March and Unambitious Me
![]() |
Pict from Pinterest |
Well, tentu saja ini bukan Marh recap, ini hanya random post part entah berantah. Tadi pagi, saya nangis nyesek. Bukan karena patah hati, tapi karena habis baca novel yang saya nggak expect bakal sad ending. All The Bright Places, novel young adult oleh Jennifer Niven. Perkataan Thedore Finch sesuatu banget soal kematian.
Sekaii lagi, ini cuman postingan random,
jadi saya nggak bakal bahas novelnya. Enggak tahu kenapa, belakangan saya
merasa nggak mau mencapai apa-apa dalam hidup. Tidak soal karir yang seharusnya
diperjuangkan oleh sebagian orang yang umurnya setara dengan saya. Tidak soal
cinta, sampai sekarang kayaknya nggak pernah ada yang membuat saya benar-benar
jatuh cinta. Menikah apalagi, ini adalah hal yang saya taruh di rak paling
bawah. Nggak tahu kenapa tahun ini anyep banget haha. Tapi masih terlalu awal
buat nge-judge the cover ya.
Saya sempat bertanya-tanya salah nggak ya
saya nggak punya ambisi di usia darah muda, ngomongin soal mimpi saya sudah
tidak tertarik lagi. Saya sudah berhenti membuat to-do list malah pada
pertengahan 2022 lalu.
Lalu sempat juga alam bawah sadar saya
nyeletuk “Alaaah, lu terlalu malas aja kali”. Itu bener banget, hehe, nggak
dong. Saya beneran nggak tahu jawabannya apa. Haruskah setiap kita
memperjuangkan mimpi? Apakah orang middle 20an yang belum mempunyai prestasi
membanggakan dikategorikan sebagai manusia gagal? Meskl saya tidak terlalu
peduli, takutnya ibu saya peduli.
Belakangan yang saya lakukan nggak
jauh-jauh dari baca buku, baca webtoon, nangis atau ketawa nggak jelas kalau
jumpa genre yang sedih atau komedi. Beberapa teman lama pernah bilang kalau
seharusnya saya nggak ngelakuin hal begitu lagi di umur segini. Seharusnya saya
sudah download dating app atau ikutan program ta’aruf, then I just
like who’s the fuck gonna care? Teman-teman lama memang suka memaksakan standard-nya
dengan dalih “hanya saran.” Tidak semua sih, tapi ada aja.
Entahlah, apakah saya harus ambisius lagi
seperti dulu? Tabungan saya jauuuh banget kalau dibanding dulu, but I think
I’m really fine with that. Memang ada sesekali pikiran kepingin kaya dan
ambisius dan merasa bersalah dengan diri yang sekarang. Namun, nggak pernah
jadi buah pikiran banget. Pernah juga saya berfikir bahwa sepertinya saya
memang banyak malasnya. Dilihat dari hobi yang saya lakukan selalu
setengah-setengah. Mulai dari blogging, punya account review buku
cuman upload 3 biji doang 😅. Iya kali saya terlalu malas, karena saya sepertinya
nggak pernah naruh seratus persen terhadap sesuatu yang saya mulai. Blog ini
salah satu contoh nyatanya. Atau karena saya terlalu menerapkan prinsip perfectionist
di setiap hal yang saya lakuin. Saya terlalu menerapkan banyak list.
Atau ini sekedar alasan doang? Haha.
Kedepannya saya akan coba untuk tidak banya
alasan lagi, saya akan coba untuk nggak terlalu perfectionist lagi.
Mungkin saya harus ambisius lagi sekedarnya. Biar sesuai tenggat yang saya
tetapkan. Atau harus nulis to-do list lagi?
Terakhir, saya mau tepuk tangan dulu
sebagai apresiasi untuk Sovia si overthinker ini. Selamat Sovia! Kamu masih hidup, sering
beli boba, dan masih punya niat untuk memperbaiki diri. Sekarang sudah bulan
ke-tiga di tahun 2023. Semangat sebentar lagi lebaran.
2 comments