Lilik dan Puisi Untuk Ibuk
Pict from Pinterst |
Hi I'm back. Hari ini nggak banyak kegiatan as usual. Tadi saya memeriksa tas yang berisi dokumen-dokumen dan kemudia nggak sengaja jumpa potret lama saya dan Lilik. 2 tahun yang lalu. Rindu banget main berdua lagi, cuma ya gitu setelah dewasa segalanya nggak bisa berjalan semau kita kalau bukan anak Hari Tanoe wkwk. Lilik susah dapat cutinya, dan saya pun belum memungkinkan untuk menemui Lilik di kotanya.Belakangan kami jarang ngobrol tapi masih ngasih kabar sesekali.
Oh iya, saya mencoba melanjutkan bacaan di Ipusnas yang udah lama tertunda, since tampilan terbaru Ipusnas udah berubah jadi gampang nemu buku yang di versi lamanya antrinya nggak karu-karuan.
Sore tadi saya tiba-tiba ingat ibuk. Dan tulisan ini saya tutup dengan menuliskan puisi yang saya suka untuk ibuk.
Kau anak perempuan laut, sepupu pertama oregano.
Seorang perenanga, seumpama alir air tubuhmu murni.
Apabila memasak setangkas tanah darahmu mendidih. Segala apa yang engkau kerjakan menjadi bunga. Sekaya bumi.
Dua matamu memandang air dan pasabglah gelombang; jarimu menyentuh bumi, bebijian tumbuh mengembang.
Aku beelalu menjauh, bernyayi bersama angin.
Ke arah gudang masa kecilku yang penuh hujan.
Ke arah hutan dingin di entah mana di selatan.
Ke arah di mana hidupku sesak wangi aromamu.
0 comments