak Sopya di bawah).

Kedua, diriku dan dirinya sepertinya sama.

Di Kos Ummi ada dua orang yang selama kuliah ngga pernah memasak. Jelas, itu adalah aku dan Kak Sopya. So, kami ngga pernah menginjakkan kaki di pasar. Hingga di suatu sore, aku dan Kak Sopya pergi berkeliling naik motor sampai tiba di depan Pasar Selasa. Yep, hari itu Hari Selasa, hari dimana pasar di dekat tempat tinggal kami diadakan. Tiba-tiba kami kegirangan kayak anak kecil. Sepertinya mencoba masuk ke pasar adalah ide yang sangat cemerlang. Yaa kami harus masuk ke pasar! Udah bertahun-tahun tinggal di sana masa ngga pernah masuk ke pasarnya.

Baru saja memarkirkan motor, eh tiba-tiba teringat kalau di antara kami ngga ada yang membawa hape. Rasanya momen masuk ke pasar itu harus diabadikan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk balek ke kos hanya untuk mengambil hape. Abang parkir yang melihat pergerakan mundur dari motor kami pun menghampiri hendak meminta uang parkir. Lalu kami mengatakan bahwa kami belum jadi masuk ke pasar dan nanti akan kembali ke pasar lagi serta membayar parkir. Untungnya si abang percaya. Kalau enggak kan bisa rugi cuyyy. Tapi parahnya ketika kami kembali ke pasar lagi dari kejauhan sudah tampak si abang parkir tadi memanggil-manggil sampai teriak menyuruh kami menuntaskan janji dan tidak parkir di tempat lain. Iya bang, iyaa.. kami akan parkir di tempat abang kok, tenang.

Di pasar kami hanya berkeliling-keliling menyaksikan aktifitas jual beli. Sesekali mengatakan “ih murah yaa...” apabila mendengar teriakan pedagang yang menyebut kualitas dagangan dan harganya yang tidak kami sangka. Memasuki bagian pasar yang rame kami pun mulai mengaktifkan kamera hape. Memperlihatkan aktifitas pasar dan memperdengarkan teriakan para pedagang yang saling berpacu semangat. Yaa, hanya seperti itu yang kami lakukan hingga akhirnya pulang dengan membawa kresek yang berisi empat es lilin kacang ijo serta jagung rebus yang udah tua. Sangat terlihat kan kami yang awam dengan pasar dan segala tetek bengek masakan atau makanan, sampai ngga tahu kalau mau beli jagung rebus itu enaknya jagung yang muda.

And then, sampai di kos. Saking excited-nya aku dan Kak Sopya sangat semangat bercerita ke anak-anak kos bahwa harga jual timun, tomat, atau sayuran lainnya dijual sangat murah di Pasar Selasa. Padahal itu emang harga wajar. Kami aja yang ngga tahu apa-apa karena ngga pernah belanja. Ternyata excited kami ngga bernilai apa-apa, duh.

Jadi benar ternyata bahwa persahabatan itu bisa berlangsung lama banget karena ada banyaknya kesamaan baik dari hal yang disuka, tidak disuka bahkan sampai pemikiran.

Dah ah, see you teman-teman, semoga di collab selanjutnya bisa menyapa kalian lagi hehehe.

❤ ❤ ❤

Well, senang akhirnya, saya collab juga, hahahaha. Tulisan di atas adalah milik Lilik, anak orang yang sudah gue anggap seperti adik sendiri, berhubung gue nggak punya adek perempuan. Jadi, sebenarnya tema kali ini adalah kami berusaha menuliskan momen bersama yang kira-kira salah satu diantara kami tidak mengingatnya. Saya menuliskan cerita yang kira-kira Lilik sudah lupa and vise versa.

So, that's why ada embel-embel remember me di awal judul postingan. Saya hanya ingin menyimpan kenangan kami di sini. Sebagai bahan nostalgia kelak.

Terimakasih atas tulisanya Lik, you got me, karena yang pertama itu aku murni nggak ingat, begitu juga yang kedua, aku ingatnya ketika baca ini, terutama bagian diteriakin abang tukang parkir, karena kita janji balek lagi dan bakalan parkir di sana. Hahahaha.

