July: How to Embrace?
![]() |
Pict from Pinterest |
Belakangan ini saya sering berpikir bahwa ternyata menerima keadaan tidak semudah menerima paket, LOL. Banyak hal dalam kepala saya tentang adakah urutan untuk menjadi seseorang yang lapang hatinya? Mimpi saya adalah menjadi Sovia dengan hati yang lebih luas dari lapangan bola, tapi sialnya saya temperamental.
Well, ini adalah perselisihan saya dengan ibu part yang ke entah berantah. Sepertinya saya pernah bilang bahwa saya tidak mempunyai kedekatan secara emosional dengan ibu saya. Klise. Tapi itulah adanya. Semenjak tinggal bersama saya baru menyadari bahwa ternyata ibu bukanlah orang yang saya kenal. Ternyata selama ini saya sok kenal, sok dekat.
Banyak sekali perbedaan kami dalam cara pandang. Tapi, dalam hal bersosialisasi ibu tetap juaranya. Selama ini saya selalu melihat dari sisi saya sebagai anak, saya sok pahlawan, saya merasa mentang-mentang saya mengorbankan kerjaan saya, jadi saya harus dimengerti. Sombong.
Akhirnya kemarin, ketika saya berusaha mengambil cara pandang sebagai seorang ibu, saya sadar, sebagai anak ternyata saya masih jauuuh sekali kurangnya dibandingkan dengan apa yang seharusnya seorang anak persembahkan untuk ibunya. Bicara karir, ibu tidak pernah menuntut saya menjadi apa-apa. Tabungan, pasangan, apapun. Ternyata ibu menyerahkan sepenuhnya ke tangan saya.
Saya memikirkan lama kenapa susah sekali bagi saya untuk menahan diri, untuk tidak mudah marah sesuatu yang bisa saya kontrol di depan orang lain, tapi mendadak tidak terkontrol di hadapan ibu.
Diumur 27 harapan beberapa orang di luar sana mungkin ingin mempunyai pekerjaan tetap dengan gaji yang solid atau ingin punya pasangan yang bisa diajak ngobrol dan kerja sama sampai akhir. Namun, saya hanya berharap satu, sebelum ibu saya pergi saya ingin menjadi 'anak' lagi. Mungkin saya lupa diri. Saya ingin perasaan nyaman itu lagi ketika duduk berbicara dihadapan ibu. Saya ingin batu yang ada di dada saya luruh, jatuh. Saya tidak mau 'ditinggal' menyesal.
Beberapa hari ini pertanyaan saya selalu sama, bagaimana caranya memeluk kesalahan? Supaya saya tidak lagi melihatnya sebagai tombol hijau pertanda mencaci maki diri sendiri sudah dimulai. Saya ingin melakukan kesalahan dan belajar lagi dengan perasaan tenang. Saya ingin mempelajari banyak hal lagi tentang diri saya dan ibu. Semoga 'besok' kami tidak lekas habis.
0 comments