• Home
  • About
Powered by Blogger.

A Dreamer

Pict from Pinterest

Menjelang awal 2024 kemaren ada sebuah drama korea yang berjudul Welcome to Samdal-ri. Drama ini menceritakan tentang perempuan bernama Cho Samdal seorang photographer di Seoul, yang memutuskan pulang ke kampung halamannya Jeju setelah mengalami insiden tidak mengenakan di tempat kerjanya. Intinya Samdal di fitnah telah menyalahgunakan kekuasaan untuk menindas orang lain.

Setelah pulang ke kampung halaman, penonton akan disuguhkan dengan drama percintaan dan keluarga. Namun, yang paling menarik perhatian saya adalah karakter Ko Mi Ja, ibu dari Cho Samdal. Ko Mi Ja di sini bekerja sebagai ketua penyelam perempuan atau disebut Haenyeo dalam bahasa Korea.

Saya suka sekali dengan semangat hidup Ko Mi Ja dan prinsip yang dia pegang. Dia selalu mendukung anaknya. What I like the most, meski sudah berumur dia tetap punya mimpi dan tujuan yang jelas. Cita-cita saya adalah menjadi orang tua yang seperti ini. Saya ingin ketika tua kelak saya tetap melakukan hal yang saya sukai, saya akan tetap membaca buku apapun. Saya akan tetap mencoba hal baru terus. Saya suka bapak-bapak seperti Rocky Gerung meski 65 tahun dia tetap keluar nonton konser.

Berkaca sama orang tua di sekitar saya, umur 60-an sudah sibuk diabetes, umur 60-an udah nggak mau tau lagi dunia, maunya akhirat saja. Memang benar umur tua adalah cara pengingat maut paling mujarab, namun habluminallah, habluminannas masih berlaku di umur berapa pun. Saya tidak mau ketika tua nanti saya nggak ngobrolin apa-apa lagi soal dunia. Saya tetap mau jadi teman diskusi anak saya kelak.

Ko Mi Ja adalah tipe ibu yang tau "batas" bahwa anaknya bukanlah miliknya, anak-anaknya punya kehidupan lain dan mereka berhak memilih. Saya merasa menjadi orang tua yang tau "batas" amatlah susah, karena suatu waktu saya pernah terpikir bahwa punya anak itu menakutkan. Saya takut kelak saya akan menjadikan mereka sebagai pion penebus kegagalan saya di masa muda. 

Pada akhirnya drama ini menceritakan tentang sesulit apapun hidup ketika kau punya tempat untuk pulang, itu adalah hal yang luar biasa. "Having a place to return to is an incredible relief".

Anak-anak yang patah dalam pertempuran melawan dunia boleh pulang sejenak untuk menata diri, pulang ke rumah adalah cara terbaik Cho Samdal melawan ketakutannya pasca fitnah yang menghancurkan karirnya. Bersama kasih sayang ibunya dia berhasil membuka pintu-pintu yang tertutup.

"Pandanganku dibutakan oleh kebencian yang aku terima, sehingga aku tidak bisa melihat masih banyak orang yang menyayangiku. Aku hanya tidak menyadarinya".

Terakhir saya mau menutup tulisan ini dengan beberapa bait dari lirik lagu Que Sera, Sera.

When I was just a littel girI ask my mother "what will I be?" Will I be pretty, will I be rich?".Here's what she said to me
"Que sera, sera.Whatever will be, will be. The future's not our's to see. Que sera, sera. What will be,will be"




 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pict from Pinterest


Hi blogsphere, im back ðŸ˜Š. Well, tulisan ini terinspirasi dari interaksi anak tetangga saya Hero dan Indy. Saya sendiri menjuluki mereka sebagai pelanggan abadi wkwk. Indy adalah orang yang selalu protes kalau saya buka warung agak lambat atau tutup warung karena ada keperluan. Indy selalu introgasi saya kalau tutup warung wkwk. Lucu banget mereka.