Thank you guys, sudah sudi membaca 😊

Oh ya, betewe nama panggilan saya emang banyak banget, ada yang manggil Sovia, Sovi, Sopya, Sopi, Sopik, Opik, Shopee, Shopie Paris, Sophia Latjuba (sumpah saya muak banget dipanggil ini), bahkan ada yang manggil Opi Kumis, dan jangan lupakan Yeva yang doyan  manggil gue wak Opi. JAHAD.

Share
Tweet
Pin
Share
3 comments

Pict from Pinterest
Beberapa hari yang lalu saya sempat dapat komentar dari seorang teman blogger (gue aja sih, yang nganggap teman, haha) pesannya itu berhasil membuat saya berpikir sepanjang hari, sambil manggut-manggut. If you don’t know guys, love language saya yang paling dominan itu adalah affirmation, so that’s why a good word means the world to me. Kata-kata seseorang sangat mempengaruhi saya, bukan berarti saya suka mikirin omongan tetangga ya, bukan. Gimana sih jelasinnya? Haha. Mudah-mudahan kamu nggak bingung gais.

Tepatnya saya dapat komentar dari pak Anton, di mana dia menyuruh saya berhenti mensugesti diri sendiri dengan bilang tulisan saya tidak penting, katanya biarkan orang lain yang menilai. Dapat komenan macam itu, berasa ditegur bapak sendiri lho, thank you pak sudah menyadarkan saya, huhu.

You right pak, kalau saja tidak bisa menghargai tulisan sendiri, apalagi orang lain. Nah, pada saat masih mikirin itu nggak sengaja saya juga lihat postingan akun selflove yang saya ikuti di instagram. Caption-nya begini: Your mind is your home, take good care of it. Be gentle whilst allowing yourself to heal and grow. Huaa gue jadi berasa dimarahin dua kali dong pas bacanya.

Maka, berdasarkan pengalaman tersebut, lahirlah tulisan ini, dari pemikiran emejing seorang Sovia yang sering banget dikira Latjuba, hahaha. Joke gue garing ya? Tapi ini beneran lho, saya muak banget dipanggil Sovia Latjuba sama orang-orang di kehidupan nyata, karena kalau nanti mba Sophia merasa tersinggung dan karirnya terancam gimana? haha.

Oke, kebiasaan saya suka ngelindur kemana-mana kalau bahas suatu topik. Baikah, start from now saya nggak bakal minder-minder lagi deh. Ya, minder sih boleh tapi jangan sampai berlarut-larut. Semoga ke depannya saya nggak begitu lagi, karena kalau pikiran itu rumah, masak saya mau menjelek-jelekan rumah saya sendiri terus menerus, tapi tetap tinggal di sana. Saya mau berterima kasih juga untuk siapa pun yang pernah membaca tulisan saya di sini.

I love blogging, karena blog menuntun saya berjumpa dengan kamu semua gais, tempat saya jalan-jalan saat pandemi ketika saya nggak bisa melakukannya di dunia nyata, bisa jumpa insight baru, dan banyak hal lainnya. Nggak pernah nyangka bisa say hi each other, mengingat dulu saya takut dan minder banget meninggalkan komentar di rumah maya seseorang.

Baiklah, jika pikiran ini adalah rumah, maka saya akan mencoba merawatnya dengan baik. Saya kira saya sudah mencintai sendiri tapi, ternyata secara nggak sadar kadang masih suka mengejek karya yang saya punya. Mungkin moral the story-nya itu kayak gini: biasakanlah mengapresiasi hasil pemikiran sendiri, sekecil apa pun itu, karena kalau kita sering mensyukuri pemikiran kecil yang kita punya, mana tahu nanti Allah jadi terkesan dan tiba-tiba menurunkan hidayah-Nya, hingga akhirnya kita bisa memunculkan karya yang besar. 

