• Home
  • About
Powered by Blogger.

A Dreamer

Credit to A Dreamer
Saya dan ibu tidak terbiasa berbagi banyak hal, dengan kata lain saya tidak bisa mengungkapkan isi hati saya kepada beliau. Disebabkan satu dan lain hal, kami bisa dikatakan jarang melakukan deep-talk. Terakhir kali saat berbicara dari hati ke hati dengan ibu, beliau menangis, menyalahkan diri sendiri.

Dulu, saat saya di perantauan kami lumayan sering bercerita banyak hal via telpon, apa saja, tapi tidak dengan menceritakan diri sendiri. Sejuta untuk orang-orang di luar sana yang bisa berbagi perasaan dengan ayah atau ibunya. Just like what Yoongi said, bahwa di dunia ini ada sesuatu yang biasa menurut kita, justru spesial untuk orang lain, begitu juga sebaliknya. Masih ingat dulu sekali, ketika saya tidak sengaja membaca dream lists salah seorang roommate saya, di sana dia menulis ingin naik pesawat. Hal yang tedengar biasa dan tidak spesial bagi saya, sampai berjalannya waktu saya paham dan menghargai mimpi-mimpi sederhana orang-orang di sekitar saya. Sekarang saya paham, spesial dan tidak spesial itu susah ditentukan takarannya dan saya bahagia bisa menjadi salah satu orang yang bisa memahaminya.

Rasanya di umur segini, hidup sudah memberikan begitu banyak hal kepada saya, banyak hal yang menjadikan saya pribadi yang seperti sekarang dan sungguh saya belum pernah setakjub ini kepada diri sendiri. Saya benar-benar hebat dalam melalui banyak hal, I really meant it.

Ada masa-masa di mana saya menyiksa diri sendiri dengan comparing, saya tidak menyesalinya, karena dari perasaan yang underestimate diri sendiri itu saya belajar bertumbuh, banyak trial dan error yang saya lakukan untuk memperbaiki diri sendiri. Sekarang saya juga paham bahwa ketika berada di tanjakan-tanjakan dalam hidup, kita mulai mencaci maki karena capek, lalu setelah melaluinya, ada semacam magic yang membuat kita bangga pada diri sendiri, perasaan lega yang susah di jelaskan (pengalaman saya sendiri). Jujur ketika masa-masa mau menyerah itu, janji Allah adalah alasan terkuat saya bertahan. Janji Allah “Maka sesungguh bersama kesulitan ada kemudahan” Dia tegaskan ini sebanyak dua kali, dimana artinya Dia menjamin dan hambanya nggak perlu khawatir.

Sekarang, saya hanya ingin belajar untuk tidak tergesa-gesa lagi, saya belajar menerima proses yang saya lalui (bukan berarti leha-leha). Tapi siapa bilang dalam menjalani itu saya always happy kiyowo tetap ada up and down-nya, sometimes saya penasaran gimana diri saya tahun depan. 

Tahun lalu saya berhasil melewati Corona dan carut marut yang ada di dalamnya serta menjadi bagian dari sejarah, semoga tahun-tahun berikutnya saya bisa tumbuh dengan layak dan merangkul baik buruknya proses yang saya lewati dimana merupakan bagian dari diri saya juga. Well, segini aja deh cerita kali ini, I really thank you for those kindness fellow bloggers yang entah sengaja atau nggak main kesini dan bacain tulisan saya. Terimakasih 😇.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

Blog Archive

  • ►  2025 (5)
    • ►  January 2025 (5)
  • ►  2024 (9)
    • ►  November 2024 (3)
    • ►  January 2024 (6)
  • ►  2023 (13)
    • ►  September 2023 (5)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  March 2023 (2)
    • ►  January 2023 (2)
  • ▼  2022 (7)
    • ►  December 2022 (4)
    • ▼  June 2022 (1)
      • Jatuh Bangun dan Hal Spesial yang Juga Tidak Spesial
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  December 2021 (2)
    • ►  November 2021 (2)
    • ►  October 2021 (2)
    • ►  September 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
  • ►  2020 (32)
    • ►  December 2020 (3)
    • ►  November 2020 (7)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (9)
    • ►  August 2020 (7)
    • ►  July 2020 (1)
    • ►  June 2020 (1)

Created with by ThemeXpose

Edited with by A Dreamer