Hero dan Indy adalah kakak adek, di mana Indy sebagai kakak dan Hero adalah adeknya. Tipikal kakak-kakak pada umumnya Indy ini suka marah-marah tapi tetap membantu Hero. Mereka suka berantem kalau lagi jajan di warung, alasannya selalu karena Hero beli ciki melebihi budget wkwk. Omelan khas Indy adalah "waang ko taruih me balanjo banyak-banyak, ndak cukuik pitih wak do" yang kurang lebih artinya duit mereka kurang untuk bayar jajanan 😂

Melihat hubungan mereka mengingatkan saya bagaimana interaksi saya sama kakak dan adek saya waktu kecil dulu. Saya sama adek saya Asri cuma beda dua tahun jadi teman kami rata-rata sama. Hal yang paling membekas diingatan saya tentang Asri adalah sewaktu dia mengajarkan saya bagaimana cara memakai sandal. Dulu, saya nggak bisa bedain sandal yang kiri dan yang kanan, jadi kalau makai sandal saya asal sorong aja, yang penting main pake sandal wkwk. Karena beberapa teman sering ngejek saya perihal sandal ini, besoknya pas mau pergi main Asri ngajarin saya. Adek saya bilang:

"Uni kalau makai tarompa tu, satuan mode ko lu ha, kalau balubang di tangah nyo, bararti lah batua tu. Kalau ndak do lubangnyo bararti tabaliak tarompa uni tu. Mode tu se nyo"

Artinya itu dia bilang kalau make sandal kakak satuin dulu sandalnya kalau ditengahnya ada space berati sandalnya udah pas pasangannya. Tapi kalau nggak ada space, berarti sandalnya kebalik antara kiri dan kanan. Sesimpel itu kok. Omongan dia yang ini selalu teringat sampai sekarang wkwk. 

Dulu kami selalu main layangan bareng. Dan waktu saya kelas 1 SD saya ingat banget sering bawain dia jajanan dari sekolah. Entah kenapa sekarang kami berjarak, saya nggak mulai suka sifat adek saya sewaktu kami di middle school, akibat pergaulan dia sering bolos sekolah dan nyuri uang ibu. Saya benci laki-laki seperti itu. Mungkin karena hal itu kami tidak dekat lagi.

Kalau sama kakak, yang paling saya ingat itu cuma sama kak Yenni karena kami juga jarak 2 tahun, dulu sama kak Yenni suka main di sawah, ambil tanah liat bareng teman-teman sepermainan. Mandi di sungai meski saya nggak bisa berenang wkwk. Kami dulu punya sapi yang dikasih nama Ijah dan Memes, kami main di sawah sambil ngembalain sapi wkwk.

Bersama kak Yenni banyak moment nggak enaknya karena dia mainnya suka aneh-aneh. Kayak saat main di sawah dia nyuruh saya nungguin dia yang ngambil lintah di perut kerbau wkwkwk. Gobloknya, saya iya-iya aja. Atau moment kami manjat batang kayu manis gara-gara kak Yenni ngajak saya main di kebun orang dan pada saat itu ada segerombolan babi lewat.

Balik lagi ke anak tetangga saya Hero dan Indy, saya yakin di tahun-tahun yang akan datang moment Hero selalu jajan di luar budget juga akan jadi kenangan buat mereka berdua. Karena saya baru sadar ketika kita dewasa kebanyakan dari kita nggak bisa lagi locked new memories sama saudara, terlebih kalau mereka sudah berkeluarga, pada akhirnya yang kita ingat sebagai hal yang indah cuma masa lalu.

Saya bertekad kalau nanti punya anak saya usahakan ketika dewasa kami akan nyiptain moment yang baru bersama, sebelum nanti mereka punya keluarga sendiri. Supaya nanti mereka nggak hanya mengingat masa lalu saja. Well, segini aja dulu tulisan hari ini, have a nice day. See you when I see you!



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pict from Pinterest

Sudah beberapa hari ini Lilik membantu saya untuk bangun pagi wkwkwk. Bermula dari beberapa bulan ini saya susah bangun pagi yang berakhir dengan salat saya berantakan. Meskipun udah pasang alarm kadang saya masih nggak sadar kalau alarm-nya bunyi. Ujung-ujungnya saya tetap bangun setengah tujuh.

Sampai akhirnya suatu malam saya memutuskan minta bantuan Lilik wkwkwk. Tentunya Lilik bakalan bangun pagi terus dong, karena dia kerja pagi. Rasanya lucu aja.