Ini hanya menurut saya aja sih, hehe, nggak tahu menurut kamu gimana. Okay sekian deh kayaknya tulisan hari ini, happy weekend guys! Stay healthy physically and mentally. Tapi eep, sebelum menutup postingan ini saya mau ngasih curhat info tambahan bahwa ternyata hampir seminggu belajar bahasa baru, saya tambah puyeng dong, bahasa Hungary rada sama kayak Turki susunan kalimatnya nggak SPOK, betewe masih SPOK kan namanya? Saya lupa kapan terakhir kali buka kamus bahasa sendiri, hadeeuh parah emang.

Terakhir, sumber film saya pas akhir minggu juga jadi berkurang, karena siaran TvN rusak, hahaha, saya nggak bisa nengok om Dong Wook lagi dong, iya film Korea saya cuman ini, karena saat semua orang berbondong-bondong bahas drama Start Up, gue cuman bisa bahas ini, hahaha. Gue nggak langganan Netflix, huhu. Yaudah deh gais, sekian informasi tambahan dari saya hari ini. See ya!

 


Share
Tweet
Pin
Share
3 comments

Pic from Pinterest
Sambil membaca tulisan ini, ada baiknya gais kita sambil angguk-angguk dan komat-kamit nyanyiin lagunya mba Taytay: cause the players gonna play, play, play and haters gonna hate, hate, hate. SHAKE IT OFF.

Ngomongin haters, jelas ya mereka ini jahat, lebih jahat dari Rangga yang nggak pernah ngasih kabar dan tiba-tiba mutusin Cinta gitu aja. Entahlah, tidak tahu kenapa, memperhatikan haters ini menarik buat saya. Soalnya dibanyak kasus, haters fanatik lebih tahu spesifik tentang target yang dia benci. Beda banget sama orang yang judging, walaupun dua-duanya nggak bagus sih. Kebanyakan yang saya lihat, kadang haters ini membenci seseorang  for no reason dan ngajak-ngajak biar ada squad.

Saya pernah nonton sebuah video mukbang atau eating show di intagram, mba ini kayaknya newbie di youtube, jadi masih masa promoting bangetlah biar video youtube-nya ada yang nonton. Nah, saat bacain komentar di video-nya saya kaget banget. Mulut manusia ternyata bisa sejahat itu. Saya ikut sedih dan sakit hati bacain komenannya, padahal tujuannya bukan ke saya. Kenapa sih nggak di skip aja, kalau emang nggak suka. Hobi banget nyakitin hati orang.

Dan lucunya, kadang yang mengaku sebagai haters malah mencari tahu informasi tentang orang yang dibencinya sama banyaknya dengan fans. Contohnya teman saya yang mengaku benci sekali dengan Lucinta Luna, tahu kan seberapa viralnya mba ini beberapa waktu belakangan.

Saking bencinya setiap pagi dia selalu teriak kepada saya “Kaaak tahu nggak Lunlun dia begini lho, dia begitu lho” sampai akhirnya saya juga ikutan update beritanya mba Lunlun dari dia. Hingga saya jadi muak sendiri denger gossip dia tiap hari dan protes “Katanya lu nggak suka, trus ngapain tiap buka Instagram nyariin berita tentang dia terus?” yang hanya dibalasin dengan cengiran.

Beberapa hari kemudian , dia tidak lagi membahas isu terbaru tentang mba di atas ketika saya tanya kenapa nggak ngasih info terupdate lagi, dia jawab sambil tiduran di kasur “Nggak ah, gue capek lihat dia terus. Kalau dipikir-pikir iya juga ya, ngapain gue bacain isu tentang dia terus” see? Saya pikir kadang kita tanpa sadar melakukannya. Meski haters ini belum masuk ke ranah penyakit mental, tapi lama-lama kayaknya bisa sakit mental beneran deh.

Saya bilang begitu karena logikanya ketika kita tidak menyukai sesuatu pasti sebisa mungkin kita akan menghindarinya. Seperti saya pribadi misalnya, ketika tidak suka pada seorang public figure karena tidak se-value, lain dan sebagainya, saya akan hindari membaca isu atau pemberitaan tentang dia, ya, karena nggak suka gitu lho.

That’s why haters itu menarik bagi saya, karena menurut saya normalnya kita, jika tidak menyukai sesuatu akan cenderung menghindari dibandingin dengan mantengin gossip atau isu tentang doi.

Betewe, saya juga pernah lho dapat kata-kata nyelekit dari strangers. Bahkan, saya nggak tahu dia siapa, tinggal di mana, tapi tiba-tiba dia ngirimin saya pesan di akun sosmed saya. Meski jatuhnya dia prejudice sih, atau bisa jadi dia xenophobic atau islamphopic, saya nggak tahu, yang jelas semuanya tergolong kaum pembenci tuh.

Nggak kebayang frustasinya jadi artis yang banyak haters, di mana kita cuman diam aja tetap salah, seperti saya yang nggak ngapa-ngapain, tiba-tiba dicaci maki. Bio saya di sosmed disuruh ganti, tarok bom dan granat, karena katanya identitas muslim itu adalah bom, I am the real terrorist. Like what? Gue ngapain Bambang? Anehnya lagi kita nggak saling kenal, atau mungkin saya lupa punya temen kayak dia.

Dulu, saya sempat kesel sih, orang gue nggak ngapa-ngapain juga. Makanya ketika baca postigannya mba Pipit (heypipit.com) tentang mas-mas yang mau nyamperin dia buat ngasih wejangan karena video dance-nya, saya ngakak banget.

Well, gais kayaknya segini aja deh cerita nggak penting hari ini, semoga ada faedahnya, hahaha. Lastly, saya mau berdoa semoga hati kita semua secara perlahan dipenuhi cinta, sehingga kelak tidak ada lagi tempat untuk membenci.

Seperti yang dibilang om Nelson Mandela bahwa “Tidak ada orang yang lahir untuk membenci orang lain karena warna kulit, latar belakang, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci. Dan jika mereka dapat belajar untuk membenci, maka mereka juga dapat belajar untuk mencinta, karena sejatinya cinta datang lebih alami ke hati manusia, dibandingkan benci itu sendiri”. Selamat berhari senin, happy weekday. Semoga Corona cepat berlalu dan sehat selalu gais, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
8 comments

Pic from Pinterest
Beberapa waktu silam saya pernah membaca tweet-nya Boy Candra yang bunyinya begini “Dulu kamu sering kali berdoa. Tuhan, dekatkan aku dengannya. Lima tahun kemudian. Kalian dekat sekali, sebelahan rumah. Dia dengan isterinya, kamu dengan orangtuamu. Kamu lupa mendetailkan doa”. Saya pertama kali baca ini tu lansung ngakak. Well, iya juga ya.

So, terkait topik di atas, saya mau bertanya dong, seberapa greget lo detail kamu dalam berdoa? Kalau saya pribadi, jarang berdoa dengan detail, tapi saya benar-benar percaya setiap doa yang saya langitkan pasti akan dikabulkan, satu hal ini benar-benar saya pegang. Saya benar-benar meyakini ini karena saya adalah tipe yang suka underestimate diri sendiri yang ujung-ujungnya membuat saya gampang menyerah akan sesuatu. Saya nggak tahu kenapa saya selalu nggak pede dengan kemampuan yang saya punya. Ini tu merupakan PR besar saya.

Hari ini tu sebenarnya rada mellow ya, I don’t even know why? Perasaan saya gusar aja. Minggu ini tuh penuh dengan kejutan banget tahu nggak. Ntar deh saya bakal cerita kalau saya udah siap, karena sekarang nggak mau bahas yang itu.

Oke, balik lagi ke detail dalam menginginkan sesuatu, dalam agama saya pun diajarkan untuk lebih spesifik dalam berdoa. Jika ingin banget masuk universitas, sebut nama universitasnya, jika ingin bersama seseorang, sebut nama orangnya. Memang dianjurkan banget.

Nah, menurut saya pribadi dari sesederhana mendetailkan doa, banyak banget sebenarnya pesan tersirat yang dapat diambil dari sana. Maksudnya dalam urusan meminta atau berharap sama Allah aja, yang notabenenya kita ngomong dalam hati aja Dia pasti tahu, kita masih disuruh buat detail. Apalagi berurusan sama manusia yang pikirannya kompleks dan labilnya minta ampun (gue maksudnya, haha). 