Tapi kemaren Lilik sakit, badannya panas dan pagi ini saya bangun sendiri, syukurlah saya nggak terlalu telat, meski salatnya jam enam. Parah banget emang. Besok saya bertekad akan bangun lebih pagi.

Bangun pagi dan beres-beres rumah lebih awal meningkatkan mood saya di siang hari, ini beneran, karena saya tipe yang bad mood kalau lihat rumah berantakan. Rasanya di rumah adaaaaa aja yang mau diberesin. Suatu waktu saya pernah ngepel lantai sebelum tidur, karena saya ngerasa besok pagi nggak perlu ngepel, karena ngepel lantai di siang hari kotornya cepat karena orang rumah berlalu-lalang ketika lantainya belum terlalu kering. Ini aja saya belum nyetrika baju udah dua minggu lebih, rasanya saya mau libur satu hari jualan untuk ngatur ulang isi lemari.

Oh ya pernah nggak sih kamu nunda-nunda ngerjain sesuatu, tapi bukan karena malas. Lebih ke kamu ingin hasilnya lebih sempurna, kamu ingin meluangkan satu hari untuk melakukan hal itu dengan benar. Saya sering banget kayak gini wkwk.

Baiklah, hari ini segini aja dulu saya mau beli cappucino cincau dulu wkwk. Seminggu ini cuaca panas banget cuy, kayaknya saya harus banyak minum air hangat soalnya keseringan minum minuman dingin bikin tenggorokan enggak enak. Ini terakhir nih saya beli capcin besok nggak lagi. 

Oh ya senin saya mau puasa doain bisa bangun buat sahur, karena saya nggak bisa nggak minum sehabis bangun. Well, see you guys, have a nice day. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pict from Pinterest

Hi blogsphere! Seharusnya kemarin malam saya upload tulisan baru kan ya, cuma ya gitu saya suka entar-entaran akhirnya ngantuk dan nggak jadi. Sebenarnya mau saya tebus tadi siang, tapi ya sudah lah wkwk.

By the way, kali ini saya akan ngobrolin soal kesenangan yang ternyata bisa berubah. Despite the tittle, tulisan ini enggak dalam-dalam amat ya. Jadi, ketika benci suatu hal, bukan berarti selamanya kita akan membenci hal itu. Thats what happened to me, jadi dulu itu saya benci masak. I know hate is such a strong word, mungkin lebih ke nggak suka, tapi nggak sukanya banyak jadinya hampir masuk ke lingkaran benci. Segitunya memang. Kalau masak itu dulu saya suka menggerutu dalam hati, kayak "what the point of this, mending beli. Kalau orang lain bisa masakin kenapa harus masak sendiri" itu motto saya dahulunya.

Namun setahun belakangan I found cooking is quite fun. Ketika sedang memasak atau selesai memasak ada semacam perasaan menyenangkan yang saya rasakan. Tahun lalu adalah tahun-tahun saya mau bereksperimen di dapur. Meski beberapa masakan hanya berada di level bisa dimakan.

Tahun lalu dan berlanjut sampai sekarang saya suka masak random gara-gara nggak sengaja lihat video masakan di sosial media. Saya pernah tiba-tiba masak perkedel, atau bikin klepon. Bikin tumis sayur campur, kadang resepnya saya lihat blog, kadang saya karang sendiri.

Memasak bisa jadi semacam stress release untuk saya saat ini, cause i do it for fun. Senang aja rasanya nyobain masak ini dan itu. Meskipun nggak setiap hari juga saya masak random. Tapi tiap bulan pasti ada list masakan yang pengen saya coba. 

Jadi ungkapan like a weather people do change itu beneran wkwk. Kita nggak tau kalau suatu waktu yang dulu nggak kita suka, bisa berbalik jadi hal menyenangkan untuk dilakuin.

Oke, segitu aja dulu. Have a nice day!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pict from Pinterest

Ngomongin soal sekolah menengah, kebetulan rumah saya dekat sama Madrasah Tsanawiyah jadi tiap hari ada muridnya yang nongkrong di warung sekedar beli minuman seribuan atau nungguin bus untuk pulang ke rumah. Kalau lagi ngobrol suara mereka memang gede gitu jadi, saya bisa dengar apa yang lagi mereka obrolin. 