Coba perhatikan deh, orang sekitar kita sering banget lho nyuruh kita buat detail. Tak jarang dosen pembimbing marah-marah sama mahasiswa bimbingannya karena nggak detail dalam menjabarkan masalah di skripsi atau nggak detail soal olah data di bab IV (bukan pengalaman gue sumpah). Atau sering banget atasan complain sama bawahannya karena nggak detail dalam mengecek pekerjaannya.

Baiklah, sebenarnya apa sih yang ingin saya coba sampaikan di sini? Believe me guys, di tahap ini saya nge-blank, hahaha. Ya, Allah padahal tadi udah menggebu- gebu banget buat nulis, hehe. Yaudah lah ya, sebenarnya intinya itu saya mau bilang, bahwa kita sering banget detail menyampaikan sesuatu cerita, buku, barang, tokoh, atau public figure yang kita suka. Kita sering banget detail dalam mempresentasikan produk, keunggulan dan lain-lainnya di hadapan pembeli atau klien.

Namun, dalam urusan berdoa menyangkut mimpi, harapan atau sebagainya kita saya sering lupa akan detail itu sendiri, seringnya habis shalat saya bedoa seadanya, kalau nggak merasa butuh banget, doanya simple banget. Tunggu ditabok dulu baru berdoanya yang bener. Meski saya percaya banget sama kekuatan doa, tapi saya sering nggak serius dalam berdoa. Jadi, intinya tulisan ini adalah pengingat untuk diri saya sendiri.

Terakhir, saya juga lansung ingat sama curhatannya salah seorang anak kepada Paguru di Papua sana. Katanya, di suatu Minggu pagi ada seorang anak yang tiba-tiba nyamperin dia dan bilang “Paguru, besok-besok sa tidak mau lagi pergi beribadah, karena Tuhan itu tak pernah mau dengar sa pu doa” ketika ditanya  doanya apa, si anak menjawab “Sa berdoa sama Tuhan supaya sa pu bapak tidak lagi jalan ke kempat pace X” karena setiap bapaknya kesana pulangnya pasti bakalan mabuk dan dia takut.

Paguru bilang dia sampai harus memutar otak untuk merespon curhatan anak ini, sampai akhirnya dia bilang “Tadi saat berdoa ada sungguh-sungguh kah tidak?” si anak sempat bingung, karena tidak tahu bersungguh-sungguh itu seperti apa, baru Paguru menjelaskan kembali “Tadi berdoa itu ada diam kah? Ada pejam mata kah?” si anak lalu menggeleng “Tidak Paguru, tadi sa berdoa itu ada bicara, sambil ganggu teman-teman” ujarnya sambil tertawa. Saya juga tertawa tapi hati saya bersedih.

Semoga doa si anak, doa saya, dan doa kita semua cepat sampainya. Kedepannya saya nggak bakal nunggu ditabok dulu baru doanya detail. Akhir kata, terimakasih sudah membaca, sehat selalu ya gais, fisik dan mental. See ya!

Share
Tweet
Pin
Share
8 comments
Pict from Pinterest
Saya mau nangis dong, soalnya pengen nyelesain arsip tulisan dan posting tulisan baru secepatnya. Namun, sayang seribu sayang, setelah juggling dari satu tulisan ke tulisan lain, saya nggak dapat feel-nya buat nyelesain itu tulisan.

Well, gue bosan banget tahu nggak. Ya, Allah kapan sih pandemi ini berakhir? Gue nggak mau ngeluh sebenarnya, tapi….ya sudahlah.

Mood saya akhir-akhir ini naik turun, sedih banget then saya coba menghibur diri lagi, then sedih lagi. Satu-satunya yang saya inginkan saat ini adalah berdiam diri di kamar tanpa gangguan siapa pun. Jelas saja saya tidak bisa melakukan itu sekarang di mana saya harus jagain ponakan sampai kakak saya pulang. 

Sumpah saya benci keadaan ini. Saya rindu masa-masa dulu di mana diri saya sepenuhnya milik saya. Saya rindu cerita ngawur sama Lilik di danau kampus. Sekarang pada kenyataanya, dunia nyata sama dunia maya sama hambarnya.

Mungkin di awal-awal pandemi saya menikmati berselancar di dunia maya, ngeblog, nonton dance cover atau choreography, bacain beragam memes, nonton youtube yang bahkan beberapa hari belakang masih saya nikmati. Sekarang? Rasanya nggak ada lagi yang menghibur, berbulan-bulan mendekam di rumah tanpa ngeluarin pikiran dan apa yang saya rasa, efeknya tu jauh banget. Overwhelmed.

Fiuh… mungkin karena ini saya suka banget sama Lovely-nya Billie Eilish, it’s just feel like so me. Kalau biasanya bacain cerita orang-orang yang senasib sama saya itu cukup membantu, sekarang udah nggak lagi.

Perasaan seperti “Oh..nggak gue aja yang gini” atau “It’s normal or manusiawi buat ngerasa kayak gini” sekarang udah nggak mempan lagi. Saya nggak tahu lagi mau cari pelampiasan kemana, nggak ada lagi rasanya yang benar. Rumah yang ini bukan lagi rasanya tempat pulang, tempat saya bebas mengekspresikan diri tanpa merasa didikte, dijajah, dan dihakimi.

Makan es krim pun rasanya nggak senikmat kemaren-kemaren. Shit, could everyone just leave me alone please! Saya cuman pengen kabur dari pikiran saya sendiri, tiga puluh menit aja tolong.

Tiga puluh menit, tanpa ada yang suruh saya ngelakuin ini itu, nggak ada ponakan yang main ke kamar, nggak ada lagi yang ngomel-ngomel kalau saya masih sibuk ngomong sendiri jam dua dini hari. Siapapun please, give it back to me. I just want me. Itu aja. Corona fuck you.

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Pict from Pinterest
Hola everyone! I’m back, ehe. So, before we get started, let me ask you a question first. Hmm…what is your current anxiety? Well, let’s answer it secretly, hehe. Kurang lebih sama kayak judulnya, sebenarnya kali ini saya nggak punya apa-apa buat diceritain, eh tapi bohong *ditampol Coki Muslim.

Baiklah, habis Subuh tadi saya lagi baca postingan di blog ghaibnya Lilik, di sana dia menuliskan cerita tentang  zaman jahiliyah SMA-nya, okay menarik juga Lik, boleh dicoba nih, kapan-kapan, haha.

Setelah baca satu tulisan tentunya saya lanjut baca ke tulisan yang lain which is itu ucapan selamat Lilik untuk blog-nya yang sudah berumur satu tahun, what? Wait….kalau blog Lilik udah setahun berarti blog gue juga dong?

Sampai akhirnya juga ikutan check arsip blog saya, di mana postingan pertama saya itu tanggal 1 Februari 2019 tentang Spontaneous Human Combustion dengan bahasa Inggris yang menye-menye, hahahaha. Apaan ya Allah, postingan pertama aja bahasnya tubuh manusia yang meledak.

Okay, saya ingat banget nulis ini karena tertarik dan penasaran. Setelah melakukan riset seadanya saya memberanikan diri untuk  menuliskannya dan nyuruh Lilik buat baca hahaha. Beberapa bulan kemudian, saya baru upload tulisan baru tentang pendidikan di Indonesia, perempuan dan patriarki, ya dulu itu saya upload-nya tiga sebulan sekali haha enggak ding, dulu itu upload blog sesukanya aja.

Ya Allah, ngakak banget baca tulisan yang itu, pede banget gue dulu, hahaha, what did I said at that time? “Hola im Sovia, a strong ordinary girl" hahahaha. A strong ordinary girl? Hidayah apa yang turun kemaren itu ya, kok pede-pedenya nulis begitu. But, thank you lho Sov, udah bawa saya ngeblog sampai sejauh ini *ku peluk tubuh sendiri dan cinta-- kau tak ingin aku matikan mata lampu. Oke, masih keracunan puisinya mas Nico di AADC.