Suatu waktu mereka pernah ngomongin soal brand handphone, dan bagian paling ngakak itu adalah ketika ada salah satu temen mereka yang sotoy bilang Samsung adalah asli buatan Indonesia wkwk. 

Rasanya lucu aja, saya yakin saya pasti pernah jadi orang sotoy itu, meski saya nggak ingat, tapi saya yakin pernah ngelakuin hal itu. Selain hal sotoy, kayaknya anak SMP juga nggak luput dari drama soal cinta dan juara kelas. Barusan banget adek-adek di dekat rumah saya curhat kalau dia dipanggil guru BP gara-gara ngeledekin temennya yang jenong. Namanya Afifah, dan saya biasa memanggilnya Ipah.

Lucu aja dengerin cerita Ipah. Dia ngerasa gurunya nggak adil karena meskipun berusaha di damaikan, Ipah ngerasa gurunya pilih kasih dan berusaha menyudutkan dia wkwk. Menurut saya sendiri Ipah anaknya ceria dan kritis, punya pemikiran yang kritis dan sekolah di kabupaten saya rasa masih jadi kendala. Meskipun bertahun-tahun berlalu saya perhatikan guru-guru di kabupaten masih anti kritik dan haus hormat. Singkatnya mereka masih konservatif meskipun mereka guru yang tergolong muda, apalagi kami tinggal di desa. 

Cerita versi Ipah temennya ini berubah semenjak nilai Ipah lebih tinggi dari dia, dan sewaktu kenaikan kelas Ipah juara umum. Juara umum ini semacam nilainya tertinggi di satu angkatan gitu. Sepanjang Ipah cerita saya cuma cengengesan aja wkwkwk, sebagai perempuan dewasa akhir 20an saya ngerasa nggak relate lagi dengan kehidupan pertengkaran remaja perkara nilai 😂, namun di sisi yang lain ini seru dan membuat saya penasaran. Saya penasaran sewaktu sekolah dulu saya pernah nggak ya cekcok gara-gara nilai.

Mungkin pernah kali ya tapi saya nggak ingat, atau beneran nggak pernah wkwk. Hal yang paling membekas bagi saya sewaktu middle school adalah ketika dituduh caper ke guru gara-gara beli kitab Fiqih ke kantor guru. Jadi dulu itu kalau ada guru yang absent (gurunya udah izin ke sekolah cuma kadang guru yang piket lupa jadwalin guru pengganti) kami sebagai murid wajib konfirmasi biar nanti dikirim guru pengganti. 

Saat moment itu temen-temen pada males pengen main aja, jadi pintu kelas ditutup kami main dalam kelas. Saat itu saya dan temen deket saya pergi ke kantor koperasi beli kitab Fiqih, kantor koperasi ini sebelahan sama kantor guru, dan sewaktu teman saya tau kalau saya dari gedung kantor guru, saya lansung dicerca aja sama kata-kata nggak enak. Dan pelakunya cowok lagi wkwkwk, anjirlah. Rasanya nggak enak aja dituduh-tuduh caper begitu.

Tapi kalau diingat lagi kebelakang Tuhan beneran ngasih ujian sesuai kemampuan hamba-Nya, buktinya years a head masalah yang kita anggap berat dulu ternyata bukan apa-apa setelah kita lalui wkwk. 

Terakhir saya mau bilang kalau saya lagi suka baca buku puisi, lagi mau baca buku yang genre-nya ringan aja. Tadi saya baru nyelesain buku puisinya Aan Mansyur dengan judul Perjalanan Lain Menuju Bulan. Saya akan tulis salah satu puisi yang saya suka sebagai penutup. Here we go: 

1.

Dari pagi hingga malam hingga pagi hingga malam lagi--sudah kutempuh perjalanan itu ribuan kali. Tetapi, tetap aku tidak tahu apa yang hendak terjadi besok pagi.

Kujalani hari ini sebagai hari pertama selepas hari terakhirku. Kuhadapi besok sebagai hari baru yang barangkali sama belaka.