Oh ya, sekedar informasi saja, saya nulis ini pagi banget, setelah ngemil di Subuh buta sambil dengerin musik instrument-nya mba Billie tentunya masih yang Lovely dooong, rasanya rileks banget, otak saya isinya jadi positive gitu dalam menjalani hari, wkwk.

Balik lagi ke blog ini yang sudah berusia setahun, saya nggak tahu mau ngucapin apa, tapi tetap, selamat ya! You survived, hehe. Pokoknya, saya beruntung dulu memutuskan untuk nge-blog jadinya bisa tahu blogwalking dan baca pengalaman cihuy orang-orang di luar sana, meski most of the time saya adalah silent reader, hehe.

Selain ngucapin selamat buat blog ini, meski telaaat banget, selanjutnya saya mau ngucapin selamat buat om Joe Biden sebagai presiden terpilih Amerika mengalahkan petahana Donald Trump. I’m not surprised to be honest, dilihat dari banyaknya statement Donald Trump sebagai presiden yang bikin orang misuh-misuh, hahaha.

Ya, gimana nggak Trump jadi presiden aja udah kontroversi. Sebagai presiden, Donald Trump terlalu bar-bar menurut saya, hehe. Nggak heran sih, typical Indonesian lah saya ini, hahaha.

Sepanjang perebutan posisi presiden Biden vs Trump ini, saya terhibur banget, pagi-pagi buka instagram itu bisa ngakak banget baca dan nonton jokes tentang Trump atau Melanie.

Saya jadi mikir, kalau di Indonesia ni netizen udah pada ditangkap-tangkapin nih kayaknya, diakali-akali pakai UU ITE, ya biasa lah dalilnya pasti nggak jauh-jauh dari pencemaran nama baik dan ujaran kebencian.

Eh, tapi katanya kalau Biden yang naik Indonesia rada susah untuk pengajuan membeli alusista, katanya sih gitu. Negara kita kan terkenal dengan pelanggaran HAM-nya yang sampai sekarang nggak selesai-selesai.

Sebenarnya, saya masih sedikit berharap Trump yang menang, karena saya mikirnya kita bisa dapat dukungan penuh dari dia perihal kasus Natuna Utara, karena kayaknya Tiongkok ngeyel banget bilang itu laut punya dia. Picik banget ya gue? Hahaha.

Well, apapun itu congratulations untuk om Biden, saya, dan semua orang yang sudah jadi pemenang, ya jadi pemenang apa ajalah, seperti saya yang mutusin melakukan banyak kegiatan di pagi hari itu udah jadi pemenang, so kamu juga.

Selamat pagi guys, happy weekend selamat leha-leha, see ya!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

A Dreamer
Halo guys! Welcome to my very first blog post on November, so how’s your life? Well, sebelum bercerita, saya mau nyanyi dulu boleh lah kan? Ekhem (tarik nafas). Isn’t it lovely, all alone? Heart made of glass, my mind of stone. Tear me to pieces, skin and bone. Hello welcome home. Yep, saya lagi dengerin lagunya mba Billie Eilish featuring Khalid, nggak tahu kenapa rasanya lagi saya banget, wkwk.

So, apa kabar saya belakangan ini? Just like usual, saya masih di rumah aja dan masih sehat Alhamdulillah. Kegiatan saya beberapa hari belakang ya, nggak jauh-jauh dari goleran di kamar, main sama ponakan, blogwalking seadanya, dan terakhir saya ikutan Paid Guest Post #2 dooong, wuaaa lega akhirnya mengalahkan ke-insecuran saya terhadap tulisan sendiri.

I don’t even expect anything, saya hanya sangat bahagia bisa mengalahkan suara kedua dalam pikiran saya, cause based on my experience, the second voice adalah suara yang menghasut saya untuk tidak melakukan sesuatu.

Waaah, nggak nyangkanya sekarang udah November, nggak lama lagi 2021 nih, still can’t believe that global pandemic took over our life. Hmmm… selain goleran dan blogwalking seadanya, saya lagi riset tentang honor killing dan gender equality juga, ya walaupun nggak riset-riset amat sih.