2.

Kau mati dan menjadi neraka di pikiranku. Menghangatkan aku pada malam-malam ketika aku sendiri dan musim begitu kejam-- dan melalapku ketika bibirku melafalkan nama lain. Sepasang mata anjing itu menginginkan perih yang berbeda dari jiwaku.

3.

Sungai kering. Ranting-ranting pohon kering. Aku berbaring di atas batu melihat betapa lembut awan-awan yang melintas. Dan, kekasih, kematian datang padamu tiba-tiba hendak mengusirku dari hutan ini. Tidak. Kepergianmu memintaku pulang ke rumah  dan rahim yang setengah mati hendak aku singkirkan dari ingatan. Tidak.

Pulanglah! Pulanglah! Pulanglah!

Kudengar jiwamu menyeru dari dalam diriku. Aku merasa sedang bercinta dengan seseorang yang aku benci. Mengapa hidup tak membiarkan aku memilih, bahkan satu penderitaan yang pantas bagiku?








Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pict from Pinterest
When I write this down Im listening to one of my fav song from Arctic Monkeys, 505 to be exact. Lagu ini nggak ada bosannya untuk didengerin apalagi dibagian chorus-nya.

But I crumble completely when you cry. Its seem like once again you’ve had greet me with goodbye

Ahhhh, I loooovee this part. Sebenarnya saya mutar lagu ini karena suasana hati nggak begitu baik, seperti biasa ibu dengan perangai absurd-nya yang kadang membuat saya harus menghela napas berat. Saya senang sekarang ada internet dan spotify jadi bisa tenggelam sejenak ke dalam lagu atau tulisan orang lain di blog.

Oh ya saya mau nyeritain soal anak bulu yang empat wkwk. Tadi siang sewaktu lagi beres-beres dapur saya lihat kucing saya Kong masuk dari pintu dapur. Kong habis main dari rumah tetangga dan itu untuk pertama kalinya saya melihat ini. Rasanya kayak nggak nyangka aja dia udah segede itu. Kucing-kucing ini adalah salah satu alasan saya tetap mau bekerja dan buka jendela pagi-pagi. 

Setiap ngerasa saya mau kabur dan pergi dari rumah, saya sadar kalau Yin, Yang, Yasmin, dan Kong nggak punya siapa-siapa, mereka hanya punya saya. I love them, meski kadang misuh-misuh kalau mereka suka berantakin rumah, atau nyuri kunci laci dan diumpetin wkwkwk.

Tahun ini saya berusaha menata hati tentang semua hal yang saya punya hari ini, belajar menerima. Harapan saya tetap sama, mau punya hati yang lapang. I got the plan, I tell you later when I rock it, karena as usual saya hanya semangat di awal. 

Sebenarnya kenapa tiba-tiba saya nulis lagi hari ini adalah karena Lilik. Lilik creates a new blog without telling me about it, dan nggak ngasih tau juga nama blognya apa, dan dia udah upload 18 lebih tulisan per desember kemaren. Ahh saya juga mau banyak nulis lagi wkwk. Well, segini aja dulu, saya pamit undur diri. Adios!


 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Blog Archive

  • ►  2025 (5)
    • ►  January 2025 (5)
  • ▼  2024 (9)
    • ►  November 2024 (3)
    • ▼  January 2024 (6)
      • Welcome to Samdal-ri: Que Sera, Sera dan Tempat Pu...
      • Sibling Memories: Hero and Indy
      • Please, Wake Me Up
      • Like A Weather People Change
      • Talking About Teen: Middle School Drama
      • 505 and Little Story About Cat
  • ►  2023 (13)
    • ►  September 2023 (5)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  March 2023 (2)
    • ►  January 2023 (2)
  • ►  2022 (7)
    • ►  December 2022 (4)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  December 2021 (2)
    • ►  November 2021 (2)
    • ►  October 2021 (2)
    • ►  September 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
  • ►  2020 (32)
    • ►  December 2020 (3)
    • ►  November 2020 (7)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (9)
    • ►  August 2020 (7)
    • ►  July 2020 (1)
    • ►  June 2020 (1)

Created with by ThemeXpose

Edited with by A Dreamer