Kenapa saya baca yang begituan? Ini karena bukunya I’m Malala. Saya lagi baca bukunya mba Malala, aktivis dari Pakistan, dari sana sedikit banyaknya saya jadi tahu bahwa ternyata Pakistan merupakan salah satu negara dengan gender equality terendah di dunia, sekaligus dengan kasus honor killing tertinggi. 

Sebenarnya make sense sih, ketika gender equality rendah maka tidak heran jika honor killing-nya tinggi. Ya, meski dalam kasus honor killing tidak semua korbannya perempuan. Dari kebanyakan kasus ini, rata-rata pelakunya mengatakan tidak menyesal setelah menghabisi korbannya. Sadis emang.

Kalau mau melihat bagaimana parahnya kasus ini di Pakistan, coba aja nonton beberapa film dokumenter terkait ini di youtube. Tapi, jangan di tonton saat pandemi deh, karena dijamin bisa bikin kamu sedih seharian.

Selain riset ala-ala, saya juga selalu berharap hari Kamis cepat datang. Alasannya? O, jelas karena nggak sabar nonton episode lanjutannya om Dong Wook, semakin kesini kisahnya semakin seru euy. Sekarang aja saya lagi nunggu tayangannya, haha.

Sumpah saya nggak tahu lagi nulis apaan, kelihatan banget tulisan ini tidak penting sekali, wkwk. Soalnya minggu ini tu nggak ada yang spesial (minggu lainnya juga enggak sih). Eh, tahu nggak tiap nonton drakor saya selalu salah fokus sama sepatu para pemainnya, hahahaha.

Saya nggak bisa nahan buat nggak ngamatin sneakers yang tokohnya pakai. Apalagi kalau drama-nya tentang anak sekolahan, wuaaa gue ngiler nengok sneakers-nya hehe.

Terakhir, saya mau bilang kalau judul postingan ini nggak ada hubungannya sama isinya, hahaha. Karena mikirin judul tulisan itu mumet banget tahu nggak, yaudah saya kasih aja judul begituan, karena kalau dibanguninnya pas September berakhir, jatuhnya lagu Greenday dong, haha. Tahukan yang Wake Me Up  When September Ends (dijelasin biar nggak garing, haha).

Mumpung bentar lagi juga tahun baru, walau kayaknya tahun depan Indonesia bakal rame lagi soal pembagian vaksin Corona (feeling saya aja sih). Saya sangat berharap pembagian vaksinnya bisa merata, jangan dibeda-bedakan rakyatnya tolong pak pemerintah.

Sinis banget ya gue kesannya sama pemerintah sendiri? Hehe. Emang iya sih. Saya lagi kesal aja sama cara kerja polisi, apa-apa tunggu viral dulu baru ditindak lanjuti. Banyak kasus yang saya rasa kalau udah viral terus masa marah, baru cepet-cepet diselidiki, pada ngapain sih emang?

Udah deh Sov, soksoan banget sih lu jadi orang, hahaha. Oke, maaf pemirsa, saya emang gitu orangnya soksoan, wkwk. Well, kayaknya segini aja deh, thank you for reading this unimportant story. Have a nice day guys, see ya!

 


Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

Blog Archive

  • ►  2025 (5)
    • ►  January 2025 (5)
  • ►  2024 (9)
    • ►  November 2024 (3)
    • ►  January 2024 (6)
  • ►  2023 (13)
    • ►  September 2023 (5)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  March 2023 (2)
    • ►  January 2023 (2)
  • ►  2022 (7)
    • ►  December 2022 (4)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  December 2021 (2)
    • ►  November 2021 (2)
    • ►  October 2021 (2)
    • ►  September 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
  • ▼  2020 (32)
    • ►  December 2020 (3)
    • ▼  November 2020 (7)
      • Remember Me: Kisah Penuh Kasih
      • Our Home
      • Haters Gonna Hate
      • Detail
      • Leave Me Alone, Please!
      • I Have Nothing to Say
      • Wake Me Up When 2020 Ends!
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (9)
    • ►  August 2020 (7)
    • ►  July 2020 (1)
    • ►  June 2020 (1)

Created with by ThemeXpose

Edited with by A Dreamer